Sabtu, 23 Maret 2013

MEMEGANG TEGUH AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH.




            Keterpurukan dan kondisi umat Islam saat ini, bukan disebabkan karena kehebatan dan kemajuan umat lain. Namun disebabkan oleh kesalahan kita sendiri dalam memilih cara hidup yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Sebagian pemuka agama ada yang berperilaku seperti perilaku pemuka agama Yahudi dan Nasrani.

           Mereka menyembunyikan yang haq, karena alasan yang bersifat pribadi. Bahkan sebagian yang lain menyembunyikannya karena alasan rejeki. Padahal Ar Razaq itu hanya Allah swt. Bagaimana dapat memperoleh rejeki yang barakah kalau jalannya dengan menyembunyikan yang haq? Sebagian yang lain suka mencampur adukkan yang haq dan yang batil. Sehingga umat tidak bisa melihat dengan jelas mana yang halal dan mana yang haram. Kebenaran yang seharusnya disampaikan dengan jelas menjadi kabur, kelihatan samar-samar.

         Sedangkan sebagian besar rakyat jelata malas mempelajari kebenaran langsung dari sumbernya Al Qur’an dan As Sunnah. Sehingga apa yang mereka dapatkan kebatilan yang dipoles sehingga seolah-olah nampak benar. Yang mereka jadikan rujukan hanya mitos, tradisi, dan pendapat para kyai, bukan Al Qur’an dan As Sunnah. Padahal siapa yang dapat menjamin kebenaran dari ketiganya? Tidak ada sama sekali.
Apalagi sebagian yang lain lebih suka hiburan, foya-foya, dan memuaskan hawa nafsu dari pada menuntut ilmu. Panggung-panggung hiburan yang menampilkan para penyanyi ndhang ndhut selalu dipenuhi oleh anak-anak muda, laki-laki maupun perempuan yang bercampur baur. Sedang pengajian yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah mereka abaikan begitu saja. Mereka tidak suka dibimbing untuk menjadi bangsa yang maju terpimpin. Mereka lebih suka hidup bebas untuk memuaskan hawa nafsu.
Maka tidak heran kalau yang kita lihat bukan kemajuan tapi kemerosotan, bukan prestasi tapi dekadensi, bukan kehidupan yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera, tetapi kehidupan yang resah, gelisah, penuh kebencian dan kedengkian.

         Bagaimana kita dapat memperbaiki-nya? Sudahkah kita terlambat untuk berbuat? Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Selama hayat masih dikandung badan, sebelum nyawa sampai di tenggorokan, Allah tetap akan menghargai pertaubatan kita. Sebagai orang awam sebaiknya segera kita berusaha untuk mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tidak mudah tertipu dan tersesat dalam beramal. Rasulullah saw berwasiat dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Abdil Barr :

“Aku telah meninggalkan kepadamu dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.” Apa yang kita fahami dari Al Qur’an dan As Sunnah segera kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amalan inilah yang memungkinkan terjadinya proses perubahan karakter kita yang jelek manjadi baik, malas menjadi rajin, kikir menjadi dermawan, isyrak menjadi ikhlas.

       Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Hudzaifah Rasulullah saw berpesan: Duru ma’a kitabillahi haitsu ma dara (Hendaklah kamu sekalian beredar bersama kitab Allah kemana saja dia beredar). Rasulullah saw mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti Al Qur’an. Menjadikan Al Qur’an sebagai imam kita dan pemberi arah gerak kita. Dan menjadikannya sebagai rujukan atas kebenaran, karena Al Qur’an tidak pernah tersentuh oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya (QS 41: 42).

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6: 155)

          Ayat yang dikutip di atas mengingatkan kepada kita semua untuk mengikutinya, mengikuti aturan, tata kehidupan dan nilai-nilai moral yang diajarkan Allah di dalamnya dan mengingatkan kita untuk bertakwa agar kita mendapatkan kasih sayang-Nya.

      Begitu pentingnya bertakwa sehingga beliau saw juga berpesan: “Ittaqillaha haitsu ma kunta” (bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada.) Umat ini terpuruk dan hina karena jauh dari cinta dan kasih sayang-Nya. Untuk itu hanya dengan kembali bertaat kepada-Nya dan mengikuti sunnah nabi-Nya kita akan mendapatkan cinta dan kasih sayangnya (QS 3: 31). Bahkan dengan jalan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya inilah kita akan mendapatkan kemenangan yang besar (QS 4: 13). Akan tetapi sebaliknya kalau kita durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya yang akan kita peroleh tiada lain kecuali neraka dan siksa yang menghinakan (QS 4: 14).

        Sebagai tokoh masyarakat, pemuka agama, atau orang yang dituakan di lingkungannya, hendaklah kita berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas moral dan intelektual kita masing-masing. Dengan senantiasa mengoreksi pikiran, ucapan, dan amalan kita dengan ayat-ayat Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang sesuai kita syukuri dengan terus meningkatkan diri dan apa yang tidak sesuai segera kita tinggalkan.

       Dunia ini bergerak dengan cepat, anak muda maju dengan pesat didukung oleh berbagai fasilitas baru seperti CD, komputer, televisi, dan internet. Sebagai orang tua kalau kita tidak bergerak maju, merasa cukup ilmu yang dimiliki, maka kita akan tertinggal dari yang muda. Bukan masanya lagi kita memperdebatkan khilafiyyah. Dengan semangat kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, mari kita saling menghormati. Lana a’maluna walakum a’malukum. Mari kita saling bekerja-sama, kalau memang tidak bisa mari kita sama-sama bekerja.

      Rasulullah SAW pernah berpesan bahwa beliau telah meninggalkan 2 perkara yang apabila manusia berpegang teguh kepada keduanya mereka tidak akan tersesat selamanya. Kedua perkara itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka menjadi sangat penting bagi orang Islam untuk memahami Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan ummat Islam dari ummat lain dalam berbagai bidang kehidupan bukan karena kehebatan ummat lain, tetapi karena ummat Islam tidak memahami ajaran agamanya sendiri
.
        Mereka hidup terombang-ambing oleh keinginan hawa nafsunya, tidak memiliki pegangan yang kuat. Sebagian karena tidak memahami Al-Qur’an dan sebagian lain karena tidak mentaati Al-Qur’an. Menurut Imam Ibnul-Qayyim Al-Jauziy kelompok pertama tidak memperoleh hidayah ilmu, sedang kelompok kedua meski telah memperoleh hidayah ilmu tetapi tidak memperoleh hidayah amal.

          Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kefahaman dalam agamanya. Faham terhadap agamanya berarti memahami Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan warisan yang sangat berharga bagi ummat manusia yang mau memahami dan mengimaninya.

          Bagi kita ummat Islam harus mengimani sepenuh hati, tanpa ragu, bahwa hanya dengan Al-Qur’an manusia secara pribadi maupun secara keseluruhan bisa menjadi baik dan selamat dalam hidupnya di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Imam Malik mengatakan, “Tidak akan dapat memperbaiki (keadaan) ummat akhir ini melainkan dengan apa yang pernah memperbaiki (keadaan) ummat pertamanya”. Rasulullah SAW memerintahkan, “Beredarlah kalian mengikuti Al-Qur’an ke mana saja dia beredar [HR. Hakim].

Dan sabdanya yang lain, “Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an itu di depannya (untuk diikuti) maka akan membawanya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an itu di belakangnya (mengikuti hawa nafsunya), maka akan memasukkan ke dalam neraka. [HR. Ibnu Majah]

        Dari situ jelaslah bahwa manusia sejak dahulu sampai sekarang ini tidak akan bisa menjadi baik tanpa memahami dan mengikuti Al-Qur’an.

         Lebih tegas lagi Allah SWT menjelaskan, “Ini adalah sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan, penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. [QS. Shaad : 29].

           Dan juga firman Allah SWT yang artinya, “Dan (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. [QS. Al-An'aam : 153]

Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Qur’an, sedang dia dibacakan kepada mereka ? Sesungguhnya dalam Al-Qur’an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-'Ankabuut : 51]
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah, itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu (Al-Qur’an). Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Da barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. [QS. Az-Zumar : 23]
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab (Al-Qur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan Al-Qur’an itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS. Al-Maaidah : 15-16]

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, mereka itu pasti akan celaka, dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [QS. Fushshilat : 41-42]

               Dari beberapa ayat Al-Qur’an tersebut memberi pengertian kepada kita serta meyaqinkan bahwa manusia menjadi selamat karena mengimani dan memahami serta mengamalkan Al-Qur’an. Dan manusia menjadi sesat juga karenanya tidak memahami dan tidak mengimani Al-Qur’an. Dengan demikian sangat penting memahami Al-Qur’an bagi siapasaja yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak, bagi ummat Islam fardlu ‘ain memahami Al-Qur’an, agar dapat menjadi orang Islam yang benar-benar tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an yang merupakan sumbernya ajaran Islam.

Semoga bermanfat bagi kita semua, aamiin.

Jumat, 15 Maret 2013

PENTINGNYA AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR


           Syekh Muhammad Abduh pernah mengatakan: “Al-Islamu mahjuubun bilmuslimiin.” (Islam itu tertutup oleh orang-orang Islam.) Umat Islam seharusnya menjadi umat yang terbaik (khaira ummah), akan tetapi kenyataannya tidak demikian.

           Para pejabat banyak yang melakukan korupsi, pemerasan dan pencucian uang untuk menopang gaya hidup borjuis. Para remaja banyak yang menenggak miras, mengkonsumsi narkoba, dan mendewa-dewakan kebebasan yang kebablasan, mempraktekkan pergaulan dan sex bebas.

           Sementara itu dalam suasana perekonomian yang sulit dan kenaikan harga pangan yang membubung tinggi masih saja ada orang yang tega berbuat riba. Rentenir, bank plecit, dan lintah darat bergerilya ke pasar tradisional dan warung-warung kecil menggerogoti perekonomian rakyat miskin.

Padahal Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW pernah bersabda (yang artinya): “Apabila zina dan riba sudah merajalela di suatu negeri, berarti mereka telah menghalalkan/merelakan jatuhnya siksa Allah pada diri mereka sendiri”.

Tidak hanya zina dan riba, hampir semua kemakshiyatan dan kedhaliman tumbuh subur di negeri ini.
Seolah kita tidak berdaya untuk mencegahnya.

Padahal di dalam QS An-Nahl : 61 Allah mengancam: “Jikalau Allah menghukum manusia karena kedhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata”, Na’udzubillah.

         Saudaraku, tentu kita tidak menghendaki negeri ini dihancurkan Allah dengan sehancur-hancurnya. Kita tidak menghendaki bangsa ini dihancurkan Allah seperti kehancuran yang dialami oleh kaum ‘Aad dan Tsamut, tidak seorangpun disisakan dari mereka. [QS An-Najm : 50-51]

            Kita harus bergerak mencegahnya melalui amar ma’ruf nahi munkar. Menyampaikan buah pikiran yang baik, lalu menganjurkan, mempromosikan, dan mengajak orang lain kepada kebaikan. Dalam waktu yang bersamaan kita melemahkan ide-ide buruk yang berkembang di masyarakat, menunjukkan penolakan, dan mengalahkannya dengan buah pikiran yang cemerlang. Rasulullah SAW menghasung kita untuk mencegah kemungkaran dengan tangan, bila tidak mampu dengan lisan, bila tidak mampu dengan hati.
Kita bisa memanfaatkan aparat penegak hukum untuk mencegah kemungkaran dengan kekuatan yang mereka miliki. Jangan cuek saja bila melihat kemakshiyatan, laporkan kepada aparat penegak hukum terdekat. Bila mereka tidak bergerak mencegahnya, laporkan kepada aparat yang lebih tinggi tingkatannya. Kita tingkatkan kepedulian kita kepada masyarakat untuk mencegah kemurkaan Allah, karena kemungkaran yang dilakukan oleh orang-orang yang jahat. Kita ajak umat untuk kembali ke jalan Allah.

        Kita gencarkan da’wah untuk mengajak umat kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita yaqinkan ummat bahwa keselamatan dari siksa api neraka dan kejayaan bangsa hanya bisa diperoleh dengan Al-Qur’an. Kita tunjukkan keteladanan yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW melalui sunnahnya. Kita bangun kehidupan kebersamaan dalam Islam, karena bersatu kita, teguh bercerai kita runtuh. Semoga dengan jalan demikian Allah menjauhkan kita dari kehancuran.

 Allah SWT pernah memberikan julukan para sahabat Rasulullah SAW sebagai umat yang terbaik yang dilahirkan untuk kepentingan manusia. Yang demikian itu karena mereka teguh dalam iman kepada Allah dan bersungguh-sungguh melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. [QS Ali Imran : 110].

               Islam sebagai agama sangat berwibawa di mata agama-agama lain di dunia. Umat Islam sebagai pemeluknya sangat dihormati baik oleh kawan maupun lawan. Hak-hak individual maupun sosial di tengah masyarakat sangat dihargai. Namimah, ghibah, dan fitnah dapat diminimalisir. Gangguan keamanan, pencurian dan perampokan amat sangat jarang terdengar. Yang ada justru kehidupan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Beliau menetapkan bahwa diantara sesama orang beriman itu haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. Semua pelanggaran atas hukum yang telah ditetapkan akan dikenakan sangsi yang ditegakkan dengan adil. Orang yang membunuh akan diqishash kecuali ahli warisnya memaafkan. Remaja yang berzina akan dicambuk, sedang mukhshan/mukhshanat yang berzina akan dirajam. Orang yang mencuri dengan kriteria tertentu akan dipotong tangannya. Keadaan jauh berbeda dengan apa yang dialami umat Islam saat ini. Mereka tidak lagi memiliki kewibawaan, cenderung dilecehkan, dan dikalahkan dalam berbagai kompetisi melawan umat lain.

               Ulama sepakat penyebabnya adalah karena mereka jauh dari Islam, jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islam tinggal namanya, Qur’an tinggal tulisannya, masjid-masjidnya ramai tetapi jauh dari hidayah Allah. Mereka tidak beriman dengan iman yang sebenarnya. Maka kualitas iman umat Islam tidak ubahnya seperti buih. Tidak yakin akan kehidupan akhirat, tidak percaya akan janji-janji Allah, sehingga tidak muncul keberanian untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Akibatnya dari pelosok desa sampai pusat kota banyak terjadi tindak kriminalitas. Bahkan para penjahatpun semakin berani melaksanakan aksinya. Sampai-sampai ada sebuah bank di tengah kota dirampok oleh 16 orang perampok bersenjata api, seorang anggota brimob tewas dan dua orang security mengalami luka tembak. Na’udzubillah.
Saudaraku, hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang akhiratlah yang kekal

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.[QS Al-Mu'min : 39].

             Mari kita perkuat iman kita kepada Allah dan hari Akhir, karena Dialah penentu kebahagiaan hidup kita yang kekal di akhirat. Ketika Allah melalui rasul-Nya memerintahkan kepada kita untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, maka mari kita sambut dengan senang hati. Kita laksanakan mulai dari diri kita sendiri, anggota keluarga, kerabat dekat, lalu melebar ke tengah masyarakat. Dalam satu hadist Rasululah SAW menilai amar ma’ruf nahi munkar sebagai satu bentuk sedekah.

               Dalam hadist yang lain Rasululah SAW memerintahkan kita untuk mencegah kemunkaran dengan tangan. Jika tidak mampu, maka dengan lisan. Dan jika itu tidak mampu, maka dengan hati. Sedanngkan yang terakhir ini dikategorikan ke dalam iman yang paling lemah. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita iman yang kuat dan keberanian untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, aamiin


SEJARAH ULANG TAHUN

        

Sejarah Perayaan Ulang Tahun


Sejarah Hari Ulang Tahun.

                Hal ini sangat menarik untuk mempelajari sejarah perayaan ulang tahun. Sejarah ulang tahun dapat ditelusuri sebelum munculnya agama Kristen di mana perayaan untuk menangkal roh jahat! Jika ini mengejutkan Anda, baca terus untuk fakta yang lebih menarik dan kemajuan bertahap dari perayaan ulang tahun dalam sejarah.

Perkembangan Kalender.

        Awalnya manusia tidak tahu bagaimana menghitung tanggal sehingga mereka tidak dapat memperhatikan peringatan peristiwa penting (baca: dianggap penting, pent) seperti ulang tahun. Secara bertahap, manusia mulai mengerti siklus lunar dan mereka mengembangkan kalender berdasarkan siklus lunar tersebut. Hal ini membuat mudah bagi mereka untuk menghitung tanggal lahir dan merayakannya.

Sejarah Perayaan Hari Ulang Tahun.
  
           Sejarah perayaan ulang tahun dapat ditelusuri kembali sebelum munculnya Kristen. Dalam budaya pagan diyakini roh-roh jahat mengunjungi orang – orang pada hari ulang tahun mereka. Untuk melindungi orang yang memiliki ulang tahun dari pengaruh jahat, orang-orang diundang untuk mengelilingi dia dan berpesta. Membuat banyak suara untuk menakut-nakuti roh-roh jahat. Pada waktu itu tidak ada tradisi membawa hadiah dan tamu menghadiri pesta ulang tahun akan membawa keinginan yang baik bagi orang ulang tahun. Namun, jika tamu membawa hadiah itu dianggap sebagai pertanda baik bagi orang kehormatan. Kemudian, bunga menjadi cukup populer sebagai hadiah Ulang Tahun.

Catatan Perayaan Ulang Tahun.
             Para sejarawan yakin bahwa perayaan ulang tahun diselenggarakan di beberapa masa tetapi ada beberapa catatan yang sama. deskripsi perayaan ulang tahun terdokumentasi hanya untuk raja-raja, bangsawan jabatan tinggi dan mereka yang memegang posisi tinggi di masyarakat. Pada masyarakat umum dan terutama anak-anak tidak mampu untuk merayakan ulang tahun. Sejarawan percaya bahwa perbedaan ini ada karena hanya kaum bangsawan itu cukup kaya untuk mengadakan pesta ulang tahun dan dianggap cukup penting untuk ditulis tentang perayaannya tersebut.

Perayaan Ulang Tahun Populer dalam Sejarah.
* Perayaan Ulang tahun yang paling terkenal dalam sejarah adalah Yesus Kristus. Selama hampir 2000 tahun sejak kelahiran Yesus di Betlehem, orang Kristen telah menghormatinya sebagai Natal.
* Sekitar 4.000 tahun yang lalu Raja Firaun merayakan ulang tahunnya dengan memberikan suatu hari raya bagi pengikut istananya.
“Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran Firaun, maka Firaun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya.” [Perjanjian Lama, Kejadian 40 : 20]
* Raja Herodes dikatakan telah merayakan ulang tahunnya dengan memperlakukan raja, kapten tinggi dan teman-teman khusus dengan pesta makan malam khusus di Galilea.
“Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.” [Perjanjian Baru, Markus 6:21]

Sejarah Tradisi dan Simbol – Simbol Ulang Tahun yang Populer
Beberapa tradisi dan simbol-simbol ulang tahun yang populer yang kita lihat sekarang ini berasal ratusan tahun yang lalu. Beberapa percaya bahwa tradisi kue ulang tahun yang dimulai oleh orang Yunani awal yang membuat kue berbentuk bulat atau bulan (merepresentasikan bulan purnama) untuk kuil Artemis – Dewi Bulan. Lainnya percaya bahwa kebiasaan kue ulang tahun yang dimulai di Jerman di mana orang membuat roti dalam bentuk bayi Yesus kain lampin.
Kebiasaan populer menyalakan lilin pada kue dikatakan berasal dari Yunani yang menggunakan lilin yang menyala pada kue yang dipersembahkan untuk Artemis (Dewi Bulan) untuk membuatnya bersinar layaknya bulan. Meskipun beberapa percaya bahwa adat berasal karena keyakinan agama bahwa tuhan tinggal di langit dan menyalakan lilin membantu untuk mengirim sinyal atau doa kepada dewa. Jerman dikatakan telah menempatkan sebuah lilin besar di tengah kue untuk melambangkan ‘cahaya kehidupan’. Bahkan orang-orang hari ini membuat ‘silent wishes’ saat mereka meniup lilin. Hal ini diyakini bahwa meniup semua lilin dalam satu nafas membawa keberuntungan.

Ulang Tahun di Masa Kini
Selama bertahun-tahun perayaan ulang tahun menjadi sangat populer di seluruh dunia dan hari ini mereka secara global dirayakan oleh orang-orang terlepas dari kasta dan status sosial. Meskipun metode perayaan ulang tahun serupa di sejumlah negara beberapa negara mengikuti cara unik untuk perayaan berdasarkan lingkungan budaya mereka, tradisi agama dan kepercayaan spiritual. Di mana-mana ulang tahun adalah hari istimewa orang dan pesta ulang tahun diselenggarakan untuk menikmati hari dengan bersenang-senang dengan orang yang dicintai. Mereka yang tidak mampu hadir, mengirim ucapan selamat dan do’a mereka lewat Birthday Cards mengikuti tradisi yang dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang lalu. [ http://www.tokenz.com/history-of-birthday.html%5D

Berdasarkan sejarah di atas maka perayaan hari ulang tahun itu berasal dari tradisi paganisme, raja firaun, raja herodes dan umat nasrani yang kental akan kesyirikan dan tahayul. Perayaan ini bukanlah berasal dari Islam, tidak sama sekali. Sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam meninggalkan perayaan ulang tahun di samping itu, ini merupakan bentuk tasyabbuh dengan orang kafir.
Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ * وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” [QS. Ali ‘Imraan : 100-101]

Sebagai dalil bahwasannya orang-orang kafir bergembira dengan perbuatan kaum muslimin yang menyerupai mereka adalah firman Allah ta’ala :

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [QS. Al-Baqarah : 120]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْيَهُودُ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِمْ وَالنَّصَارَى ضُلَّالٌ (رواه الترمذي رقم ٢٩٥٤ وصححه الألباني في سلسلة الصحيحة رقم ٣٢٦٣)

“Yahudi adalah (umat) yang dimurkai dan Nashara adalah (umat) yang sangat sesatnya.” [HR. At-Tirmidzi no. 2954, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 3263]




Sejarah Dan Asal Usul Kue Ulang Tahun


Sejarah Kue Ulang Tahun

Asal Birthday Cakes berasal dari masa kuno tetapi kue itu sangat berbeda dari apa yang kita miliki saat ini. Kata ‘Cakes’ dikatakan telah diciptakan pada awal abad ke-13 dan dikatakan telah berasal dari kata ‘kaka’ bahasa Norse Lama.

