Jumat, 25 Oktober 2013

Menyembuhkan Rasa Takut Menghadapi Legenda, Mitos dan Klenik


Legenda, mitos, cerita supranatural, ramalan, kata orang “pinter”, cerita ghaib para dukun, sering masuk kedalam memori otak dan hati  dan kemudian membuat sikap “takut kuwalat” pada orang-orang yang dalam  alam bawah sadar masih mempercayai, meyakini atau pula ada “rasa ketakutan” kepadanya.
Nabi Ibrahim telah dituntun oleh Allah untuk dapat mengalahkan berbagai mitos dan keyakinan sesat di jamannya dengan suatu ungkapan firman Allah yang artinya
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. 6:74)
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) dilangit dan dibumi, dan ( Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. (QS. 6:75)
Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. (QS. 6:76)
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu tenggelam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (QS. 6:77)
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS. 6:78)
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada (Tuhan) yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang termasuk mempersekutukan-Nya. (QS. 6:79)
Rasa takut kepada  ”berhala”  ditepis dengan melihat tanda-tanda kebesaran Allah, yaitu Bintang , Bulan dan Matahari.  Dan itupun semua bagi Nabi Ibrahim bukan merupakan sesuatu yang layak ditakuti dan disembah, Allah telah menunjuki Nabi Ibrahim untuk menyembah kepada Allah pencipta langit dan bumi beserta seluruh apa yang ada di dalamnya. Petunjuk Allah lah yang mampu membawa manusia keluar dari “kegelapan”, menuju pada keyakinan yang benar.
Ketakutan kepada mitos, legenda dan cerita-cerita bohong dan palsu, disebabkan hati manusia tertutup oleh noda-noda dosa, hati yang gelap dengan dosa, hati yang mudah takut kepada cerita bohong, hati yang  tindak mampu melihat tanda-tanda keagungan Allah Tuhan yang Maha Mulia, Tuhan Cahaya Langit dan Bumi, hati yang tidak mampu merasakan perlindungan Allah Tuhan semesta Alam.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)
Keyakinan sesat di tengah-tengah masyarakat, ada pula atas usaha-usaha sekelompok kahin(dukun/supranatural) yang menyebar cerita-cerita sesat untuk membangun rasa takut di hati manusia. Agar para manusia awam meminta tolong kepada kahin untuk dapat terlindungi dari bahaya-bahaya “berhala” yang dimitoskan. Dengan demikian Kahin sebagai hamba syaitan telah berhasil membuat rasa takut kepada masyarakat awam, sehingga masyarakat awam akan banyak yang datang dan meminta tolong dan meminta perlindungan kepada mereka.
Islam mengajari kita cara praktis untuk menolak seluruh was-was yang disebarkan oleh bala tentara syaitan dengan banyak mendekat kepada Allah, dengan cara menjauhi dosa dan selalu mengisi hati dengan Al-Qur’an. Hati yang bersih akan mendapat cahaya dari Allah dan kegelapan dihati pun akan sirna. Membaca Al-Qur’an dalam bahasa aslinya adalah sangat dituntunkan untuk dilakukan. Namun membaca tarjamah dalam bahasa  yang dapat dipahami oleh aqal pikirannya masing-masing perlu dilakukan agar apa yang difirmankan oleh Allah menjadi terpahami oleh Aqal dan hati.
……………..Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (QS. 2:150)
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku(Allah), jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. 3:175)
………. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk ( mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu………(QS. 5:3)
Menghadapi mitos, legenda dan cerita-cerita klenik, pertunjukan-pertunjukan sihir,  yang sering membuat manusia takut dapat dilakukan dengan banyak membaca Al-Qur’an dan memasukkannya kedalam aqal dan hati. Hati yang bersih akan mampu tertembus Al-Qur’an dan mampu membersihkan hati dari segala kegelapan dan  melawan segala was-was jahat yang dibisikkan syaitan kedalam hati manusia. Sebaliknya hati yang kotor akan tetap saja terbelenggu didalam kegelapan dan tidak mampu keluar darinya.
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia tiada dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. 24:40)
Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)” (QS. 10:34)
Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (QS. 16:100)
Menghilangkan segala keyakinan dan cerita kemusyrikan di tiap-tiap hati manusia, atau pula ditengah-tengah masyarakat, dapat dilakukan dengan membersihkan segala perbuatan dosa yang tersebar ditengah-tengah masyarakat. Dan sekaligus menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan yang terus menerus dimasukkan kedalam hati sanubari, sehingga Kegelapan syaitan akan sirna dari hati manusia, sirna dari tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Sebaliknya bila kemaksiyatan telah menjadi budaya, maka kegelapan telah menyatu dengan hati manusia dan hati masyarakat,  kegelapan akan membelenggu dan menjadi siksa di hati dan menjadi sesuatu yang sulit dihilangkan.

Nukilan Surat Umar Bin Khatab kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarah


Umar bin Khatab pernah menulis sebuah surat jawaban kepada Abu Ubaidah Bin Al-Jarah dan Mu’adz bin Jabal dengan isi diantaranya, artinya adalah sebagai berikut:
” … Dan anda telah menulis surat yang mengingatkan saya bahwa pada akhir zaman nanti umat ini akan kembali kepada kondisi dimana mereka bersaudara secara lahir tetapi batin mereka bermusuhan. Maka anda tidak termasuk mereka, dan sekarang ini belum zamannya. Pada zaman itu akan timbul sikap cinta dan benci, dan cinta sebagian manusia pada waktu itu ialah kepada kepentingan dunia mereka.”
Apakah keadaan yang demikian ini sudah sampai kepada zaman kita atau belum, masing-masing diri kita bisa merasakan sendiri. Apakah kita dapat terhindar dari kondisi yang seperti itu dan kemudian keluar dari kondisi buruk yang seperti itu ?, Namun sebuah zaman membuahkan sebuah generasi yang bertabiat yang demikian tentu ada penyebabnya, sebagaimana dari hadist-hadist Rasulullah yang lainnya
Bahwa Nabi saw. menaiki salah satu bangunan tinggi di Madinah, kemudian beliau bersabda: Apakah kalian melihat apa yang aku lihat? Sesungguhnya aku melihat tempat-tempat terjadinya fitnah di antara rumah-rumahmu sepertihalnya turunnya air hujan (Shahih Muslim No.5135)
Banyak sekali sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh umat manusia yang dapat diperbaiki dan dibersihkan dengan cara rajin berta’at dan tunduk kepada Allah SWT dengan mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun bila manusia telah membiarkan disekitar mereka membanjir kebiasaan-kebiasaan buruk, dan perilaku-perilaku buruk, sebagaimana hujan yang jatuh diantara celah-celah rumah mereka maka kemuliaan ajaran islam akan terkendala masuk kedalam hati, sebaliknya perilaku buruk akan sedikit demi sedikit tumbuh didalam hati sebagaimana karat pada sebuah besi atau jamur pada sebuah kayu lapuk, dan akhirnya merusak dan menghancurkannya.
Jaman akhir, jaman yang banyak dipenuhi dengan ujian, bercampurnya berbagai budaya umat manusia sedunia, antara yang baik dan yang buruk, telah merubah kepribadian manusia di negri-negri muslim. Orang dapat mengais dan terlarut pada kemaksiyatan didalam kamar-kamar pribadi mereka, apakah lewat media elektronika atau yang lainnya. Pendirian yang tidak teguh pada pengamalan amal sholih telah melunturkan sifat-sifat mulia seorang muslim. Tercampurnya yang haq dengan yang batil telah mengikis sifat-sifat mulia yang dibangun dengan susah payah oleh pengajaran islam.
Jaman akhir, sibuknya urusan dunia, membawa manusia lalai mengerjakan tugas utama untuk selalu beribadah kepada Allah dan menyebarkan kemuliaan agama Allah di muka bumi. Manusia lebih cinta mengisi hidupnya untuk mengejar kesenangan dunia, tanpa ada tujuan akherat sedikitpun. Keindahan jiwa yang dapat tertata indah dan terjaga dengan ajaran dan bimbingan Islam yang mulia telah dibiarkan terbengkelai digantikan dengan sibuknya menata indahnya materi. Rasulullah pernah bersabda yang artinya :
Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya. (HR. Ad-Dailami)
Sabar, sabar, sabar, mari bersama-sama meninggalkan dosa, semoga Allah menunjuki dan mengampuni kita semua dan mencintakan kita kepada kemuliaan Akhlaq.

