Keterpurukan dan kondisi umat Islam saat ini, bukan disebabkan karena
kehebatan dan kemajuan umat lain. Namun disebabkan oleh kesalahan kita
sendiri dalam memilih cara hidup yang tidak sesuai dengan tuntunan
Islam. Sebagian pemuka agama ada yang berperilaku seperti perilaku pemuka agama Yahudi dan Nasrani.
Mereka menyembunyikan yang haq, karena alasan yang bersifat pribadi.
Bahkan sebagian yang lain menyembunyikannya karena alasan rejeki.
Padahal Ar Razaq itu hanya Allah swt. Bagaimana dapat memperoleh rejeki
yang barakah kalau jalannya dengan menyembunyikan yang haq? Sebagian
yang lain suka mencampur adukkan yang haq dan yang batil. Sehingga umat
tidak bisa melihat dengan jelas mana yang halal dan mana yang haram.
Kebenaran yang seharusnya disampaikan dengan jelas menjadi kabur,
kelihatan samar-samar.
Sedangkan sebagian besar rakyat jelata malas mempelajari kebenaran
langsung dari sumbernya Al Qur’an dan As Sunnah. Sehingga apa yang
mereka dapatkan kebatilan yang dipoles sehingga seolah-olah nampak
benar. Yang mereka jadikan rujukan hanya mitos, tradisi, dan pendapat
para kyai, bukan Al Qur’an dan As Sunnah. Padahal siapa yang dapat
menjamin kebenaran dari ketiganya? Tidak ada sama sekali.
Apalagi sebagian yang lain lebih suka hiburan, foya-foya, dan
memuaskan hawa nafsu dari pada menuntut ilmu. Panggung-panggung hiburan
yang menampilkan para penyanyi ndhang ndhut selalu dipenuhi oleh
anak-anak muda, laki-laki maupun perempuan yang bercampur baur. Sedang
pengajian yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah mereka abaikan begitu
saja. Mereka tidak suka dibimbing untuk menjadi bangsa yang maju
terpimpin. Mereka lebih suka hidup bebas untuk memuaskan hawa nafsu.
Maka tidak heran kalau yang kita lihat bukan kemajuan tapi
kemerosotan, bukan prestasi tapi dekadensi, bukan kehidupan yang aman,
tenteram, damai, dan sejahtera, tetapi kehidupan yang resah, gelisah,
penuh kebencian dan kedengkian.
Bagaimana kita dapat memperbaiki-nya? Sudahkah kita terlambat untuk
berbuat? Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Selama hayat masih
dikandung badan, sebelum nyawa sampai di tenggorokan, Allah tetap akan
menghargai pertaubatan kita. Sebagai orang awam sebaiknya segera kita
berusaha untuk mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tidak mudah
tertipu dan tersesat dalam beramal. Rasulullah saw berwasiat dalam
sebuah hadist riwayat Ibnu Abdil Barr :
“Aku telah meninggalkan kepadamu dua perkara yang kamu tidak akan
sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan
Sunnah Nabi-Nya.” Apa yang kita fahami dari Al Qur’an dan As Sunnah
segera kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amalan inilah yang
memungkinkan terjadinya proses perubahan karakter kita yang jelek
manjadi baik, malas menjadi rajin, kikir menjadi dermawan, isyrak
menjadi ikhlas.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Hudzaifah Rasulullah saw berpesan: Duru ma’a kitabillahi haitsu ma dara (Hendaklah
kamu sekalian beredar bersama kitab Allah kemana saja dia beredar).
Rasulullah saw mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti Al Qur’an.
Menjadikan Al Qur’an sebagai imam kita dan pemberi arah gerak kita. Dan
menjadikannya sebagai rujukan atas kebenaran, karena Al Qur’an tidak
pernah tersentuh oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya
(QS 41: 42).
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6: 155)
Ayat yang dikutip di atas mengingatkan kepada kita semua untuk
mengikutinya, mengikuti aturan, tata kehidupan dan nilai-nilai moral
yang diajarkan Allah di dalamnya dan mengingatkan kita untuk bertakwa
agar kita mendapatkan kasih sayang-Nya.
Begitu pentingnya bertakwa sehingga beliau saw juga berpesan: “Ittaqillaha haitsu ma kunta”
(bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada.) Umat ini terpuruk
dan hina karena jauh dari cinta dan kasih sayang-Nya. Untuk itu hanya
dengan kembali bertaat kepada-Nya dan mengikuti sunnah nabi-Nya kita
akan mendapatkan cinta dan kasih sayangnya (QS 3: 31). Bahkan dengan
jalan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya inilah kita akan
mendapatkan kemenangan yang besar (QS 4: 13). Akan tetapi sebaliknya
kalau kita durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya yang akan kita peroleh
tiada lain kecuali neraka dan siksa yang menghinakan (QS 4: 14).