Definisi Kue Ulang Tahun (Birthday Cake)
Dalam budaya Barat Birthday Cake didefinisikan sebagai pastry atau dessert yang disajikan kepada seseorang di hari ulang tahunnya. Kue ulang tahun biasanya dihiasi dengan nama seseorang dan membawa pesan selamat. Lilin sama dengan jumlah tahun seseorang telah hidup juga ditempatkan pada kue. Ada juga tradisi untuk meletakkan satu lilin ekstra untuk membawa keberuntungan. Kue ulang tahun biasanya spons dan rasa yang paling populer di kue adalah cokelat.
Sejarah Birthday Cake
Sejarah Birthday Cake dapat ditelusuri kembali ke Yunani kuno yang membuat kue atau roti madu berbentuk bulat atau bulan dan membawanya ke kuil Artemis-Dewi Bulan. Beberapa ahli, bagaimanapun, percaya bahwa tradisi kue ulang tahun dimulai di Jerman pada Abad Pertengahan. Adonan roti manis diberi bentuk bayi
Yesusdi kain lampin dan digunakan untuk memperingati hari ulang tahunnya. Kue ulang tahun khusus ini kemudian muncul kembali di Jerman sebagai Kinderfest atau perayaan ulang tahun seorang anak muda. Jerman juga membuat jenis lain khusus kue yang disebut Geburtstagorten seperti yang dipanggang berlapis-lapis. Ini adalah roti yang lebih manis dan kasar seperti kue yang biasanya dibuat pada waktu itu.

Mengapa Round Birthday Cake?
Pada jaman dulu, kue ulang tahun kebanyakan berbentuk bulat. Asosiasi sarjana keyakinan agama dan dorongan teknis untuk hal yang sama. Yunani menawarkan kue berbentuk bulat untuk Dewi Bulan – 
Artemis sebagaimana lambang bulan . Mereka bahkan menempatkan lilin pada kue untuk membuat kue seperti cahaya bulan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kue di dunia kuno memiliki hubungan dengan siklus tahunan. Babak bentuk kue ini lebih disukai sebagai mewakili sifat siklus kehidupan. Kebanyakan khusus, matahari dan bulan.
alasan teknis diberikan untuk bulatan kue adalah bahwa kue yang paling kita tahu lebih lanjut dari roti. Dalam roti zaman kuno dan kue dibuat dengan tangan. Biasanya berbentuk bola bulat dan dipanggang di hearthstones atau panci dangkal atau rendah. Oleh karena itu, ini secara alami santai menjadi bentuk bulat. Dengan kemajuan, loyang berbagai bentuk dikembangkan dan hari ini kita melihat kue dalam bentuk imajinatif dan ukuran.

Tradisi Peletakkan Lilin di Birthday Cake
]
Tradisi lilin pada kue ulang tahun dihubungkan dengan Yunani awal, yang menggunakan tempat lilin menyala pada kue untuk membuat mereka bersinar seperti bulan. Dahulu, Yunani membawa kue ke kuil Artemis-Dewi Bulan. Beberapa ahli mengatakan bahwa lilin yang ditempatkan pada kue karena orang percaya bahwa asap dari lilin yang membawa keinginan mereka serta doa kepada Dewa-dewa yang tinggal di langit. Yang lain percaya bahwa adat asli di Jerman di mana orang dulu menempatkan lilin besar di tengah kue untuk melambangkan ‘cahaya kehidupan’.
Pada zaman ini juga, orang menempatkan lilin pada kue ulang tahun dan berdo’a (silent wish) sebelum meniup lilin. Hal ini diyakini bahwa meniup semua lilin dalam satu nafas berarti do’a dan keinginan tersebut akan terwujud dan akan menikmati keberuntungan di tahun mendatang. Beberapa juga menuliskan nama sebelum mengiris kue untuk membawa keberuntungan.
Tradisi dan Kepercayaan Tahayul Terkait Birthday Cake
Dalam abad pertengahan orang Inggris dulu menempatkan benda simbolik seperti koin, cincin dan bidal dalam adonan kue. Ia percaya bahwa orang-orang yang menemukan koin di kue akan menjadi kaya sedangkan kesialan bagi yang menemukan bidal, tidak pernah akan menikah. Pernikahan itu ditandai bagi orang yang menemukan sepotong kue dengan cincin. Bahkan saat ini beberapa orang mengikuti tradisi dan menempatkan benda kecil, koin palsu dan permen kecil di dalam kue.
Jika kue jatuh saat pemanggangannya itu dianggap sebagai pertanda buruk dan nasib buruk ditandakan untuk orang di tahun mendatang.

Kemajuan Teknis Pembuatan Birthday Cake
Pada awalnya kue dulu serupa dengan roti. Mereka ditambahkan dengan madu dan ditambahkan dengan kacang-kacangan dan buah-buahan kering. Menurut sejarawan makanan, Mesir kuno adalah yang pertama untuk menunjukkan bukti keterampilan pemanggangan yang maju. Pemanggang Eropa Abad Pertengahan dulu membuat kue buah dan kue jahe yang dapat bertahan selama berbulan-bulan. Sekitar pertengahan abad ke-17, Eropa telah membuat kemajuan yang cukup besar dalam seni membuat kue. Mereka mulai membuat apa yang dapat disebut pelopor untuk kue modern yang bulat dan telah icing. Hal ini terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi yang membuat oven handal tersedia, cetakan makanan dan gula halus. Pada waktu hoops kue – cetakan kayu kayu atau logam untuk membentuk kue diletakkan di panci datar untuk efek bentuk.
Icing Pertama yang digunakan dalam kue biasanya komposisi gula, putih telur dan flavor yang direbus. Kemudian icing digunakan untuk dituangkan pada kue dan kemudian kue itu dimasukkan kembali ke oven untuk sementara waktu. Ketika kue itu dibawa keluar, lapisan gula didinginkan dengan cepat untuk membentuk keras glossy es seperti menutupi. Mouled cakes and fancy ices mencapai puncaknya di zaman Victoria.

Dengan berjalannya waktu, seni pemanggangan kue terus maju dan tidak sampai pertengahan abad ke-19 bahwa kue kita ketahui hari ini dikembangkan. Rasa dan penampilan kue itu ditingkatkan dengan tepung putih ekstra-halus dan penggunaan baking powder, bukan ragi.
Sebagai seorang Mukmin sudah seharusnya meninggalkan tradisi ini.



Hukum Makan Kue Ulang Tahun

المسلمون هنا يحتفلون بمولد الأطفال ويقدمون الطعام للضيوف ويؤدون الصلاة النارية وقد رفضنا ذلك لكن ذهبنا حتى لا يصيبنا الحرج وهم يجعلوننا نأكل قهراً قائلين أنهم فقط يصنعون الطعام للضيوف فهل لنا أن نأكل من هذا الطعام؟ وما الدليل على عدم الأكل منه مع علمنا أن هذا الأمر بدعة ؟.


Hukum Makan Ulang Tahun

Pertanyaan, “Kaum muslimin di daerah kami merayakan ulang tahun anak-anaknya. Dalam acara tersebut mereka menyuguhkan makanan untuk para tamu. Mereka juga membaca shalawat nariyah.
Sebenarnya kami tidak menyetujui acara semacam itu namun kami tetap mendatangi undangan acara ulang tahun agar kami tidak mendapatkan masalah di tengah-tengah masyarakat. Mereka membuat kami terpaksa memakan makanan ulang tahun. Mereka beralasan bahwa mereka itu hanya membuat makanan untuk para tamu.

Apakah kami boleh turut menikmati makanan yang disuguhkan? Kami sudah mengetahui bahwa acara tersebut bid’ah namun apa dalil untuk melarang memakan makanan tersebut?”
الحمد لله
الإحتفال بالمولد بدعة في دين الله ، لا تجوز إقامته ، ولا يجوز الأكل مما يصنع فيه ولأجله ، وزعمهم أن طعام المولد من أجل الضيوف لا يبرر أكله ، والضيافة لها أحكامها ، والأمور بماقصدها ، ومن الواضح جدا أن الطعام إنما صنع من أجل هذه المناسبة المبتدعة . والأكل من هذا الطعام مما يعينهم على الإستمرار وهو تعاون على الإثم والعدوان ، والله سبحانه وتعالى قال : ( وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان ) .
الشيخ عبد الكريم الخضير .

Jawaban Syaikh Abdul Karim al Khudair, “Perayaan hari lahir itu bid’ah dalam agama Allah. Tidak boleh mengadakannya, tidak boleh memakan makanan yang ada pada acara tersebut ataupun makanan yang dibuat untuk acara tersebut. Anggapan mereka bahwa makanan peringatan hari lahir itu karena datangnya banyak tamu bukanlah alasan yang bisa dibenarkan untuk menikmatinya. Menjamu tamu itu ada aturannya.

Banyak perkara itu dinilai dengan melihat niat pelakunya. Satu hal yang sangat jelas bahwa makanan tersebut dibuat dalam rangka acara itu.
Memakan makanan yang dihidangkan pada acara tersebut itu membantu pelakunya untuk terus menerus menyelenggarakannya sehingga hal itu termasuk tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran syari’at yang Allah larang dalam al Maidah ayat kedua”. Sampai di sini perkataan Syaikh Abdul Karim al Khudair.

أما الصلاة النارية فهي من صلوات الصوفية المبتدعة فلا يجوز حضور مجالسها ولا المشاركة فيها .

Tentang shalawat nariyah Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid mengatakan, “Shalawat nariyah adalah shalawat bid’ah buatan orang-orang sufi. Tidak boleh menghadiri acara membaca shalawat nariyah apa lagi berperan serta dalam acara tersebut”.

Maaf Kawan, Saya Gak Ngucapin Selamat ULTAHmu


Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai “ke-Aqidah-an”, masih banyak ummat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan para ustadz dan ustazdah pun ikut merayakannya dan terjebak di dalamnya. Apalagi gencarnya media televisi dan media massa lainnya mempublikasikan seremonialnya yang terkadang dilakukan oleh beberapa da’i muda atau yang bergelar ustadz [setengah artis, katanya sih !]. Ditambah lagi kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila ada anggota keluarga, rekan atau sahabat yang memperingati hari lahirnya. Dan tak kurang kelirunya sejak di Taman Kanak-kanak dan SD sudah diajarkan secara praktek langsung bahkan ada termaktub dalam buku-buku kurikulum mereka . Wallahu a’lam. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka.
Pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara Ulang Tahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.
Pada masa Herodes lah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6;
“Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di tengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes.” (Matius14 : 6)
Dalam Injil Markus 6:21
“Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.”(Markus 6:21)

Look at the Bible, Matthew 14 : 6 and Mark 6:21;
celebrating of birthday is Paganism, and Jesus (Isa, peace be upon him) doesn’t to do it, but Herod.
Matthew 14:6 :
“But when Herod’s birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod.”
Mark 6:21 :
“Finally arrived also a good opportunity for Herodias, Herod on his birthday gave a feast for the magnifying-magnifying, officer-officers and prominent people in the Galilee.”

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilin pun ditiup. (Baca buku : Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)
Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.

Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih. Rasulullah adalah orang yang paling mengerti CARA BERSYUKUR. Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganisme, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. Apakah Rasulullah pernah melakukannya ? Padahal Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa. Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ?

Rasulullah pernah bersabda:

“Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga”. Para sahabat bertanya,”Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Siapa lagi jika bukan mereka?”

Rasulullah bersabda:

“ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” ( HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar)

Allah berfirman;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. “ (QS. Al Baqarah : 120)

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’:36)
“… dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. an-Nuur: 15)

Janganlah kita ikut-ikutan, karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan memperingati Ulang Tahun, tanpa mengerti dari mana asal perayaan tersebut.
Ini penjelasan Nabi tentang sebagian umatnya yang akan meninggalkan tuntunan beliau dan lebih memilih tuntunan dan cara hidup di luar Islam. Termasuk juga di antaranya adalah peringatan perayaan ULTAH, meskipun ditutupi dengan label SYUKURAN atau ucapan selamat MILAD.
Jika kita mau merenung apa yang harus dirayakan atau disyukuri BERKURANGNYA usia kita?
semakin dekatnya kita dengan KUBUR? SUDAH SIAPKAH kita untuk itu? Akankah kita bisa merayakannya tahun depan?

Seorang muslim dia dituntut untuk MUHASABAH setiap hari, karena setiap detik yang dilaluinya TIDAK akan pernah kembali lagi sampai nanti dipertemukan oleh ALLAH Subhanahu wa Ta’ala pada hari penghisaban , yang tidak ada yang bermanfaat pada hari itu baik anak maupun harta kecuali orang yang menghadap ALLAH Subhanahu wa Ta’ala dengan membawa hati yang ikhlas dan amal yang soleh.
Jadi, alangkah baiknya jika tradisi jahiliyah ini kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan yang mulia yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.


  

Cara Islami Menyikapi Hari Ulang Tahun



           Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.
           
             Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]

Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

                 Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا

“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]

               Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,

والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما

“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]

Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.

            Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]

               Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.

             Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]

             Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.