Pejuang Muslimah : Marwa Al-Sharbini


” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ” (TQS.29:2-3)
Ribuan orang di Mesir yang mengantar jenazah Marwa Al-Sharbini ke tempat istirahatnya yang terakhir,  dan ini tidak sehebat dan semegah acara kematian Michael Jackson. Marwa hanya seorang ibu dan bukan superstar seperti MJ. Tapi kepergian Marwa Al-Sharbini adalah lambang jihad seorang muslim.
Marwa Al- Sharbini mempertahankan harga dirinya sebagai seorang Muslimah yang mematuhi ajaran agamanya meski pun untuk itu ia kehilangan nyawanya. Meski pemerintah Jerman berusaha menutup-tutupi kematian Marwa Al-Sharbini, cerita tentang Marwa mulai menyebar dan mengguncang komunitas Muslim di berbagai negara. Untuk mengenang Marwa, diusulkan untuk menggelar Hari Hijab Internasional yang langsung mendapat dukungan dari Muslim di berbagai negara.
Usulan itu dilontarkan oleh Ketua Assembly for the Protection of Hijab, Abeer Pharaon lewat situs Islamonline. Abeer mengatakan, Marwa Al-Sharbini adalah seorang martir bagi perjuangan muslimah yang mempertahankan jilbabnya. “Ia menjadi korban Islamofobia, yang masih dialami banyak Muslim di Eropa.
Kematian Marwa layak untuk diperingati dan dijadikan sebagai Hari Hijad Sedunia,” kata Abeer. Seruan Abeer disambut oleh sejumlah pemuka Muslim dunia antara lain Rawa Al-Abed dari Federation of  Islamic Organizations di Eropa. “Kami mendukung usulan ini. Kami juga menyerukan agar digelar lebih banyak lagi kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak muslimah di Eropa, termasuk hak mengenakan jilbab,” kata Al-Abed.
Selama ini, masyarakat Muslim di negara-negara non-Muslim memperingati Hari Solidaritas Jilbab Internasional setiap pekan pertama bulan September. Hari peringatan itu dipelopori oleh Assembly for the Protection of Hijab sejak tahun 2004, sebagai bentuk protes atas larangan berjilbab yang diberlakukan negara Prancis.
Dari berbagai sumber didapatkan informasi, Marwa Al-Sharbini, 32, meninggal dunia karena ditusuk oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia pada Rabu (1/7) di ruang sidang gedung pengadilan kota Dresden, Jerman. Saat itu, Marwa akan memberikan kesaksian dalam kasus penghinaan yang dialaminya hanya karena ia mengenakan jilbab.Belum sempat memberikan kesaksiannya, pemuda Jerman itu menyerang Marwa dan menusuk ibu satu orang anak itu sebanyak 18 kali. Suami Marwa berusaha melindungi isterinya yang sedang hamil tiga bulan itu, tapi ia juga mengalami luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit.
Kasus Marwa Al-Sharbini menjadi bukti bahwa Islamofobia masih sangat kuat di Barat dan sudah banyak Muslim yang menjadi korban. “Apa yang terjadi pada Marwa sangat berbahaya. Kami sudah sejak lama mengkhawatirkan bahwa suatu saat akan ada seorang muslimah yang dibunuh karena mengenakan jilbab,” kata Sami Dabbah, jubir Coalition Against Islamophobia.
Dabbah mengatakan, organisasinya berulang kali mengingatkan agar para muslimah waspada akan makin menguatnya sikap anti jilbab di kalangan masyarakat Barat. Profesor bidang teologi dan filosifi dari Universitas Al-Azhar, Amina Nusser juga memberikan dukungannya atas usulan Hari Jilbab Internasional yang bisa dijadikan momentum untuk merespon sikap anti-jilbab di Barat. “Hari peringatan itu akan menjadi kesempatan bagi kita untuk mengingatkan Barat agar bersikap adil terhadap para muslimah dan kesempatan untuk menunjukkan pada Barat bahwa Islam menghormati keberagaman,” tukas Nusser.
Nusser menegaskan bahwa hak seorang muslimah untuk berbusana sesuai ajaran agamanya, tidak berbeda dengan hak penganut agama lainnya. Ia mengingatkan, bahwa kaum perempuan penganut Kristen Ortodoks juga mengenakan kerudung sebelum masuk ke gereja.
Dukungan untuk menggelar Hari Jilbab Internasional juga datang dari Muslim Association of Denmark.  Ketuanya, Mohammed Al-Bazzawi. “Hari Jilbab untuk mengingatkan masyarakat Barat bahwa hak muslimah  untuk mengenakan jilbab sama setara dengan hak perempuan non-Muslim yang bisa mengenakan busana apa  saja. Mereka di Barat yang bicara soal hak perempuan, selayaknya menyadari bahwa mereka juga tidak bisa mengabaikan hak seorang perempuan untuk mengenakan jilbab,” tandas Al-Bazzawi.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (TQS. Ali Imran : 142)
Jadi kalo selama ini ada masih malu-malu atau tidak mau memakai jilbab padahal dia seorang muslimah dan telah ‘mengerti’, maka berkacalah pada perjuangan muslimah yang satu ini.
Berusaha beragama secara total adalah wajib. Dan menuju Islam yang Kaffah adalah jalan utama.:)

Ujian Bagi Mereka adalah Ujian Bagi Kita


Musibah bencana melanda negeri ini secara bertubi-tubi. Aceh, Mentawai, Jogja, Pangandaran, Tasikmalaya, Bandung selatan dan lain sebagainya sampai dengan Padang yang baru saja dilanda gempa dahsyat. Belum rampung penyelesaian urusan satu musibah telah muncul musibah lain. Bersedih sesuatu hal yang wajar karena kita memiliki hati nurani, kita semua memiliki empati ketika kita atau saudara kita tertimpa musibah bencana.
Namun kita harus mencoba memahami setiap musibah yang kita dapatkan. Segala musibah terebut terjadi dengan seijin Allah, musibah sendiri memiliki peran yang bermanfaat bagi kehidupan didunia.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al An’am  : 69)

Manusia memang ditakdirkan tidak pernah lepas dari ujian. Baik yang sudah diprediksikan ataupun yang datang tiba-tiba seketika. Ada yang menganggapnya sebagai hal biasa, entahlah mungkin karena sudah terlalu bisa dengan kondisi kesusahan ataupun yang menganggap bahwa musibah tersebut, memang logikanya harus demikian.
Bahkan ada juga yang langsung 180 drajat berubah, berubah dalam arti tobat dan memperbaiki diri dengan sebenar-benarnya. Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengampun!
Tetapi ada juga yang ‘taubat semu’. Kalau sedang susah, lebih mendekat karena muncul rasa butuh kepada Allah yang amat sangat. Tetapi ketika semua berlalu, maka berlalulah juga pendekatan yang  telah dilakukan. Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui!
Uniknya, ada juga yang berbalik dari rahmat Allah swt, berpikir negatif (naudzubillah) menganggap Allah sudah tidak sayang lagi kepada hamba-Nya. Sudah berusaha berbuat baik kog tetep saja dikasih bencana kesusahan. Ya, Allah berilah kami kekuatan dan keikhlasan di jalan-Mu!
Banyak hikmah yang bisa manusia dapatkan ketika mengalami atau melihat suatu musibah, diantaranya adalah :
UJIAN
Benar banget !  Allah akan menguji hamba-Nya, mana saja yang benar-benar menuju Taqwa dan mana yang semu. Perhatikan ayat-ayat berikut ini :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. 29:2)
“Apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 9:16)”
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah”.Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(QS. 2:214)”.
Apakah kamu mengira akan dapat masuk syurga sedangkan belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang (berjihad) di antara kamu dengan penuh kesabaran. (QS.3:142)

Sungguh mengagumkan (sikap) orang yang beriman, dan itu tidak terjadi selain pada orang beriman. Jika ia menerima kebahagiaan ia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia menerima musibah ia bersabar, maka itu jadi kebaikan baginya.(H.R. Muslim)”
Musibah merupakan salah satu cara Allah dalam menilai keimanan seseorang kepada takdir, karena seorang mukmin yakin bahwa segala sesuatu yang diterimanya adalah ketentuan dari Allah swt. Allah berkehendak melakukan apapun yang dikehendakinya. Oleh karena itu ucapan seorang mukmin ketika mendapati musibah ialah “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepadanya.

PENGHAPUS DOSA

Jika seorang mukmin menerima musibah dengan penuh kesabaran, keimanan dan tawakal maka hal itu akan menjadi penghapus dosa-dosanya, bahkan bisa jadi musibah yang datang bertubi-tubi itu mengantarkan kita kepada Allah dalam keadaan tidak membawa dosa karena semua akan dihapuskan oleh Allah swt.
Karena bisa saja musibah yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang yang Allah berikan. “Akan terus menerus ujian menimpa mukmin dan mukminah yang menimpa jiwanya, anaknya dan hartanya hingga dia berjumpa Allah Ta’ala dalam keadaan tidak punya dosa” (H.R. Tirmidzi)
PERINGATAN BAGI ORANG-ORANG LALAI
Dengan musibah Allah mengingatkan kita bahwa Allah berkuasa untuk melakukan apapun yang dikehendaki-Nya. Kalau selama ini kita hanya mendengar, membaca kisah banjir besar yang terjadi pada jaman Nabi Nuh, dengan peristiwa gelombang tsunami atau luapan lumpur di sidoarjo jawa timur, Allah menegaskan bahwa hal itu bukan hal yang sulit untuk dipertontonkan kembali.
Tidak ada Sesuatu kekuatan apapun yang dapat menghalang-halangi proyek dan rencana Allah swt. Jika dalam banyak ayat Allah mengingatkan bahwa kiamat datang tiba-tiba, rasanya musibah gempa di Padang hari selasa kemarin telah membuktikan hal itu. Peristiwa itu juga menjadi peringatan bahwa manusia itu serba lemah, tidak memiliki apa-apa.
Jika diri, anak, istri, sanak family adalah miliki kita, mengapa kita tidak bisa mempertahankan kehidupan mereka? Jika ladang, rumah, kendaraan adalah milik kita, mengapa kita tidak dapat mempertahankannya? Ternyata kita tidak punya apa-apa, kita begitu kecil dihadapan-Nya, bahkan untuk menolak dengan apa yang tidak sukai pun kita tidak mampu.
ADZAB UNTUK ORANG DZALIM
Jangan dilupakan, tidak mustahil musibah besar ini merupakan azab dari Allah swt bagi orang-orang zalim dan orang-orang durhaka. Banyak sekali kisah didalam Al Qur’an yang menceritakan tentang kaum yang bergelimang kedzaliman kemudian dimusnahkan. Mereka sudah diseru ratusan tahun, karena masih juga membangkang maka kaum tersebut diganti seketika.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak berdosa dalam pandangan Allah?padahal mereka termasuk dalam terjangan bencana itu.
Wahai Aisyah sesungguhnya Allah jika menurunkan azabnya kepada orang yang berhak mendapatkan siksa-Nya sementara ditengah-tengah mereka ada orang-orang shaleh, mereka semua terkena bencana bersama orang-orang itu lalu akan dibangkitkan berdasarkan niat mereka masing-masing.” (HR Ibnu Hibban).
KEPEDULIAN = SIKAP SYUKUR
Nah ini sangat penting! Bagi yang tidak terkena musibah, selain turut berduka, ia juga wajib bersyukur. Bukan hanya sekedar Alhamdulillah! Tetapi membuktikannya dengan berbagi dengan membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana. Dengan tenaga, harta dan doa.
Bayangkan jika semua yang menimpa saudara-saudara disana tersebut menimpa kita juga.
Bukankah sesama muslim itu satu tubuh ?
Bukankah kesalehan dalam ibadah ritual juga harus dibuktikan dengan keshalehan sosial?
Bukankah mukmin terbaik akan selalu mendermakan yang terbaik juga?
Bukankah kalimat tolong-menolong terhadap sesama itu bukan hanya slogan?
Bukankah Allah berjanji memudahkan urusan hamba-Nya yang peduli kepada saudaranya?
Ini adalah kesempatan kita, bahu membahu bergandengan tangan menguatkan keimanan dan memperkuat ukhuwah dengan sesama. Rasulullah SAW mengingatkan “Siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk golongan mereka
Wallahu a’lam.