Sebagai tokoh masyarakat, pemuka agama, atau orang yang dituakan di
lingkungannya, hendaklah kita berusaha untuk senantiasa meningkatkan
kualitas moral dan intelektual kita masing-masing. Dengan senantiasa
mengoreksi pikiran, ucapan, dan amalan kita dengan ayat-ayat Al Qur’an
dan As Sunnah. Apa yang sesuai kita syukuri dengan terus meningkatkan
diri dan apa yang tidak sesuai segera kita tinggalkan.
Dunia ini bergerak dengan cepat, anak muda maju dengan pesat didukung
oleh berbagai fasilitas baru seperti CD, komputer, televisi, dan
internet. Sebagai orang tua kalau kita tidak bergerak maju, merasa cukup
ilmu yang dimiliki, maka kita akan tertinggal dari yang muda. Bukan
masanya lagi kita memperdebatkan khilafiyyah. Dengan semangat kembali
kepada Al Qur’an dan As Sunnah, mari kita saling menghormati. Lana
a’maluna walakum a’malukum. Mari kita saling bekerja-sama, kalau memang
tidak bisa mari kita sama-sama bekerja.
Rasulullah SAW pernah berpesan bahwa beliau telah meninggalkan 2
perkara yang apabila manusia berpegang teguh kepada keduanya mereka
tidak akan tersesat selamanya. Kedua perkara
itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka menjadi sangat penting bagi
orang Islam untuk memahami Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ketertinggalan ummat Islam dari ummat lain dalam berbagai
bidang kehidupan bukan karena kehebatan ummat lain, tetapi karena ummat
Islam tidak memahami ajaran agamanya sendiri
.
Mereka hidup terombang-ambing oleh keinginan hawa nafsunya, tidak
memiliki pegangan yang kuat. Sebagian karena tidak memahami Al-Qur’an
dan sebagian lain karena tidak mentaati Al-Qur’an. Menurut Imam
Ibnul-Qayyim Al-Jauziy kelompok pertama tidak memperoleh hidayah ilmu,
sedang kelompok kedua meski telah memperoleh hidayah ilmu tetapi tidak
memperoleh hidayah amal.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kefahaman dalam agamanya. Faham terhadap agamanya berarti memahami Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan warisan yang sangat berharga bagi ummat manusia yang mau memahami dan mengimaninya.
Bagi kita ummat Islam harus mengimani sepenuh hati, tanpa ragu, bahwa hanya dengan Al-Qur’an manusia secara pribadi maupun secara keseluruhan bisa menjadi baik dan selamat dalam hidupnya di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Imam Malik mengatakan, “Tidak akan dapat memperbaiki (keadaan) ummat akhir ini melainkan dengan apa yang pernah memperbaiki (keadaan) ummat pertamanya”. Rasulullah SAW memerintahkan, “Beredarlah kalian mengikuti Al-Qur’an ke mana saja dia beredar [HR. Hakim].
Dan sabdanya yang lain, “Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an itu di depannya (untuk diikuti) maka akan membawanya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an itu di belakangnya (mengikuti hawa nafsunya), maka akan memasukkan ke dalam neraka. [HR. Ibnu Majah]
Dari situ jelaslah bahwa manusia sejak dahulu sampai sekarang ini tidak akan bisa menjadi baik tanpa memahami dan mengikuti Al-Qur’an.
Lebih tegas lagi Allah SWT menjelaskan, “Ini adalah sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan, penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. [QS. Shaad : 29].
Dan juga firman Allah SWT yang artinya, “Dan (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. [QS. Al-An'aam : 153]
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Qur’an, sedang dia dibacakan kepada mereka ? Sesungguhnya dalam Al-Qur’an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-'Ankabuut : 51]
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah, itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu (Al-Qur’an). Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Da barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. [QS. Az-Zumar : 23]
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab (Al-Qur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan Al-Qur’an itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS. Al-Maaidah : 15-16]
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, mereka itu pasti akan celaka, dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [QS. Fushshilat : 41-42]
Dari beberapa ayat Al-Qur’an tersebut memberi pengertian kepada kita serta meyaqinkan bahwa manusia menjadi selamat karena mengimani dan memahami serta mengamalkan Al-Qur’an. Dan manusia menjadi sesat juga karenanya tidak memahami dan tidak mengimani Al-Qur’an. Dengan demikian sangat penting memahami Al-Qur’an bagi siapasaja yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak, bagi ummat Islam fardlu ‘ain memahami Al-Qur’an, agar dapat menjadi orang Islam yang benar-benar tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an yang merupakan sumbernya ajaran Islam.
Semoga bermanfat bagi kita semua, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar