Inilah jalan terbaik untuk keluar dari seluruh
kesulitan di dunia dan kerugian di akhirat. Karena itulah Allah
menciptakan makhluk, mengutus utusan dan menurunkan Al Kitab
(al-Qur’an). Beribadah kepada Allah berarti pengabdian secara total dan
kecintaan yang tulus kepada Allah yang mengandung ketaatan dan
ketundukan kepada-Nya.
Allah tidak rela kecuali pengabdian yang seperti itu, sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyat: 56).
Dan bagian dari ibadah hati adalah mahabbah
(mencintai) Allah secara sempurna. Maka barangsiapa memalingkan sedikit
saja kecintaan tersebut dari Allah maka dia telah kafir, sebab Allah
berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ) )
“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) sebelummu: “Jika kamu memperse-kutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” (Az Zumar 65).
Bahkan surga diharamkan baginya, seperti firman Allah:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ))
“Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga.” (Al Maidah: 72).
Dan juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ تَعَلّقَ شَيْئًا وُكِّلَ إِلَيْهِ.
“Barangsiapa menggantungkan sesuatu maka ia akan bergantung kepadanya.”
Wahai remaja putri yang telah terjangkit penyakit
kagum dan telah mengakar dalam jiwa, sebenarnya kamu memiliki teladan
dan idola sejati, seorang nabi mulia yang telah diuji oleh Allah dengan
tidak dikaruniai anak dalam waktu yang lama, maka beliau terus berdoa
memohon kepada Allah agar dikaruniai anak, maka Allah mengabulkannya.
Karena terlalu cintanya kepada anak yang menyebabkan beliau bergantung
kepadanya, maka Allah subhanahu wata’aala menguji kecintaan tersebut
dengan diperintahkan untuk menyembelih anaknya agar kecintaan kepada
kekasih utamanya yaitu Allah menjadi tulus. Perintah menyembelih anak
merupakan ujian berat dan cobaan besar yang harus dilaksanakan oleh
Ibrahim alaihis salam, bukan hanya sekedar ujian menyembelih anak akan
tetapi menyembelih ketergantungan hati kepada kecintaan terhadap anak
agar hati Ibrahim hanya murni bergantung kepada Allah. Setelah Nabi
Ibrahim khalilullah bersegera memenuhi panggilan Allah dan
mendahulukan cinta Allah daripada cinta anak, maka tujuan utamanya
tercapai dan penyembelihan diganti Allah dengan sembelihan kibas (domba)
yang sangat besar, sebagaimana firman Allah:
“Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:”Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu
ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor
sembelihan yang besar.” (As Shaffaat: 102-107).
Wahai remaja putri yang sedang kagum kepada seorang
idola dan figur yang terfitnah, sebenarnya ada figur dan idola idaman
dan sosok panutan yaitu nabi yang mulia Ibrahim alaihis salam,
renungkanlah keutamaan tauhid dan ikhlas.
Suatu contoh Nabi Yusuf disekap dalam fitnah besar,
dengan fitnah kecintaan dan harta serta kedudukkan. Beliau mendapat
rayuan dan ajakan keji dari seorang isteri raja dengan segala fasilitas
yang serba lengkap, tetapi beliau berlindung dari ajakan kotor dan keji
tersebut di belakang benteng yang sangat kuat, maka perhatikan bagaimana
pengaruh sikap ikhlas sebagaimana firman Allah:
وَلَقَدْ هَمَّتْ
بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ
لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا
الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
(melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda
(dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba
kami yang terpilih.” (Yusuf: 24).
Yang dimaksud dengan hamma (hendak melakukan)
berasal dari bisikan dan godaan syaithan dalam jiwanya, maka lihatlah
pengaruh keikhlasan pada diri Yusuf, bagaimana hal itu ternyata menjadi
kunci kesuksesan sehingga ia menjadi manusia terpilih, bersih, suci dan
mulia di sisi Allah dan renungkanlah bagaimana keberuntungan yang diraih
Yusuf setelah keluar dari penjara akibat menolak hal yang haram.
Jadi, barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah
maka Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik, dengan menahan
diri dari perbuatan haram maka Allah memberi karunia isteri yang
shalihah dan anak-anak cucu yang salih berbahagia di dunia dan di
akhirat.
Barangsiapa mencintai seseorang lebih atau sama
seperti mencintai Allah, berarti ia telah menjadikan sekutu bagi Allah,
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ
عُنُقٌ مِنْ النَّار يَوْمَ القِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ تُبْصِرَانِ
وَلَهُ أُذُنَانِ تَسْمَعَانِ وَلِسَانٌ يَنْطِقٌ يَقُوْلُ إِنّيِ وُكِلْتُ
بِثَلاثَةٍ بِمَنْ جَعَلَ مَعَ الله إِلَهاً آخَرَ وَبِكُلِّ جَباَرٍ
عَنِيْدٍ وَبِاْلمُصَوِّرِين.
“Akan keluar dari neraka pada hari
Kiamat leher ber-kepala yang memiliki dua mata yang bisa melihat,
memiliki dua telinga yang bisa mendengar, memiliki lisan yang bisa
berbicara dan berkata: Sesungguhnya aku dipasrahi mengurusi tiga orang,
yaitu orang yang menyekutukan Allah dengan tuhan selain-Nya, orang yang
diktator dan sombong dan orang yang suka menggambar (gambar yang
bernyawa).”
- Muraqabatullah (selalu merasa diawasi Allah).
Terkadang Allah menunda murka-Nya dan terkadang
tidak, maka hendaklah hati-hati terhadap kecemburuan Allah, seperti
hadits dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
لاَ أَغْيَرَ مِنَ اللهِ تَعَالىَ.
“Tiada yang lebih ghirah (cemburu) daripada Allah.” (dishahihkan oleh Al-Albany)
Dan dalam sabda lain:
أَنَّ الله لَيَغَارُ وَإِنَّ غَيْرتَهُ أَنْ تُؤتَى مَحارِمُه.
“Sesungguhnya Allah lebih cemburu dan cemburunya Allah adalah pada saat dilanggar perkara yang diharamkan-Nya.”
Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam :
أَتَعْجَبُوْنَ
مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ وَاللهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللهُ أَغْيَرُ
مِنِّي وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ الله حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ
مِنْها ومَا بَطَنَ.
“Adakah kalian heran terhadap ghirah
(cemburunya) Sa’ad? demi Allah aku lebih pencemburu daripada dia dan
Allah lebih pencemburu daripada aku oleh karena Allah cemburu maka Dia
mengharamkan kekejian, baik yang zhahir maupun batin.”
Perhatikanlah siksaan Allah yang menimpa orang-orang
yang menentang perintah-Nya dan melanggar apa yang diharamkan-Nya,
sebagaimana firman Allah:
وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَن ضَيْفِهِ
فَطَمَسْنَآ أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُواْ عَذَابِى وَنُذُرِ . وَلَقَدْ
صَبَّحَهُم بُكْرَةً عَذَابٌ مُّسْتَقِرٌّ
“Dan sesungguhnya mereka
telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami
butakan mata mereka, maka rasakanlah adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa adzab yang kekal.” (Al
Qamar: 37-38).
Oleh sebab itu malaikat membawa dua perintah kepada
Nabi Luth ‘alaihis salam, hendaklah membawa pergi keluarganya pada akhir
malam dan tidak boleh seorang pun dari mereka menoleh tatkala mendengar
suara adzab Allah menimpa kaumnya, maka Allah berfirman:
فَلَمَّا
جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عاليها سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا
حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنْضُودٍ . مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ وَمَا
هِىَ مِنَ الظالمين بِبَعِيدٍ
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami
jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan
Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah
jauh dari orang-orang yang zhalim.” (Huud: 82-83)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah
menuturkan bahwa Jibril menjebol bumi dengan salah satu sayapnya dan
bumi yang terkoyak hancur sebanyak tujuh kota beserta manusia dan
berbagai macam hewan-hewannya. Perhatikanlah pengaruh dan akibat buruk
yang ditimbulkan oleh maksiat; membuat beberapa kota dan tempat tinggal
hancur berantakan, suara jeritan dan ratapan tangis sampai ke langit
hingga para malaikat mendengar suara ayam, anjing dan yang lain sedang
menjerit histeris, kemudian Allah membalik permukaan bumi. Imam Mujahid
berkata bahwa yang pertama kali hancur berantakan adalah balkon mereka
lalu Allah menurunkan hujan batu dari langit yang panas membara siap
membakar datang bertubi-tubi dan masing-masing batu tertulis nama
pemiliknya dan batu itu menghantam kepala mereka hingga hancur. Setelah
itu Allah mengubah daerah itu menjadi danau luas yang berbau busuk,
airnya dan apa yang ada di sekitarnya tidak bermanfaat dan tanaman tidak
bisa tumbuh serta hewan tidak bisa hidup di tempat tersebut begitu pula
perahu tidak bisa berlabuh di danau itu, sehingga tempat tersebut
menjadi peringatan, pelajaran dan tanda-tanda kebesaran serta kekuasaan
Allah serta betapa hebatnya siksaan Allah bagi orang yang menentang
perintah-Nya.
Begitu juga siksaan Allah yang hebat akan menimpa
orang-orang yang menentang dan melanggar apa yang diharamkan Allah,
yaitu akan muncul berbagai wabah dan penyakit yang belum pernah menimpa
umat-umat terdahulu, sebagaimana dalam riwayat hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
خَمْسُ
خِصَالٍ إنِ ابْتُلِيْتُمْ بِهِنَّ وَنَزَلَتْ بِكُمْ وَأَعُوْذُ بِاللهِ
أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطٌ حَتَّى
يُعْلِنُوْا بِهَا إلاَّ فَشَا فِيْهِمْ الطَّاعُوْنُ وَاْلأَوْجَاعُ
الَّتِيْ لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمْ … الحديث.
“Lima
bencana yang akan menguji kalian dan pasti akan turun kepada kalian, aku
berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menemuinya, tidaklah
perzinahan merajalela dalam suatu kaum dan mereka lakukan
terang-terangan melainkan Allah akan menimpakan kepada mereka berbagai
tha’un dan wabah penyakit yang tidak pernah menimpa pada umat
terdahulu.”
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan riwayat dalam tafsirnya dari Ubay bin Ka’ab
berkata; “Aku telah mendengar beberapa perkara yang akan terjadi pada
umat ini saat mendekati hari Kiamat antara lain, wanita menikah dengan
wanita padahal itu termasuk perbuatan haram yang paling dimurkai Allah
dan Rasul-Nya, shalat mereka tidak dianggap selagi masih melakukan
perbuatan itu hingga bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya”.
- Sibuk dengan amal shalih.
Di antara cara mengobati penyakit kagum adalah
menyibukkan diri dengan ibadah sebagaimana tujuan Allah menciptakan
manusia untuk beribadah dan taat kepada Allah serta meninggalkan seluruh
apa yang menjadi larangan-Nya. Allah berfirman:
والذين جاهدوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ الله لَمَعَ المحسنين
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.” (Al Ankabut:
69).
Dan Allah berfirman:
واعبد رَبَّكَ حتى يَأْتِيَكَ اليقين
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al Hijr: 99).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda bahwa Allah berfirman:
إذَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وإذَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وإذَا أتَانِي
يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku
satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta dan jika ia mendekat
kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa dan bila ia
mendatangi (perintah)-Ku dengan berjalan biasa maka Aku akan
mendatanginya dengan lari-lari kecil.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
يَتْبَعُ
المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ
وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ.
”Mayit
akan dihantarkan oleh tiga perkara, dihantarkan keluarganya, hartanya
dan amalnya. Maka dua perkara akan kembali dan yang ikut menetap
bersamanya hanya satu; keluarga dan hartanya akan kembali dan amalnya
akan tetap bersamanya.”
حافظوا عَلَى الصلوات والصلاوة ا لْوُسْطَى
Amalan yang paling penting setelah tauhid adalah shalat, oleh karena itu Allah berfirman:
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha.” (Al Baqarah: 238).
Dan Allah berfirman:
إِنَّ الصلاة تنهى عَنِ الفحشاء والمنكر
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al Ankabuut: 45).
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata “Saya bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alahi wasallam amal apa yang paling utama? Beliau bersabda,
“Shalat pada waktunya”.
Dan juga sabda beliau kepadanya:
عَلَيْكَ
بِكَثْرَةِ السُجُوْدِ فَإِنَّكَ لَنْ تَسْجُدَ للهِ سَجْدَةً إلاَّ
رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وحُطَّ عَنْكَ خَطِيْئَةً.
“Perbanyaklah
kamu bersujud, sesungguhnya tidaklah kamu bersujud kepada Allah sekali
saja melainkan Allah akan mengangkatmu dengannya satu derajat dan
menghapus darimu satu kesalahan.”
Berusahalah untuk selalu qiyamul lail, karena Allah berfirman:
تتجافى جُنُوبُهُمْ عَنِ المضاجع يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعًا
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya, dengan rasa takut dan harap.” (As Sajdah 16).
Dan Allah juga berfirman:
كَانُواْ قَلِيلاً مّن اليل مَا يَهْجَعُون
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (Adz Dzariyaat: 17).
Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
أَيُّهَا
النَّاسُ أَفْشُوْا السَّلاَمَ وأَطْعِمُوْا الطَعَامَ وصَلُّوْا
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوْا اْلجَنَّةَ بِسَلاَمٍ.
“Wahai
manusia sebarkanlah salam, berilah makan (kepada fakir miskin) dan
shalatlah pada malam hari sementara orang-orang sedang terlelap tidur
maka kalian akan masuk Surga dengan selamat.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمُ وأَفْضَلُ الصَّلاةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Puasa
yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulannya Allah yaitu
Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah
shalat pada malam hari.”
Dari Abu Said Al Khudhri radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَا
مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللهِ إلاَّ بَاعَدَ اللهُ
بِذَلِكَ اليَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفَا.
“Tiadalah
seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah akan
menjauhkan wajahnya dari Neraka tujuh puluh tahun karena puasa seharinya
tersebut.”
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ.
“Puasa tiga hari setiap bulan sama halnya puasa satu tahun penuh.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنْ
هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةٌ فَإِنْ
عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا لَمْ يُكْتَبْ لَهُ شَيْءٌ فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ عَلَيْهِ
سَيَّئَةٌ وَاحِدَةٌ.
“Barangsiapa hendak melakukan satu kebaikan
tapi belum dikerjakan, maka akan dicatat baginya satu kebaikan dan bila
dikerjakan maka dicatat baginya sepuluh kebaikan. Dan barangsiapa
hendak melakukan satu keburukan tapi belum dikerjakan maka tidak dicatat
baginya suatu apapun dan bila dikerjakan maka akan dicatat baginya satu
kejelekan.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda bahwasanya Allah berfirman:
مَنْ
آذَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ اسْتَحَلَّ مُحَارَبَتِي وَمَا تَقَرَّب إِليَّ
عَبْدِي بِمِثْلِ أدَاءِ فَرِيْضَتِي وإنَّ عَبْدِي لَيَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ عَيْنُهُ
الَّتِي يُبْصِرُ بِهَا وَيَدُهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ورِجْلُهُ الَّتِي
يَمْشِي بِهَا وَفُؤَادُهُ الَّذِي عَقَلَ بِهِ وَلِسَانُهُ الَّذِي
يَتَكَلَّمُ بِهِ وَإِنْ دَعَانِي أَجَبْتُهُ وَإِنْ سَأَلَنِي
أَعْطَيْتُهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي
عَنْ مَوْتِهِ وَذَلِكَ أَنَهُّ يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ
مُسَاءَتَهُ.
“Barangsiapa menyakiti wali-Ku maka ia telah
menghalalkan perang dengan-Ku dan tiadalah taqarrub seorang hamba-Ku
sepadan dengan menunaikan kewajiban-Ku. Sesungguhnya seorang hamba-Ku
bertaqarrub kepada-Ku dengan perkara yang nafilah hingga Aku akan
mencintainya, bila Aku mencintainya maka Aku sebagai matanya tatkala
melihat, sebagai tangannya pada saat memegang, sebagai kakinya pada saat
berjalan, sebagai hatinya pada saat berfikir dan Aku sebagai lisannya
pada saat berbicara. Bila dia berdoa maka Aku akan kabulkan dan bila
meminta Aku akan memberinya, Aku tidak ragu-ragu dari melakukan sesuatu
yang aku sendiri melakukannya seperti keragu-raguan-Ku dari
mematikannya, sebab dia benci dari kematian dan Aku pun tidak mau
mengganggunya.”
Amalan baik selanjutnya adalah membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah, karena Allah berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدًى وَشِفَاءٌ
“Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilaat: 44).
Dan Allah berfirman:
وَنُنَزّلُ مِنَ القرءان مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظالمين إَلاَّ خَسَارًا
“Dan
Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zhalim selain kerugian.” (Al Israa’: 82).
Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
اِقْرَأُوا الْقُرْآنَ فإِنَّه يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابهِ.
“Bacalah kamu sekalian Al-Qur’an karena sesungguhnya ia datang di hari kiamat memberikan syafaat kepada pembacanya.”
Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
يُؤْتَى
يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالقُرْآنِ وأَهْلِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ بِهِ
فِي الدُّنْيَا تُقَدِّمُهُ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ
تَحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا.
“Didatangkan pada hari Kiamat
dengan Al-Qur’an dan ahlinya yang selalu mengamalkan di dunia, maka
majulah surat Al Baqarah dan Ali Imran membela para ahlinya.”
Dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam mengabarkan tentang surat yang paling agung dan beliau
bersabda:
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ الْفَاتِحَةُ وَهِيَ السَّبْعُ اْلمَثَانِي وَالقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِي أُوْتِيْتُهُ.
“Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, surat Al Fatihah adalah sab’ul
matsani dan Al-Qur’anul Adzim yang telah diberikan kepadaku dengannya.”
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam
bersabda, “Tahukah kamu ayat-ayat yang turun pada malam hari ini tidak
ada yang sepadan dengannya sama sekali, (yaitu) Qul a’udzu birabbil falaq dan Qul a’udzu birabbin naas.”
Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al Badri radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سَوْرَةِ البَقَرَةِ كَفَتَاهُ.
“Barangsiapa membaca dua ayat dari akhir surat Al Baqarah maka cukuplah baginya.”
Yaitu dicukupkan dari hal-hal yang di benci pada malam itu atau di cukupkan dari Qiyamul lail.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
لاَ
تَجْعَلُوا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إنَّ الشَيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ
الْبَيْتِ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ البَقَرَةِ وَأَخْذُهَا
بَرَكَةٌ وتَرْكُهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيْعُهَا الْبَطَلَةُ.
“Janganlah
jadikan rumah kalian laksana kuburan, karena syaithan lari dari rumah
yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah karena mengambilnya suatu
keberkahan dan meninggalkan suatu kerugian serta syaithan tidak mampu
menembusnya.”
Hendaklah kamu menyibukkan diri dengan dzikrullah
karena dzikir merupakan modal utama untuk mengusir syaithan, sebab
penyakit batin yang kamu derita saat sekarang hanya imbas dari makar dan
tipu daya syaithan terhadapmu agar kamu lalai dari dzikir kepada Allah
dan tidak ada yang mampu mengusir syaithan kecuali dzikir kepada Allah
dan membaca Al-Qur’an, karena Allah berfirman:
فاذكرونى أَذْكُرْكُمْ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (Al Baqarah: 152).
Dan Allah berfirman:
وَلَذِكْرُ الله أَكْبَرُ
“Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar.” (Al Ankabuut: 45).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنْ
قَالَ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ
وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ فيْ يَوْمٍ مِائَةَ
مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عِدْلُ عَشْرِ رِِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ
حَسَنَةٍ ومُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزاً مِنَ
الشَيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ
بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ إلاَّ رَجُلٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْهُ.
“Barangsiapa
membaca : “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, Dialah
Maha kuasa atas segala sesuatu”, dalam satu hari seratus kali maka
baginya seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditulis baginya seratus
kebaikan dan dihapuskan darinya seratus keburukan serta baginya akan
mendapat perlindungan dari syaithan pada hari itu hingga sore hari, dan
tiada seorangpun yang membawa pahala lebih baik kecuali orang yang
melakukan lebih banyak darinya.”
- Menjaga semua indra dari apa yang diharamkan oleh Allah.
Karena Allah berfirman:
حتى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وأبصارهم وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ .
وَقَالُواْ
لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُواْ أَنطَقَنَا الله الذى
أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
“Sehingga apabila mereka sampai ke Neraka,
pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka
tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit
mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka
menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah
menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu
pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(Fushshilaat 20-21).
Dan Allah berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السمع والبصر والفؤاد كُلُّ أولئك كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al Israa’: 36).
Dan Allah berfirman:
وَقُل للمؤمنات يَغْضُضْنَ مِنْ أبصارهن وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya’.” (An Nur: 31).
Tidak diragukan lagi bahwa yang menjadi penyebab
utama segala macam bencana adalah pendengaran dan penglihatan sebagai
bias dari pencemaran hati yang sakit kemudian timbul fitnah, semoga
Allah melindungi kita. Mendengar suara yang haram baik berupa musik,
nyanyian atau syair-syair gila dan murahan bisa membuat hati sakit
sehingga akan menjadi mangsa segala macam ketergantungan yang
diharamkan.
Ibnu Qayyim berkata, “Di antara
tipu daya dan jeratan iblis atas orang yang memiliki bagian sedikit dari
ilmu, kepahaman dan kesadaran agama, hati orang-orang bodoh dan ahli
kebatilan, adalah ketertarikan dan kegemaran mendengar suara tepuk
tangan dan siulan serta nyanyian dengan alat musik yang diharamkan yang
bertujuan untuk memalingkan hati dari Al-Qur’an sehingga menjadi terlena
dan terbiasa dengan kefasikan dan kemaksiatan. Musik merupakan qur’an
syaithan yang menghalangi dari kenikmatan membaca Al-Qur’an dan musik
hanya jampi-jampi untuk membangkitkan perbuatan kaum Luth dan zina.”
Maka bacalah kitab Al-Adillah minal Kitab was Sunnah fi Hurmatil Aghani wal Malahi karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah, yang tidak mungkin dijelaskan secara rinci dalam kitab
ini. Begitu juga wajib menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan
bagaimanapun bentuknya sebab dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
كُتِبَ
عَلَى ابْنِْ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ
مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النّظَرُ وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا
الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا
الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالقَلْبُ يَهْوِيْ وَيَتَمَّنَى
وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ.
“Setiap anak Adam
pasti mendapat bagian dari zina yang tidak terelakkan, kedua mata
berzina dan zinanya adalah memandang, kedua telinga berzina dan zinanya
adalah mendengar, lisan berzina dan zinanya adalah berbicara, tangan dan
zinanya adalah memegang, kaki dan zinanya adalah berjalan dan hati
berkeinginan dan berangan-angan lalu kemaluan membenarkan atau
mendustakan itu.”
- Memutuskan hubungan dengan teman buruk.
Masing-masing orang memiliki akhlak dan latar
belakang hidup serta pemahaman yang beraneka ragam, di antara mereka ada
yang mempunyai akhlak buruk dan pribadinya terjerumus dalam kubangan
lumpur syahwat dan kelezatan dunia semata, tiada mengenal dalam
kehidupannya kecuali hanya untuk melampiaskan syahwat dan birahi
sehingga mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi kebaikan dan
kemanfaatan kepada masyarakat. Bahkan masyarakat merasa aman dan
tenteram bila jauh dan tidak tergantung kepada mereka.
Allah berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظالم على
يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِى اتخذت مَعَ الرسول سَبِيلاً . يا وَيْلَتَا
لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَناً خَلِيلاً . لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ
الذكر بَعْدَ إِذْ جآءَنِى وَكَانَ الشيطان للإنسان خَذُولاً
“Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan
besarlah bagiku kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman
akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika
Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau
menolong manusia.” (AlFurqan 27-29).
Dan firman Allah:
وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الذين ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النار وَمَا لَكُمْ مِّن دُونِ الله مِنْ أَوْلِيآءَ ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ
“Dan
kamu cenderung kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu
disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang
penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi
pertolongan.” (Huud: 113).
Nabi shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda:
الرَّجُلُ عَلَي دِيْنِ خَلِيْلهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang sangat tergantung agama temannya maka lihatlah di antara kamu sekalian siapa orang yang menjadi temannya.”
إِنَّمَا
الْجَلِيْسُ الصَّالِحُ وَالْجَلِيْسُ السُّوْءُ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِحِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أنْ يُهْدِيَكَ وَإِماَّ
أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً
ونَافِخُ الكِيْرِ إمَّا أنْ يَحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإمَّا أنْ تَجِدَ
رِيْحًا خَبِيْثَةً.
“Perumpamaan teman baik dengan teman buruk
bagaikan penjual minyak wangi dengan tukang pandai besi, maka penjual
minyak wangi terkadang memberi hadiah kepadamu atau kamu membeli minyak
darinya atau kamu mendapat aroma semerbak darinya, dan tukang pandai
besi mungkin menjadikan pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapatkan
darinya bau yang tidak sedap.”
Maka renungkanlah dampak pergaulan dengan teman yang
buruk, karena mereka mampu merusak aqidah. Tidak hanya terjatuh dalam
kubangan maksiat, seorang teman bahkan bisa jadi membuat seseorang kekal
di Neraka. Suatu contoh Uqbah bin Abu Muith, sangat
sering duduk bersama Rasul tetapi dia tidak mengganggu beliau
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang kafir Quraisy sehingga
sebagian orang Quraisy menyangka bahwa dia telah masuk Islam. Dia
mempunyai teman di daerah Syam, setelah teman tersebut mengajaknya maka
sikapnya berubah memusuhi Rasulullah hingga sampai pada kondisi yang
sangat buruk, maka akhirnya dia terbunuh pada waktu perang Badar dalam
keadaan kafir. Begitu juga Abu Thalib pada saat menghadapi ajal tiba Rasulullah mencoba mengajari tauhid sementara dua temannya, yaitu Abu Jahal dan Abu Umaiyah berada di samping kepalanya membimbing kalimat kekafiran akhirnya mati dalam keadaan kafir.
- Bersegera menikah.
Setiap remaja muslimah hendaknya mempunyai gairah dan
semangat untuk segera menikah karena menikah bisa membawa banyak
kemaslahatan agama dan dunia, antara lain menjaga harga diri dan
kesehatan badan serta lahirnya generasi sehingga Allah telah menjunjung
kehidupan orang-orang mukmin dalam firman:
والذين يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أزواجنا وذرياتنا قُرَّةِ أَعْيُنٍ واجعلنا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan
orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anu-gerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan 74).
Nabi juga bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإنَّهُ أَغَضُّ للبَصَرِ وأَحْصَنُ للفَرَجِ.
“Wahai
para pemuda barangsiapa di antara kalian mampu menikah, maka hendaklah
menikah karena sesungguhnya nikah itu bisa lebih menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan.”
Dan Nabi bersabda:
إذَا أتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ
دِيْنَهُ وخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ إلاَّ تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي
الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ.
“Jika telah datang seorang laki-laki
kepada kalian (para wali) yang kamu telah ridhai agama dan akhlaknya
maka nikahkanlah dia (dengan putrimu) bila tidak maka akan terjadi
fitnah di bumi dan kerusakan yang berat.”
Para wanita yang enggan menikah karena sibuk belajar
atau sibuk dengan masalah lain, dalam realitas hidup merupakan orang
yang paling merugi dan paling bernasib buruk di dunia serta paling
riskan terhadap fitnah sehingga terkadang muncul tidak bergairah lagi
untuk menikah pada akhirnya dia hidup dalam kesunyian, kehampaan dan
sebatang kara sehingga lupa sama sekali berfikir untuk menikah. Pada
saat itu dia terhalang dari nikmat, sebagaimana hadits Rasulullah:
إذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ …. منها وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Jika anak Adam meninggal maka terputus amalnya kecuali dari tiga… di antaranya, anak salih yang mendoakan kepadanya.”
Maka hendaklah merenungkan dan mengenal hakekat dan
alasan dalam hadits di atas. dan bahwasannya apa yang saudari rasakan
berupa gejolak yang ada di dalam jiwa tidak lain kecuali fitnah,
sedangkan Allah berfirman:
والفتنة أَشَدُّ مِنَ القتل
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.” (Al Baqarah 191).
dan firman Allah:
والفتنة أَكْبَرُ مِنَ القتل
“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh.” (AlBaqarah 217).
Imam Ahmad telah menafsiri ayat di
atas dengan makna syirik, tetapi manusia yang paling terhormat adalah
ibu, dialah orang yang paling berhak dihormati, mungkinkah bisa diterima
akal sehat seorang ibu yang terhormat bisa ditukar dengan wanita
jalanan, wanita yang berada di tempat maksiat, wanita yang selalu beradu
pandang dengan laki-laki hidung belang dan ibu yang selalu diganggu
oleh tulisan surat dan deringan telpon. Jikalau kita mengetahui ada
seorang wanita yang melakukan hal itu maka kita akan memandang dengan
penuh kerendahan dan kehinaan bahkan kita anggap wanita murahan lagi
rendah akalnya.
Padahal ibu adalah orang yang paling berhak mendapat
penghormatan dan kasih sayang bahkan Allah memerintahkan agar kita
mencurahkan kasih sayang dan penghormatan kepada ibu bahkan hal itu
termasuk bagian dari ibadah.
Oleh sebab itu bagaimana mengungkapkan kekaguman
kepada orang yang kita sayangi, kita cintai secara berlebihan hingga
membuat lalai untuk mencintai orang yang berhak mendapat curahan kasih
sayang yang paling besar setelah Allah. Wahai saudariku, ketahuilah
semoga kamu diberkahi Allah, sesungguhnya syaithan tidak mungkin
menggoda manusia secara langsung dengan kekafiran bahkan godaan itu
secara bertahap suatu contoh mencintai sesuatu yang berawal dengan penuh
keterpaksaan lalu berubah menjadi terpaksa harus melayani balasan cinta
hingga akhirnya tergantung kepada orang yang dicintai kemudian cinta
untuk melebihi cintanya kepada Allah sebagaimana Allah berfirman:
وَمِنَ الناس مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ الله أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ الله
“Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.”
(Al Baqarah 165).
Saya tidak ingin mengotori pikiran anda dengan
beberapa ungkapan yang ditulis oleh sebagian para pengagum idola yang
penuh dengan muatan nilai syirik kepada Allah dan semoga Allah
melindungi kita sebagaimana firman Allah:
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya
Tuhan kami janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Al Imran 8).
- Takut meninggal dalam keadaan su’ul khatimah.
Dari Jabir berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى ما مَاتَ عَلَيْهِ.
“Seorang hamba dibangkitkan di atas amal pada waktu kematian.”
Ibnu Qayyim berkata: “Sangat jauh
kemungkinan orang yang su’ul khatimah untuk bisa masuk Surga karena
demikian itu merupakan sanksi atas perbuatan buruknya. Allah akan
menjatuhkan sanksi atas keburukan dengan keburukan pula sehingga sanksi
semakin berlipat ganda sebagaimana orang baik akan mendapat balasan
kebaikannya pula. Jika kita mau memperhatikan kondisi kebanyakan orang
(yang perangainya buruk) pada saat menghadapi kematian, ia terhalang
dari khusnul khatimah sebagai sanksi atas perbuatan buruknya”.
Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh su’ul khatimah antara lain:
Diceritakan
bahwa di Mesir ada seorang pemuda yang selalu rajin pergi ke masjid
untuk adzan, iqamah dan shalat, padanya ada pancaran sinar ketaatan dan
ibadah. Pada suatu saat seperti biasanya dia naik ke atas menara untuk
adzan dan di bawah menara tersebut terdapat rumah orang Nasrani, maka
iapun melongok ke arah rumah itu maka tiba-tiba terlihat olehnya seorang
putri cantik anak pemilik rumah tersebut yang akhirnya dia terfitnah
dengan putri pemilik rumah itu kemudian ia meninggalkan adzan dan turun
lalu masuk ke rumah perempuan tadi. Maka anak perempuan itu bertanya
kepadanya, “Kenapa kamu ke sini dan apa yang kamu inginkan?” Maka ia
memberitahu keinginannya untuk menikah dengannya, ia berkata, “Kamu
muslim.” Sementara dia adalah wanita Nasrani dan bapaknya menolaknya,
maka iapun menyampaikan keinginannya untuk memeluk agama Nasrani,
kemudian ia masuk Nasrani dan tinggal bersama keluarga isterinya di
rumah tersebut, akhirnya pada tengah hari itu dia naik ke atap rumah
lalu terjatuh dan mati.
- Taubat dan doa.
Allah berfirman:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ الله الناس بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَابَّةٍ
“Jikalau
Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan
ditinggalkan-Nya di muka bumi suatupun dari makhluk yang melata.” (An
Nahl: 61).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya anak burung mati di sarangnya akibat kezhaliman orang yang zhalim.”
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah bencana turun kecuali akibat dosa dan tidaklah bencana bisa ditolak kecuali dengan taubat.”
Ketahuilah bahwa dosa dan kezhaliman yang paling
besar adalah syirik serta petaka dan bencana yang paling berbahaya
adalah musibah yang menimpa aqidah. Wahai remaja puteri yang tertimpa
musibah tersebut, bersegeralah taubat kepada Allah dan semoga Allah
menerima taubat kita semua, janganlah menunda-nunda taubat dan janganlah
berbicara “besok saya akan bertaubat” sebab banyak remaja puteri yang
menunda-nunda taubat hingga kematian terlanjur menjemputnya. Kita
memohon kepada Allah agar mendapat husnul khathimah, berlakulah
jujur dalam niat bersama Allah dan realisasikanlah syarat taubat semoga
Allah menyingkap tabir musibah dan kita memohon agar Allah memberi
kepada kita semua keselamatan dan keberuntungan.
Mohonlah pertolongan dari Allah dan lakukan berulang-ulang dalam setiap doa anda karena Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنّي فَإِنّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الداع إِذَا دَعَانِ
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (Al Baqarah 186).
Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Al Mukmin: 60).
Dari Salman radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
لاَ يَرُدُّ القَضَاءَ إلاَّ الدُعَاءُ ولاَ يَزِيْدُ فِي العُمْرِ إلاَّ البِرُّ
“Tidak ada yang mampu menolak putusan takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali kebaikan.”
Penuhilah syarat dan etika berdoa, serta carilah
waktu-waktu terkabulnya doa, di antaranya di ujung setiap shalat fardhu,
pada waktu sedang dikumandangkan adzan, pada waktu antara adzan dan
iqamah, pada waktu tengah malam dan akhir saat hari Jum’at. Yakinlah
bahwa doa anda pasti dapat terkabulkan.
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
اُدْعُوا
اللهَ تَعَالىَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَاِفلٍ لاَهٍ.
“Berdoalah
kamu kepada Allah ta’ala sementara kamu yakin akan dikabulkan dan
ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang
lalai lagi lengah.”
Bergembiralah pasti Allah akan mengabulkan doa anda.
- Ingatlah dan bersiaplah menyambut kematian
Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ الموت الذى تَفِرُّونَ
مِنْهُ فَإِنَّهُ ملاقيكم ثُمَّ تُرَدُّونَ إلى عالم الغيب والشهادة
فَيُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerja-kan”. (Al Jumu’ah: 8).
Dan Allah berfirman:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظالمون فِى غَمَرَاتِ الموت والملائكة بَاسِطُواْ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ
“Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu.” (Al
An’aam 93).
Syaikh Abdul Aziz bin Salman hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya
iblis terlaknat telah menggoda mayit dan orang yang sedang menghadapi
kematian dalam masalah dunia dan agamanya, dan telah diri-wayatkan bahwa
Nabi shallallahu ‘alahi wasallam selalu berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الغَرَقِ والحَرَقِ والهَدَمِ وأَعُوْذُ بِكَ أَنْ
يَتَخَبَّطَنِي الشَيْطَانُ عِنْدَ المَوْتِ.
“Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari teng-gelam, kebakaran dan tertimpa reruntuhan,
dan aku berlindung kepada-Mu dari gangguan syaithan pada saat
kematian.”
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Iblis sangat
bersungguh-sungguh dalam menggoda anak Adam pada saat kematian, dia
berkata kepada bala ten-taranya, “Kamu harus berhasil menggoda sekarang
ini, bila tidak, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk menggodanya.”
Pada saat itu mungkin saja iblis mampu menggoda dan menyesatkan
keyakinannya atau mung-kin saja berhasil menguasainya sehingga tidak
mampu bertaubat atau dihalangi keluar dari kezhaliman atau putus asa
dari rahmat Allah.
Syaithan membisikkan kepadanya. “Kamu sedang
menghadapi sakaratul maut yang sangat dahsyat dan tarikan nyawa yang
sangat menyakitkan.” Boleh jadi orang itu gelisah, ketakutan dam
terjatuh dalam was-was dan bisikan jahat sehingga berburuk sangka kepada
ketentuan Allah. Semoga kita terlindung darinya.
Setiap wanita muslimah hendaknya paham bahwa pada
saat kematian, saat keluarnya roh, saat paling kritis dan genting
sehingga sangat dibutuhkan ketaba-han ddan kesabaran serta memohon
perlindungan kepada Allah Yang Maha Hidup dan Maha Perkasa untuk bisa
mengalahkan musuh terlaknat yang senan-tiasa ingin menyesatkan kita agar
kembali dalam kerugian.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
إنَّ المُؤْمِنَ لَيُنْضِي شَيَاطِيْنَهُ كَمَا يُنْضِيَ أَحَدُكُمْ بَعِيْرَهُ فِي السَفَرِ.
“Sesungguhnya
orang mukmin membuat kurus syaithannya seperti seorang di antara kalian
membuat (kurus, lelah) ontanya dalam keadaan bepergian.”
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cobaan paling akhir yang dihadapi oleh seorang mukmin adalah kematian.”