Jodoh TERBAIK untuk Anak Kita


Kewajian Orang tua kepada putra-putrinya adalah menjaga anaknya kembali kepada fitrahnya yakni untuk menyembah kepada Allah SWT (beragama Islam), mendidiknya menjadi anak shaleh dan shalehah. Dan ketika sudah dewasa, orang tua mencarikan jodoh untuknya.
Dalam mencarikan jodoh bagi putra-putrinya, didasarkan pada criteria yang telah dituntunkan Rosululloh SAW. Sabda Beliau :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: تُنْكَحُ اْلمَرْأَةُ ِلاَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَ لِحَسَبِهَا وَ لِجَمَالِهَا وَ لِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ لِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. الجماعة الا الترمذى
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, (jika tidak) maka celakalah kamu”. [HR. Jamaah kecuali Tirmidzi]
Kriteria untuk memilihkan jodoh ada 4 hal :
1.       Nasab (keturunan)
2.       Harta (kekayaan)
3.       Pangkat/Jabatan (kedudukan)
4.       Agama (keimanan)
Keempat criteria tersebut dapat dipenuhi, andaikata 3 hal paling atas tidak bisa didapatkan makan point yang ke-4 haruslah ada, yakni keimanan. Sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan apalagi dilupakan. Kunci utama manakala mencari jodoh, menentukan pilihan akan siapa yang akan menjadi jodohku adalah KEIMANAN. Kecantikan, ketampanan, kekayaan dan jabatan yang tinggi  janganlah jadi syarat utama, tetapi jadikanlah agama dan keimanan hati sang calon jodoh sebagai hal utama.
Karena rumah tangga yang berpondasi keimanan yang kuat akan tegak berdiri dengan kuat. Firman Allah SWT  dalam QS. An Nur : 26
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
Selain itu pula dalam QS. Mumtahanah : 10
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ لا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ وَآتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَلا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ذَلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Kedua firman Allah tersebut menjelaskan bahwa wanita beriman untuk laki-laki beriman dan sebaliknya laki-laki beriman untuk wanita beriman. Sebagai orangtua semestinya telah menyiapkan putra-putri mereka untuk mendapatkan jodohnya. Orangtua senantiasa menjaga keimanan semua anak-anaknya. Sesungguhnya Allah telah menetapkan jodoh, kapankah datang? Secara sunnatullah sesuai dengan ayat diatas laki-laki beriman untuk wanita beriman begitupun sebaliknya. Maka tidak ada pilihan yang paling tepat untuk menacarikan jodoh untuk sang putri dengan laki-laki yang beriman.
Keimanan yang sejalan antara istri dan suami akan membangun rumah tangga yang kokoh dan kuat.
Apabila dalam menentukan jodoh ternyata anak telah memiliki pilihan calon sendiri atau tidak cocok dengan pilihan orang tua maka langkah yang paling jitu adalah untuk saling mengkomunikasikan pilihan-pilihannya. Maka orang tua akan menimbang apakah calon-calon tersebut sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah atau tidak. Jika cocok! Orang tua yang bijak seyogyanya akan mendukung pilihan tersebut sepenuhnya. Tetapi jika terjasi perbedaan dalam permasalahan ini makan dikembalikan kepada aturan Allah dan rasul-Nya.
Jika terjadi perbedaan pendapat antara orangtua dan anak tentang jodoh yang akan dipilih, langkah terbaik adalah masing-masing memberikan gambaran lengkap tentang pilihannya masing-masing. Lalu menimbangnya apakah sesuai dengan criteria yang Rasululloh SAW berikan apa tidak.
Kebanyakan anak-anak dijaman sekarang cenderung hanya terpaku kepada paras saja yang elok, apakah kaya atau tidak ditambahi lagi adanya ‘budaya edan’ tentang pacaran. Apabila terjadi yang demikian, maka orangtua wajib memberikan arahan, nasehat dan pengertian yang tepat gimana cara mencari dan menentukan jodoh sesuai  Al Qur’an dan sunnah Rosululloh SAW.
Dan manakala seorang anak yang beriman mendapatkan hal yang demikian, tidak ada pilihan lain selain taat kepada orangtua. Taat merupakan bagian dari sikap berbhakti kepada orangtua. Menerima dengan lapang dada, ikhlas dan yakin akan kebaikan yang akan didapatkan.
Namun apabila orangtua memilihkan berdasarkan criteria yang menyimpang seperti berdasar arah angin, weton, primbon dan hal menyimpang lainnya maka wajiblah sang anak untuk tidak menaatinya.
Yang utama adalah orang tua mencarikan jodoh, lihatlah keimanannya dahulu. Demikian pula bagi sang anak, lihat dan cek keimanannya calon istri atau calon suami. Karena istri Sholihah, suami yang sholeh merupakan pakaian terindah dan nikmat terbaik dalam kehidupan ini

Tidak Takutkah dirimu dengan Neraka


Adalah Abdullah bin Umar ra, seorang sahabat nabi SAW yang kala itu masih remaja. Didalam sebuah mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.
Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A’udzubillahi minannaazi. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.” Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah saw. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati yang cemas. Setelah itu, Hafsah menemui Nabi SAW dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika itu, beliau bersabda, “Sebaik baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam!”
Mendengar sabda Nabi SAW itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik baik lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka, dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia siakan waktu sepertiga malam; waktu di mana Allah Swt memanggil manggil hamba Nya; waktu ketika Allah mendengar doa hamba Nya.”
Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di hadapan Allah Swt. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.
Berikut ini adalah kabar kedahsyatan di Neraka. Naudzubillah jika seseorang tidak percaya akan adanya syurga dan neraka. Atau Seseorang yang merasa yakin kuat di Neraka karena hanya sebentar saja, padahal 1 hari sama dengan ribuan tahun sehingga dia bermalas-malas menuju taqwa. Atau Seseorang yang yakin bahwa Allah Maha Penyayang kog, tidak mungkin hamba-Nya sendiri kog disiksa dst dan berbagai pemikiran lainnya

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُوْنَ اَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلّ زِمَامٍ سَبْعُوْنَ اَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّوْنَهَا. مسلم 4: 2184
Dari ‘Abdullah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari itu Jahannam didatangkan, ia mempunyai tujuh puluh ribu kendali dan setiap satu kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya”. [HR. Muslim juz 4 hal. 2184]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: نَارُكُمْ هذِهِ الَّتِى يُوْقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِيْنَ جُزْءًا مِنْ حَرّ جَهَنَّمَ. قَالُوْا: وَ اللهِ، اِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: فَاِنَّهَا فُضّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَ سِتّيْنَ جُزْءًا، كُلُّهَا مِثْلُ حَرّهَا. مسلم 4: 2184
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Apimu ini, yang dinyalakan oleh anak Adam (manusia) adalah sepertujuh puluh dari panasnya Jahannam”. Para shahabat berkata, “Demi Allah, meskipun begitu api ini sudah cukup (untuk memasak dll), ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya panas api Jahannam itu melebihi panasnya api ini dengan enam puluh sembilan bagian, masing-masing panasnya sama dengan api ini”. [HR. Muslim juz 4 hal. 2184]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِيُّ ص: تَدْرُوْنَ مَا هذَا؟ قَالَ: قُلْنَا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. قَالَ: هذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِى النَّارِ مُنْذُ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا، فَهُوَ يَهْوِى فِى النَّارِ، اْلآنَ حَتَّى انْتَهَى اِلَى قَعْرِهَا. مسلم 4: 2184
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami dahulu sedang bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau mendengar suara benda jatuh, maka beliau bertanya, “Tahukah kamu, suara apa ini ?”. (Abu Hurairah berkata) Kami berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau bersabda, “Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak tujuh puluh musim, ia meluncur turun di neraka, sekarang baru sampai di dasarnya”. [HR. Muslim juz 4 hal. 2184]
عَنِ اْلحَسَنِ قَالَ: قَالَ عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَانَ: عَلَى مِنْبَرِنَا هذَا مِنْبَرِ اْلبَصْرَةِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ الصَّخْرَةَ اْلعَظِيْمَةَ لَتُلْقَى مِنْ شَفِيْرِ جَهَنَّمَ فَتَهْوِى فِيْهَا سَبْعِيْنَ عَامًا. وَ مَا تُفْضِى اِلَى قَرَارِهَا. قَالَ: وَ كَانَ عُمَرُ يَقُوْلُ: اَكْثِرُوْا ذِكْرَ النَّارِ، فَاِنَّ حَرَّهَا شَدِيْدٌ. وَ اِنَّ قَعْرَهَا بَعِيْدٌ. وَ اِنَّ مَقَامِعَهَا حَدِيْدٌ. الترمذى 4: 104
Dari Hasan, ia berkata : ‘Utbah bin Ghazwan berkata di atas mimbar kita ini, yaitu mimbar Bashrah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya batu yang besar dilemparkan dari bibir Jahannam, lalu jatuh di dalamnya tujuh puluh tahun belum sampai dasarnya”. ‘Utbah berkata : ‘Umar berkata, “Perbanyaklah ingat kepada neraka, karena sesungguhnya panasnya amat sangat, sesungguhnya dasarnya sangat dalam dan sesungguhnya alat pemukulnya terbuat dari besi”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 104]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص فِي قَوْلِهِ (كَالْمُهْلِ) قَالَ: كَعَكَرِ الزَّيْتِ، فَاِذَا قَرَّبَهُ اِلَى وَجْهِهِ سَقَطَتْ فَرْوَةُ وَجْهِهِ فِيْهِ. الترمذى 4: 105
Dari Abu Sa’id, dari Nabi SAW dalam menafsiri firman Allah [Kalmuhli], beliau bersabda, “Seperti keruhnya minyak, lalu apabila orang kafir mendekatkan air tersebut ke wajahnya, jatuhlah kulit mukanya di dalamnya”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 105]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ اْلحَمِيْمَ لَيُصَبُّ عَلَى رُءُوْسِهِمْ فَيَنْفُذُ اْلحَمِيْمُ حَتَّى يَخْلُصَ اِلَى جَوْفِهِ، فَيَسْلِتَ مَا فِى جَوْفِهِ حَتَّى يَمْرُقَ مِنْ قَدَمَيْهِ وَ هُوَ الصَّهْرُ، ثُمَّ يُعَادُ كَمَا كَانَ. الترمذى 4: 106
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya air mendidih disiramkan diatas kepala mereka, lalu air yang mendidih itu menembus hingga di perutnya, kemudian memotong-motong apa yang ada di dalam perutnya, hingga keluar dari kedua telapak kakinya dalam keadaan cair, kemudian dikembalikan seperti semula”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 106]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ عَنِ النَّبِيّ ص فِى قَوْلِهِ (وَيُسْقى مِنْ مَآءٍ صَدِيْدٍ يَّتَجَرَّعُه) قَالَ: يُقَرَّبُ اِلَى فِيْهِ فَيَكْرَهُهُ، فَاِذَا اُدْنِيَ مِنْهُ شَوَى
وَجْهَهُ وَ وَقَعَتْ فَرْوَةُ رَأْسِهِ. فَاِذَا شَرِبَهُ قَطَّعَ اَمْعَاءَهُ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ دُبُرِهِ. يَقُوْلُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى (وَسُقُوْا مَآءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَآءَهُمْ) وَ يَقُوْلُ (وَ اِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَآءٍ كَاْلمُهْلِ يَشْوِى اْلوُجُوْهَ، بِئْسَ الشَّرَابُ، وَ سَآءَتْ مُرْتَفَقًا). الترمذى 4: 106
Dari Abu Umamah, dari Nabi SAW dalam menafsiri firman Allah [Dia diberi minum dengan air bercampur nanah dan darah. Dia akan meminumnya (QS. Ibrahim : 16-17)] Beliau bersabda, “Air yang bercampur nanah itu didekatkan pada mulutnya, lalu ia membencinya. Apabila nanah itu didekatkan kepadanya, maka nanah itu membakar mukanya (karena panasnya) dan jatuhlah kulit kepalanya, apabila ia meminumnya, maka memotong-motong ususnya hingga keluar dari duburnya”. Allah berfirman, “Mereka diberi minuman dari air yang mendidih hingga memotong-motong ususnya (QS. Muhamad : 15)). Dia berfirman, “Dan apabila mereka minta tolong, niscaya akan ditolong dengan air yang menyerupai minyak yang keruh yang memanggang muka, itulah seburuk-buruk minuman, dan neraka itu seburuk-buruk tempat kediaman (QS. Al-Kahfi : 29)”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 106]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: (كَالْمُهْلِ) قَالَ: كَعَكَرِ الزَّيْتِ، فَاِذَا قُرّبَ اِلَيْهِ سَقَطَتْ فَرْوَةُ وَجْهِهِ فِيْهِ.وَ بِهذَا اْلاِسْنَادِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَسُرَادِقُ النَّارِ اَرْبَعَةُ جُدُرٍ كِثَفُ كُلّ جِدَارٍ مَسِيْرَةُ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً. وَ بِهذَا اْلاِسْنَادِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَوْ اَنَّ دَلْوًا مِنْ غَسَّاقٍ يُهْرَاقُ فِى الدُّنْيَا َلأَنْتَنَ اَهْلُ الدُّنْيَا. الترمذى 4: 107
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, dari Nabi SAW, beliau bersabda dalam menafsiri firman Allah [Kalmuhli], “Seperti minyak yang keruh, apabila didekatkan kepada mukanya, niscaya jatuhlah kulit mukanya di dalamnya”. Dan dengan sanad ini pula, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh yang mengelilingi neraka itu empat tembok tebal, setiap tembok itu perjalanan empat puluh tahun”. Dan dengan sanad ini pula, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Seandainya satu timba berisi nanah dari penghuni neraka dituangkan di dunia niscaya penduduk dunia menjadi busuk baunya”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 107]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَرَأَ هذِهِ اْلآيَةَ (اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ) قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ اَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّوْمِ قُطِرَتْ فِى دَارِ الدُّنْيَا َلاَفْسَدَتْ عَلَى اَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ، فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُوْنُ طَعَامُهُ؟ الترمذى 4: 107
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah SAW membaca ayat ini (Bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam). Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh seandainya satu tetes dari pohon zaqqum dijatuhkan di dunia, niscaya merusak penghidupan penghuni dunia, lalu bagaimana dengan orang yang pohon zaqqum menjadi makanannya ?”.  [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 107]
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يُلْقَى عَلَى اَهْلِ النَّارِ اْلجُوْعُ فَيَعْدِلُ مَا هُمْ فِيْهِ مِنَ اْلعَذَابِ فَيَسْتَغِيْثُوْنَ فَيُغَاثُوْنَ بِطَعَامٍ مِنْ ضَرِيْعٍ، لاَ يُسْمِنُ وَ لاَ يُغْنِى مِنْ جُوْعٍ، فَيَسْتَغِيْثُوْنَ بِالطَّعَامِ فَيُغَاثُوْنَ بِطَعَامٍ ذِى غُصَّةٍ، فَيَذْكُرُوْنَ اَنَّهُمْ كَانُوْا يُجِيْزُوْنَ اْلغُصَصَ فِى الدُّنْيَا بِالشَّرَابِ فَيَسْتَغِيْثُوْنَ بِالشَّرَابِ فَيُدْفَعُ اِلَيْهِمُ اْلحَمِيْمُ بِكَلاَلِيْبِ اْلحَدِيْدِ. فَاِذَا دَنَتْ مِنْ وُجُوْهِهِمْ شَوَتْ وُجُوْهَهُمْ فَاِذَا دَخَلَتْ بُطُوْنَهُمْ قَطَّعَتْ مَا فِى بُطُوْنِهِمْ. فَيَقُوْلُوْنَ: اُدْعُوْا خَزَنَةَ جَهَنَّمَ. فَيَقُوْلُوْنَ: (اَلَمْ تَكُ تَأْتِيْكُمْ رُسُلُكُمْ بِاْلبَيّنتِ قَالُوْا بَلى، قَالُوْا فَادْعُوْا وَ مَا دُعَآءُ اْلكفِرِيْنَ اِلاَّ فِيْ ضَللٍ) قَالَ: فَيَقُوْلُوْنَ: اُدْعُوْا مَالِكًا. فَيَقُوْلُوْنَ (يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ) قَالَ: فَيُجِيْبُهُمْ (اِنَّكُمْ مَاكِثُوْنَ) قَالَ: اْلاَعْمَشُ: نُبّئْتُ اَنَّ بَيْنَ دُعَائِهِمْ وَ بَيْنَ اِجَابَةِ مَالِكٍ اِيَّاهُمْ اَلْفَ عَامٍ. قَالَ: فَيَقُوْلُوْنَ: اُدْعُوْا رَبَّكُمْ. فَلاَ اَحَدَ خَيْرٌ مِنْ رَبّكُمْ. فَيَقُوْلُوْنَ: (رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَ كُنَّا قَوْمًا ضَالّيْنَ، رَبَّنَا اَخْرِجْنَا مِنْهَا فَاِنْ عُدْنَا فَاِنَّا ظلِمُوْنَ) قَالَ: فَيُجِيْبُهُمْ (اِخْسَئُوْا فِيْهَا وَ لاَ تُكَلّمُوْنِ) قَالَ: فَعِنْدَ ذلِكَ يَئِسُوْا مِنْ كُلّ خَيْرٍ وَ عِنْدَ ذلِكَ يَأْخُذُوْنَ فِى الزَّفِيْرِ وَ اْلحَسْرَةِ وَ اْلوَيْلِ. الترمذى 4: 108
Dari Abud Darda’, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Lapar dicampakkan kepada penghuni neraka, maka siksa lapar membandingi siksa lain yang telah menimpa mereka, lalu mereka minta tolong, maka ditolong dengan makanan berupa pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar, lalu minta tolong untuk diberi makanan lagi, maka ditolong dengan makanan yang tersendat di kerongkongan, lalu mereka menyebutkan bahwasanya mereka dahulu di dunia apabila makanan tersendat di kerongkonan lalu mengikutinya dengan minum, lalu mereka minta tolong untuk diberi minuman, maka air yang mendidih diserahkan kepada mereka dengan penyapit besi. Apalagi bila air panas itu dekat dengan muka mereka, niscaya membakar wajah mereka, apabila air itu masuk di perut mereka, niscaya air itu memotong-motong apa yang ada di perut mereka, lalu mereka berkata, “Mintalah kepada para penjaga neraka Jahannam”. Kemudian penjaga Jahannam berkata, “Apakah para Rasul tidak datang kepadamu dengan membawa keterangan ?”. Mereka menjawab, “Sudah”. Para penjaga Jahannam berkata, “Mintalah, dan tiada permintaan orang-orang kafir kecuali dalam kesesatan (QS. Al-Mu’min : 50)”. Nabi SAW bersabda : Mereka berkata, “Mintalah kepada malaikat Malik !”. Mereka berkata, “Hai Malik, mintakanlah kepada Tuhanmu agar Dia mematikan kami !”. Beliau SAW bersabda : Malaikat menjawab, “Sesungguhnya kamu tetap hidup terus (QS. Az-Zukhruf : 77)”. Al-A’masy berkata : Aku diberitahu bahwa jarak waktu antara permintaan mereka dan antara jawaban Malik kepada mereka adalah seribu tahun. Beliau SAW bersabda : Mereka berkata, “Mintalah Tuhanmu, karena tidak ada seorangpun yang lebih baik daripada Tuhanmu !”. Lalu mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, nasib buruk telah mendahului kami dan sungguh kami kaum yang tersesat. Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari neraka, lalu jika kami kembali (dalam kesesatan), sungguh kami orang-orang yang dhalim”. Beliau bersabda : Allah menjawab mereka, “Pergilah padanya dan jangan bicara kepada-Ku (QS. Al-Mu’minuun : 106-108)”. Beliau bersabda : Pada saat itu mereka putus asa dari segala usaha yang dapat menyelamatkan mereka dan pada saat itu pula mereka memulai dalam suara yang keras, penyesalan dan kecelakaan”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 108]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: (وَ هُمْ فِيْهَا كَالِحُوْنَ) قَالَ: تَشْوِيْهِ النَّارُ فَتَقَلَّصُ شَفَتُهُ اْلعُلْيَا حَتَّى تَبْلُغَ وَسَطَ رَأْسِهِ وَ تَسْتَرْخِى شَفَتُهُ السُّفْلَى حَتَّى تَضْرِبَ سُرَّتَهُ. الترمذى
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Para penghuni neraka di neraka bermuka muram”. Beliau bersabda, “Mukanya dibakar api neraka, lalu bibirnya yang atas tersingsing hingga sampai di tengah kepalanya dan bibirnya yang bawah turun hingga menghantam pusarnya”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 109]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اُوْقِدَ عَلَى النَّارِ اَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى احْمَرَّتْ ثُمَّ اُوْقِدَ عَلَيْهَا اَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى ابْيَضَّتْ ثُمَّ اُوْقِدَ عَلَيْهَا اَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى اسْوَدَّتْ فَهِيَ سَوْدَاءُ مُظْلِمَةٌ. الترمذى 4: 110
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Dinyalakan atas neraka Jahannam seribu tahun hingga menjadi merah, kemudian dinyalakan atasnya seribu tahun sehingga menjadi putih, kemudian dinyalakan atasnya seribu tahun sehingga menjadi hitam, lalu neraka Jahannam itu hitam pekat”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 110]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اشْتَكَتِ النَّارُ اِلَى رَبّهَا وَ قَالَتْ: اَكَلَ بَعْضِى بَعْضًا، فَجَعَلَ لَهَا نَفَسَيْنِ: نَفَسًا فِى الشّتَاءِ وَ نَفَسًا فِى الصَّيْفِ. فَاَمَّا نَفَسُهَا فِى الشّتَاءِ فَزَمْهَرِيْرٌ. وَ اَمَّا نَفَسُهَا فِى الصَّيْفِ فَسَمُوْمٌ. الترمذى 4: 111
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Neraka mengadu kepada Tuhannya dan berkata, “Sebagian aku memakan bagian yang lain”. Lalu Allah menjadikan baginya dua nafas, satu nafas di musim dingin, dan nafas yang lain di musim panas. Adapun nafasnya di musim dingin adalah sangat dingin, adapun nafasnya di musim panas adalah angin yang panas”. [HR. Tirmidzi juz 4 hal. 111]

Melawan Arus Deras Materialisme & Atheisme


Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurah untuk Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau. Alhamdulillah, semoga Allah senantiasa menunjuki, mengampuni, melindungi dan merahmati kita semua.
Betapa Allah telah menunjuki kita bagaimana menghadapi kehidupan dunia yang semakin hari semakin bergeser menuju titik akhirnya (hari Qiyamat). Demikian pula Allah telah menunjukkan keagungannya dengan berbagai macam ragam kehidupan di muka bumi, dari kehidupan makhluq terkecil sejenis VIRUS, hingga binatang-binatang raksasa yang dinamakan manusia dengan nama DINOSAURUS.
Kemajemukan manusia yang begitu macam ragamnya, dari manusia yang penuh dengan keimanan kepada Allah (para Nabi dan RasulNya) hingga manusia-manusia yang anti bertuhan dan beragama (manusia Materialis Atheis). Yang pada hari ini para pengikut-pengikut keduanya telah berbaur bencampur aduk menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Yang semuanya telah tertulis dalam Al-Qur’an pada kisah Dzulqarnain
Dzulqarnain berkata:”Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”. (QS. 18:98)
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. (QS. 18:99)

Semoga Allah senantiasa menunjuki dan melindungi kita ditengah-tengah arus deras manusia-manusia anti agama, yang terus menerus berbuat dengan perbuatan sesuka hawanafsu mereka dan cenderung melampaui batas dan dimurkai oleh Allah.
a. Melepas keyakinan beragama
Dunia materialis berpijak pada prinsip bahwa alam raya ada dengan sendirinya dan bersifat kekal, sehingga manusia hanyalah sebagai akibat adanya alam raya, hidup dan matinya tidak memiliki suatu tanggungjawab, sehingga manusia berhak menciptakan alur kehidupan yang dilakukan dengan membuat aturan-aturan yang disepakati diantara mereka, tanpa merujuk pada hukum-hukum Allah Tuhan semesta Alam, aturan yang universal yang telah ditetapkan oleh Allah atas umat manusia.
Umat beragama, umat Islam dibimbing oleh Allah dengan bimbingan para Nabi dan Rasul-Rasul-Nya, Bahwa Allah Dialah Tuhan pencipta semesta Alam, dzat pencipta segala sesuatu, Dia-lah Yang Kekal, tidak berawal dan tidak berakhir, yang Maha Agung, Maha Perkasa, Maha Bijaksana, Maha Tinggi, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dialah yang mengenalkan kepada manusia 99 nama-nama terbaik (asma’ul husna). Dan keberadaan manusia adalah atas kehendak-Nya, dan hidup manusia bertanggungjawab kepada-Nya. Mereka yang ta’at akan hidup bahagia, sedang mereka yang durhaka akan hidup sengsara.
Manusia modern sering terpengaruh oleh kehidupan materialis. Bila seluruh norma-norma agama Islam telah ditinggalkan diabaikan dan biasa diabaikan maka manusia akan masuk kedalam jurang terdalam kehidupan materialis. Dunia tanpa mengenal Allah, dunia penuh dengan kesedihan yang kesusahan jiwa, namun dihibur dengan nikmatnya materi.
Berbagai gaya hidup materialis dapat direkam dan diolah, kemudian disiarkan kembali di tengah-tengah masyarakat luas, sehingga bagi orang-orang yang masih lemah dalam keimanan dan keyakinannya kepada Allah, akan menjadi pengikut setia tata cara hidup materialis. Hidup tanpa ta’at dan tunduk patuh kepada Allah. Hidup tanpa ketaatan kepada agama Allah, Al-Islam.
b.Indahnya beragama Islam.
Manusia yang patuh dengan peraturan-peraturan Allah akan merasakan ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan. Dan semuanya itu berpangkal pada jiwa manusia. Rasa terlindungi, dan terjaga membawa jiwa manusia kepada ketenangan, apalagi yang menjaga adalah dzat pencipta semesta alam.
Ibadah-ibadah yang dituntunkan akan menumbuhkan ketenteraman. Dan sudah menjadi pengalaman yang rutin, setiap kali kegundahan dan kegelisahan datang menyerang jiwa, maka dapat terobati dengan cara beribadah sesuai yang dituntunkan oleh-Nya lewat Rasulullah Muhammad SAW. sehingga membuat manusia semakin yakin akan kelemahan dirinya dan semakin yakin akan kasih sayang Allah kepadanya.
Ketika kepatuhan dan ketundukan dijalani dengan tekun maka berujung pada rasa bahagia. Kesuulitan dalam menahan diri dari segala kesenangan hawa nafsu yang terlarang dalam aturan-aturan Allah, akan membuahkan rasa senang dan bahagia yang tersakan dihati dengan nyata. Luka-luka di jiwa akibat perbuatan nista terobati dengan nikmat-nikmat jiwa setelah memperbanyak amal-amal kebaikan sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Jaminan Allah telah Allah khabarkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, barangsiapa yang akhir kalamnya ketika sakaratul maut adalah kata-kata iman kapada Allah, la ilaha ilallah maka jaminan baginya surga, kehidupan bahagia setelah mati. Suatu kepasrahan dan penyaksian jiwa kepada kebesaran Allah Tuhan sang pemilik dan pencipta semesta Alam.
c. Ujian-ujian dunia yang menggelincirkan
Allah sudah mewanti-wanti pada umat manusia akan bahaya berbagai macam ujian dan godaan bagi umat manusia yang hidup di dunia. Dan sekaligus Allah telah menunjuki jalan-jalan kebahagiaan yang dapat dipelihara oleh tiap-tiap manusia
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. 34:37)
Manusia banyak yang telah terbelenggu dengan kehidupan materialis disebabkan karena amat cintanya kepada kehidupan dunia dan harta benda. Zaman semakin modern semakin pula pola hidup materialis menjadi pola hidup manusia modern. Namun Allah memberi jalan keluar dari kubangan pola hidup materialis itu dengan jalan keluar yang membahagiakan umat manusia
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 64:15)
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64:16)
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. (QS. 64:17)

Seandainya umat manusia masih saja berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang sempurna, maka keindahan zaman modern bukan menjadi sebab malapetaka. Namun disebabkan manusia telah mengabaikan ilmu-ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka manusia telah terseret kedalam arus kehidupan materialis yang berujung pada kesengsaraan dunia dan akherat. Manusia terjangkiti dengan kekacauan jiwa, sehingga semakin marak kejadian-kejadian pertikaian, dan perseteruan dan bahkan peperangan.
Mari kita gunakan seluruh potensi diri kita masing-masing untuk kita pinjamkan kepada Allah, untuk menegakkan kebenaran dari Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga arus deras kehidupan materialis tidak akan lagi mempengaruhi kita. Bahkan dengan materi kita yang bertumpuk-tumpuk dapat kita kita tukarkan dengan keselamatan, ketenangan dan ketenteraman serta kebahagiaan di dunia dan di akherat. Semua milik Allah, dan semua kembali kepada Allah, keridhoan Allah-lah yang membawa kita selamat di sisiNya. Wallahu a’lam

Islam Sangat Memuliakan kaum Wanita


Predikat mulia dimata kaum materialis adalah bila dapat tampil didepaan umum dengan gemerlapnya perhiasan dunia. Mulia bagi orang yang gila hormat, apabila dapat tampil dimana-mana dipuji dan disanjung oleh banyak pengagumnya. Mulia dimata ahli pemuas hawa nafsu adalah bila mampu memiliki sarana untuk memuaskan hawanafsunya dan mengajak orang lain terjun mengikutinya.
1. Mulia menurut Allah
Mulia dimata orang sombong, apabila dapat tampil sombong atau merendahkan dan meremehkan orang lain dimuka umum, dst-dst tentang kriteria-kriteria yang berkembang di tengah-tengah kehidupan tentang mengartikan kemuliaan. Allah SWT telah menegaskan arti kemuliaan sebagaimana dalam firmannya yang artinya
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)
Taqwa dapat semakin berkwalitas tinggi bila seorang manusia dapat semakin ta’at dan tunduk patuh kepada Allah. Memiliki kecintaan untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan senang hati. Karena yakin bahwa apa yang dituntunkan oleh Allah adalah kebaikan yang haqiqi.
.
2. Allah memuliakan wanita
Secara khusus Allah telah memuliakan wanita dengan penghormatan yang diberikan oleh Allah baik oleh anaknya maupun oleh suaminya
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kamu sekalian adalah orang yang paling baik terhadap istri mereka”.[HR. Tirmidzi]
Sebaik-baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku [HR. Ibnu Majah] )
Allah telah mewajibkan setiap manusia mengenang dan membalas budi orang tuanya, membalas budi baik ibu-ibu-nya. Dan Allah meletakkan do’a yang ijabah kepada orang tua, terutama do’a ibu untuk anak-anaknya. Sehingga sudah sepantasnya para kaum ibu untuk menghiasi dirinya dengan kemuliaan ilmu dan akhlaq, sehingga dapat mendidik anak-anak mereka memiliki ilmu dan akhlaq yang mulia.
Anak-anaknya akan menjadi manusia-manusia utama yang dapat memuliakan dirinya dan secara otomatis akan pula mengangkat derajad kemuliaan orang tuanya atas didikan para orang tua terutama para ibunya.
Demikian pula seorang suami diperintah oleh Allah untuk memimpin istri-istrinya ke jalan yang benar dan kemudian menyayangi mereka. Kemudian memberi nafkah kepada mereka, dan melindungi serta menjaga mereka agar mereka dapat hidup dengan selamat dan bahagia dalam memelihara anak-anak mereka dan memelihara iman dan taqwanya.
.
3. Menjaga dan memelihara sifat kemuliaan wanita
Sifat mulia yang menonjol yang Allah anugrahkan pada wanita adalah kehalusan, kelembutan perasaan dan hati dan sifat malu yang dominan. Dan kedua sifat tersebut sangat dekat dengan sifat kemuliaan iman dan taqwa, bahwa malu adalah sebagian dari iman.
Dua sifat inilah yang sangat diperlukan dalam pembentukan generasi penerus yang memiliki kehalusan budi pekerti dan kesopanan, Dan Allah telah memberikan jalan bagaimana memelihara dan memupuk agar kedua sifat tersebut tetap dominan di dalam diri seorang wanita.
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. 33:33)
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35) )
Taqwa dalam diri seseorang adalah sesuatu martabat yang sangat tinggi, sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman di dunia dan di akherat, kebahagiaan yang haqiqi. Sesuatu yang menumbuhkan ketenteraman dan kepuasan lahir dan batin dalam mengarungi bahtera kehidupan
Islam telah mengajarkan cara-cara menjaga kemuliaan, diantaranya dengan menjaga kewibawaan masing-masing diri, sehingga tidak membiarkan terjadinya pergaulan bebas diantara manusia berlainan jenis kelamin yang bukan mukhrim.
Pergaulan yang sangat bebas antara pria dan wanita yang bukan mukhrim akan memudarkan dan mencabut ketaqwaan dari diri seseorang. Rasa malu yang tebal merupakan fitrah seorang wanita yang masih memeliharanya, hingga ketika berjumpa dan bergaul dengan lawan jenis yang bukan mukhrim pun rasa malu ini akan nampak menonjol dan akan menjadi benteng, dinding bagi ketaqwaannya
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. …… (QS. 28:25) )
Zaman modern zaman yang terbuka lebar berbagai kesempatan dan sekaligus kompetisi. Namun Zaman modern-pun akan menjadi kacau balau jika berjalan tanpa aturan. Betapa semrawutnya sebuah lalu lintas ketika lampu-lampu pengatur lalulintas telah padam. Semrawut bukan???, pusing bukan???, bingung bukan??? Kacau bukan???. Yang demikianlah bila manusia sudah mengabaikan peraturan. Apalagi mengabaikan peraturan Allah.
.
4. Wanita sebagai Pemimpin
Banyak sektor-sektor pekerjaan yang memang hanya bisa dan akan sempurna bila dikerjakan oleh manusia-manusia ahli dari golongan kaum perempuan. Sebaliknya juga banyak sektor-sektor pekerjaan yang akan maksimal bila ditangani oleh kaum laki-laki. Dan islam tidak melarang kaum perempuan untuk bekerja di tengah-tengah masyarakat, asal sesusai dengan fitrahnya dan tetap terjaga ketaqwaannya. Dan Allah sangat menekankan peran wanita dalam penjagaan kestabilan dalam hidup rumah tangganya.
Rasulullah Muhammad SAW telah mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya kepemimpinan kaum perempuan terutama di tengah-tengah keluarganya sebagaimana sabda beliau yang artinya:
Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki(suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinanya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.[HR. Bukhari dan Muslim] )
Islam mensejajarkan setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan dan masing-masing diberi kelebihan pada bidangnya masing-masing. Kelebihan yang diberikan oleh Allah pada laki-laki adalah pada kemampuannya mencari nafkah dan melindungi segenap anggota keluarga
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). ……….. (QS. 4:34) )
Sebaliknya kaum wanita memiliki kelebihan dalam membangun keharmonisan keluarga, baik terhadap suami dan terutama membangun agama, akhlaq, budi pekerti untuk anak-anak mereka.
Banyak karakter anak yang menyimpang di hari ini disebabkan karena para ibu telah menyibukkan diri di luar rumah tangganya, waktunya tersita habis untuk mengurusi pekerjaan di luar rumah, sehingga anak-anak mereka kehilangan kasih sayang dan didikan para ibu-ibu yang sholihah.
Ibu-ibu yang telalu banyak beraktifitas diluar rumah, apalagi didalam lingkungan yang bercampur bawur serta sibuk dalam masalah dunia semata-mata, maka iman dan taqwa kaum ibupun menjadi luntur dan pudar. Sehingga tidak lagi mampu menjadi pendidik-pendidik keluarga dengan ketinggian moral dan akhlaq.
Atau pula dominasi informasi dari luar lewat berbagai multi media yang menerobos ke dalam rumah-rumah, maka dapat pula meracuni jiwa para kaum ibu dan kaum wanita, sehingga mereka terseret kepada akhlaq yang rendah. Sehingga mereka mendidik anak-anaknya pun dengan akhlaq yang rendah pula.
.
5. Kesesatan Hati dalam memaknai Kehidupan Dunia
Sering terjadi ditengah-tengah masyarakat iklan-iklan penyesat atau pula slogan-slogan penyesat yang memang bertujuan untuk menyesatkan dan mengacaukan keteraturan kehidupan umat manusia. Maukah kita termakan oleh hal-hal yang menyesatkan dan kemudian mengacaukan keteraturan kehidupan.
Relakah kita membiarkan ibu-ibu kita bekerja di tambang-tambang batubara di kedalaman bawah tanah, sedang bapak-bapak kita bekerja sebagai perawat-perawat bayi di rumah sakit ???, memang ini sesuatu contoh yang sangat extrim, namun sering kita menolak bimbingan Allah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Bijaksana, Tuhan pencipta seluruh alam, kemudian kita lebih suka mengikuti ajakan orang-orang kafir, yang mereka memang lebih suka hidup semaunya sendiri dan suka menyulitkan dirinya sendiri.
Pandangan mata hati seorang muslim yang sholih dan sholihah memang beda dengan pandangan orang-orang kafir. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sementara, kehidupan yang harus diwarnai dengan keimanan dan ketaqwaan, diwarnai dengan keta’atan kepada Allah, hidup dengan amal sholih, dengan begitu hidup yang sementara ini akan berujung di surga jannah Allah, kebahagiaan yang kekal di akherat.
Sebaliknya hidup di dunia bagi orang kafir adalah terminal akhir kebahagiaan, karena setelah itu mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akherat, dan kemungkinan besar mereka akan menetap di nereka. Maka perebutan kenikmatan dunia menjadi perebutan yang sangat hebat dan menjadi kerja utama yang sangat-sangat fital dan menyita seluruh waktu hidupnya. Berbagai aturan Allah diabaikan. Berbagai janji Allah diabaikan. Segala larangan Allah dilanggar. Karena memang dunia adalah terminal kesenangan dan kebahagiaan bagi mereka.
Memang menjadi sangat sulit hidup ditengah bercampurnya prinsip hidup yang beraneka ragam, dan enggan diatur dengan aturan Allah, sehingga semuanya menjadi campur aduk, semrawut dan kacau balau. Namun yang benar tetap benar dan yang batil tetap batil. Orang bertaqwa harus memagang teguh kebenaran di tengah kebatilan yang merajalela.
Semoga Allah menunjuki kita umat manusia untuk mencintai bimbingan Allah, dan bersyukur kepada-Nya dan selalu tekun melewati jalan petunjukk-Nya. Laki-laki dan perempuan masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Allah menciptakan segala sesuatu saling berpasangan untuk saling melengkapi, saling menutupi kekurangan dan saling bantu-membantu dalam memelihara keiman dan taqwanya kepada Allah. Dan kebahagiaan serta kenikmatan itu akan diteruskan besok di surga Jannah di akherat yang tinggi, luas dan lebih kekal. Wallahu a’lam.

Tontonan Penghancur Moral Bangsa


Andaikan ini menandai sebuah gunung meletus, maka SUPER SIAGA adalah statusnya. Moral yang menjadi komponen utama akhlak bangsa ini sedang mengalami tantangan yang dahsyat. Selain korupsi dan syirik adalah perzinahan.
Merebaknya video mesum (porno) yang kini banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan generasi muda, sungguh sangat memprihatinkan. Jika hal ini terus berlangsung tanpa kendali, maka moral bangsa akan semakin hancur dan terpuruk. Dan ini akan berakibat pada kehidupan lain secara lebih luas. Ekonomi akan terganggu, pendidikan terguncang, politik jadi tidak bermoral, budaya dan tradisi bangsa tercampakkan, serta nilai-nilai agama akan terpinggirkan.
Allah SWT mengingatkan bahwa perbuatan zina itu adalah fahisyah (kejahatan yang menjijikkan) dan saa’a sabila (seburuk-buruknya jalan).

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah perbuatan yang keji, dan jalan yang buruk.” (QS Al-Isra [17]: 32).
Padahal, jelas-jelas Islam telah melarang melakukan perbuatan zina. Jangankan melakukannya, mendekati saja sudah tidak boleh.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Hendaknya kalian menjauhi perbuatan zina, karena akan mengakibatkan empat hal yang merusak, yaitu menghilangkan kewibawaan dan keceriaan wajah, memutuskan rezeki (mengakibatkan kefakiran), mengundang kutukan Allah, dan menyebabkan kekal dalam neraka.” (HR Thabrani dari Ibn Abbas).
Hadist ini sekaligus membantah pernyataan banyak orang yang sering menyatakan bahwa salah satu penyebab perbuatan zina adalah karena faktor ekonomi atau kemiskinan. Justru perbuatan zina itulah yang akan menjerumuskan pelakunya pada jurang kemiskinan. Dan jika pun terlihat memiliki harta, itu hanya bersifat semu dan sementara. Yang pasti ujungnya akan habis tak berbekas.
Karena buruknya perbuatan zina ini, maka salah satu tanda perilaku orang-orang yang termasuk ‘ibadurrahman adalah meninggalkan perbuatan tersebut. Sebab, mereka yang melakukannya, akan mendapatkan azab Allah, dan mereka akan kekal di dalam neraka dalam keadaan terhina.

وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (٦٨)يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (٦٩)إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠)وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam Keadaan terhina,kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (QS Al-Furqan [25]: 68-71).
Karena itu, agar perbuatan zina ini tidak berlangsung, baik secara terang-terangan maupun terselubung, semua komponen bangsa harus memiliki komitmen dan kepedulian kuat untuk menghindari dan menjauhkannya.
Nilai-nilai agama harus terinternalisasi secara konsisten pada pikiran, jiwa, maupun perilaku masyarakat dan bangsa. Kepada para pelaku perzinaan harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya agar dapat menyebabkan efek jera pada yang lain.

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (QS. An-Nuur: 2-3)
Bahaya Massal karena Zina

عَنْ اَبِى بَكْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ ذَنْبٍ اَجْدَرُ اَنْ يُعَجّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ اْلعُقُوْبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى اْلآخِرَةِ مِنَ اْلبَغْيِ وَ قَطِيْعَةِ الرَّحِمِ. ابن ماجه

Dari Abu Bakrah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan siksanya oleh Allah bagi pelakunya di dunia ini disamping siksanya di akhirat nanti selain dari perbuatan zina dan memutuskan shilaturrahim”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1408, no. 4211]

اِذَا ظَهَرَ الزّنَا وَ الرّبَا فِى قَرْيَةٍ فَقَدْ اَحَلُّوْا بِنَفْسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. الحاكم

Apabila perbuatan zina dan riba telah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu sudah rela terhadap datangnya adzab Allah pada diri mereka. [HR. Hakim]

مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِى ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ. ابو داود

Tidaklah suatu qaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemakshiyatan, sedang mereka mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada mereka. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 122]
Ya Alloh kuatkan hati dan bantulah kami melawan perusak-perusak akhlak Islam. Sehingga tontonan maksiyat tidak menjadi tuntunan. Jaga DIRI dan Keluargamu dengan kesungguhan yang sangat ..jika anda tidak ingin kecewa..
Wallahu a’lam.

Jangan BERDUSTA!


Jujur adalah sifat yang terpuji, sedangkan berdusta atau bohong adalah sifat tercela. Jujur akan membawa kebaikan dan kebaikan akan membawa ke syurga. Sebaliknya, bohong akan membawa kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan akan menjerat pelakunya ke neraka. Oleh Karena itu Allah menyuruh kita supaya berlaku jujur dan menjanjikannya dengan pahala yang besar, sebagaimana firman-Nya didalam QS.Al Ahzab : 70-71

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٧٠)يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
Allah juga menyuruh kita supaya bertaqwa dan berada bersama orang-orang yang benar. Fiman Allah SWT dalam QS. At Taubah :119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
119. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Rusaknya dunia ini adalah karena kebohongan. Orang-orang musyrik yang menganggap Allah punya sekutu, punya anak adalah termasuk orang-orang yang berbuat kedustaan dan mereka termasuk orang-orang yang sangat dhalim. Allah SWT berfirman dalam QS.Yunus: 17

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
17. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya, Tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.
Dan juga Allah berfirman di dalam QS.An Nahl : 105

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
105. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.
Dan juga dalam firman-Nya di QS.An Nahl : 116

وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ
116. dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung.
Dan orang-orang Yahudi dilaknat oleh Allah SWT karena mengadakan kebohongan dengan mengatakan Uzair adalah putera Allah. Begitu pula orang-orang Nasrani, mereka mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah putera Allah. Allah SWT berfirman didalam QS.At Taubah : 30-31

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٣٠)اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٣١)
30. orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al masih itu putera Allah”. Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
31. mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dan berbohong adalah sifat orang-orang yang munafik. Firman Allah SWT didalam QS.Al Baqarah : 8-10)

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (٨)يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٩)فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (١٠)
8. di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
9. mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
10. dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Didalam hadist juga banyak disebutkan pentingnya berbuat jujur dan supaya menjauhi berbuat dusta. Diantaranya sebagai berikut :

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَيْكُمْ بِالصّدْقِ فَاِنَّ الصّدْقَ يَهْدِى اِلىَ اْلبِرّ وَ اِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَتَحَرَّى الصّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدّيْقًا. وَ اِيَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اِنَّ اْلفُجُوْرَ يَهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَ يَتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا. مسلم
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seseorang itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2013]

عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصّدّيْقِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَيْكُمْ بِالصّدْقِ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلبِرّ وَ هُمَا فِى اْلجَنَّةِ. وَ اِيَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلفُجُوْرِ وَ هُمَا فِى النَّارِ. ابن حبان فى صحيحه
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, juz 5, hal. 368, no. 5743]

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِضْمَنُوْا لىِ سِتًّا مِنْ اَنْفُسِكُمْ، اَضْمَنْ لَكُمُ اْلجَنَّةَ. اُصْدُقُوْا اِذَا حَدَّثْتُمْ، وَ اَوْفُوْا اِذَا وَعَدْتُمْ، وَ اَدُّوْا اِذَا ائْتُمِنْتُمْ، وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ، وَ غُضُّوْا اَبْصَارَكُمْ، وَ كُفُّوْا اَيْدِيَكُمْ. احمد و ابن ابى الدنيا و ابن حبان فى صحيحه و الحاكم و البيهقى، فى الترغيب و الترهيب
Dari ‘Ubadah bin Shamit RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Hendaklah kalian menjamin padaku enam perkara dari dirimu, niscaya aku menjamin surga bagimu : 1. Jujurlah apabila kamu berbicara, 2. Sempurnakanlah (janjimu) apabila kamu berjanji, 3. Tunaikanlah apabila kamu diberi amanat, 4. Jagalah kemaluanmu, 5. Tundukkanlah pandanganmu (dari ma’shiyat) dan 6. Tahanlah tanganmu (dari hal yang tidak baik)”. [HR. Ahmad, Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Hibban di dalam shahihnya, Hakim dan Baihaqi, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 587]

عَنِ اْلحَسَنِ بْنِ عَلِيّ رض قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص: دَعْ مَا يُرِيْبُكَ اِلىَ مَا لاَ يُرِيْبُكَ. فَاِنَّ الصّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ، وَ اْلكَذِبَ رِيْبَةٌ. الترمذى و قال حديث حسن صحيح، فى الترغيب و الترهيب
Dari Hasan bin Ali RA ia berkata : Saya hafal dari Rasulullah SAW (beliau bersabda), “Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu (berpindahlah) kepada apa-apa yang tidak meragukanmu, karena jujur itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan”. [HR. Tirmidzi dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih, di dalam At-Targhiib wat Tarhiib, juz 3, hal. 589]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: ا?يَةُ اْلمُنَافِقِ ثَلاَثٌ. اِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَ اِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَ اِذَا ائْتُمِنَ خَانَ. البخارى
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tanda kemunafiqan itu ada tiga hal, yaitu : 1. Apabila berbicara ia berdusta, 2. Apabila berjanji menyelisihi dan 3. Apabila diberi amanat ia khianat”. [HR. Bukhari  juz 1, hal. 14]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَ مَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا. اِذَا ائْتُمِنَ خَانَ، وَ اِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ اِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَ اِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. البخارى 1: 14
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Ada empat hal barangsiapa yang empat hal itu ada padanya maka ia adalah orang munafiq yang sebenarnya. Dan barangsiapa ada padanya satu bagian dari yang empat hal itu berarti ada padanya satu bagian dari kemunafiqan sehingga ia meninggalkannya, yaitu : 1. Apabila diberi amanat ia khianat, 2. Apabila berbicara ia berdusta, 3. Apabila berjanji menyelisihi dan 4. Apabila bertengkar ia curang”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 14]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَامِرٍ رض قَالَ: دَعَتْنِى اُمّى يَوْمًا وَ رَسُوْلُ اللهِ ص قَاعِدٌ فِى بَيْتِنَا. فَقَالَتْ: هَا تَعاَلَ اُعْطِكَ، فَقَالَ لهَاَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا اَرَدْتِ اَنْ تُعْطِيْهِ، قَالَتْ: اَرَدْتُ اَنْ اُعْطِيَهُ تَمْرًا، فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَمَا اِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِيْهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كَذْبَةٌ.
?
Dari Abdullah bin ‘Amir RA ia berkata, “Pada suatu hari ibu saya memanggil saya, pada waktu itu Rasulullah SAW sedang duduk di rumah kami. Ibu saya berkata, “Kesinilah ! kamu saya beri”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Apakah betul engkau akan memberinya ?”. Ibu saya berkata, “Saya akan memberinya kurma”. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada ibu saya, “Ketahuilah, sesungguhnya kamu jika tidak memberi sesuatu kepadanya niscaya kamu dicatat dusta”. [HR. Abu Dawud Juz 4, hal 298 no.4991, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi yang tidak disebutkan namanya]
Demikianlah, semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang jujur dan menjaga kita dari berbuat dusta. Aamiin

Budaya Merayakan Tahun Baru, Milik Siapa?


Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. Nah sudah jelas dong, kalo ini laisa minal Islam ya khan?

Fenomena kontradiktif selalu saja membayangi kehidupan manusia. Begitu pula dalam memperingati datangnya Tahun Baru. Ada yang hura-hura ada yang sebaliknya yakni prihatin dengan kondisi bangsa. Entah sejak kapan, budaya negative dalam peringatan Tahun Baru benar-benar telah melupakan orang tentang kematian. Semua seolah disulap suka-cita, hanyut dalam perayaan-perayaan, begadang, bergaul bebas, keborosan alias meniru dan mengekor budaya kafir. Yah, salah satu kata  kunci yang bermain adalah bisnis. Misi bisnis juga telah berdosa membuat manusia lupa dengan dibungkus perayaan, acara-acara maka digunakanlah ini untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.
Islam itu artinya berserah diri atau tunduk patuh. Tentu saja berserah diri kepada Allah dan tunduk patuh atas segala kehendak-Nya. Allah menghendaki kita suka menafkahkan harta kita fi sabilillah, tetapi banyak orang Islam lebih suka menghamburkan harta dalam bentuk membakar kembang api dan petasan. Allah menghendaki kita banyak dzikrullah, tetapi menusia suka hura-hura dan foya-foya yang semuanya itu melalaikan kita dari Allah. Padahal instruksi dari Allah sangat jelas (QS 6: 162)

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Orang yang hidupnya berorientasi ukhrawi akan berhati-hati dalam berfikir, bertutur-kata dan bertindak. Jangan sampai amalnya merugikan kehidupan akherat yang hendak dia jalani. Kalau Allah melarang manusia untuk menghambur-hamburkan harta dan mengingatkan manusia bahwa pemboros-pemboros itu teman syetan.

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (٢٦)إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS 17: 26-27)
Maka secara pasti dia tidak akan membakar hartanya dalam bentuk kembang api, petasan, terompet dan acara hura-hura lainnya.
Kalaulah Allah mengingatkan orang beriman untuk tidak berbuat sia-sia (QS 23: 3)

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
Maka tidak akan habiskan waktunya untuk muter-muter kota dan hura-hura. Dia akan lebih senang duduk di rumah atau tempat ibadah, mengajak keluarga dan mengerjakan hal-hal yang lebih bermanfaat.
Jauh berbeda dengan orang yang hidupnya berorientasi jangka pendek, orientasi duniawi. Apa yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukannya adalah untuk kepentingan yang bersifat duniawi, yakni untuk memuaskan hawa nafsunya saja. Maka tidak heran kalau mereka di malam tahun baru meskipun diguyur hujanpun namun banyak sekali orang di Solo yang merayakannya dengan keluar rumah pria wanita campur baur menjadi satu dengan beraneka ragam terompet. Sedang yang di Jakarta di TMII ratusan ribu manusia berhura-hura dengan berbagai group band-nya. Sedang di Ancol ratusan ribu orang berpesta musik dan kembang api.

Perbedaan orientasi inilah yang menyebabkan manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda. Orang yang berorientasi ukhrawi akan memandang apa yang ada di dunia ini sebagai fitnah atau cobaan, maka mereka akan lebih berhati-hati dalam menghadapi cobaan. Semua amal yang dia lakukan akan dia lakukan dengan penuh perhitungan untung rugi bagi keselamatan akheratnya. Dia yakin betul bahwa di yaumul-hisab kelak semua amal akan diperhitungkan dan dipertanggung-jawabkan. Hidup di dunia ini cuma sekali, saatnya berprestasi untuk bekal kehidupan akherat. Sedang orang yang berorientasi duniawi dia akan memandang hidup itu hanya disini di dunia ini, maka sekarang inilah saatnya menikmati hidup. Maka orang seperti ini akan cenderung memandang hidup ini untuk bersenang-senang. Hidup di dunia ini cuma sekali mengapa harus menderita?
Dua orientasi hidup yang tidak mungkin bisa dipertemukan. Namun masih saja banyak orang Islam yang merasa mampu mempertemukan keduanya.

“Berharap sangat untuk mendapatkan sorga, tetapi hidupnya diwarnai dengan hura-hura, foya-foya dan menghabiskan hidupnya dengan banyak ketawa.”

Padahal Rasulullah saw sudah mengingatkan bahwa banyak tertawa itu mematikan hati. Hati kita menjadi tidak sensitif lagi dengan peringatan-peringatan Allah, tidak sensitif lagi dengan penderitaan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Nun jauh di lain daerah, orang-orang sedang memikirkan nasib karena barusaja terkena bencana. Terkena musibah yang menghabiskan apa saja, rumah dan hasil bumi bahkan anggota keluarga. Wajiblah bagi kita memikirkannya, bukan malah melupakan atau berpura tidak peduli.
Maka sudah selayaknya umat Islam kembali hidup di alam nyata bukan di alam khayal dan segera sadar bahwa keselamatan kita di akherat nanti ditentukan oleh prestasi hidup kita di dunia ini. Jangan kita bingungkan diri kita sendiri dengan pertentangan yang berkepanjangan antara harapan dan kenyatan yang kita lakukan. Kalau kita tetap berada dalam keadaan demikian maka bukan tidak mungkin akan berbuah depresi yang berkepanjangan yang bisa membuahkan stress, gila, stroke bagi yang terkena tekanan darah tinggi dan gagal jantung bagi yang menderita lemah jantung.
Segera kita luruskan orientasi hidup kita ke arah akherat karena Allah menjanjikan bagi orang yang berorientasi ukhrawi dengan mendapatkan sorga dan bonusnya kesuksesan hidup di dunia. Sedang bagi mereka yang berorientasi duniawi maka mereka hanya akan mendapatkan sebagian kecil dari harta dan kesenangan dunia sedang mereka tidak akan mendapatkan bagian di akherat sama sekali (QS 42: 20).

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.
Padahal kalau kita faham dan tidak mudah lupa, hidup kita di dunia ini cuma sebentar sekali hanya sekitar 60-70 tahun segera akan mati itupun jika tidak meleset. Sedang kehidupan akherat itu kekal, tidak hanya jutaan tahun atau milayaran tahun tetapi kekal, abadi selama-lamanya.
Kalau sampai kita keliru dalam bersikap maka buahnya adalah penderitaan hidup yang kekal didalam kesusahan. Hanya mereka yang tepat dalam bersikap dalam arti benar-benar membangun ketuduk-patuhan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupanlah yang akan sukses hidupnya dunia dan akherat. Merekalah yang akan memetik buah kehidupan dengan kebahagiaan yang kekal di akherat.

Sudahkah Dirimu Bermanfaat bagi yang Lain?


وَ اَحْسِنُوْا، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَimg-water

Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al-Baqarah : 195]
Ada hadits yang pendek namun sarat makna, sering diungkap dan motivasi taktis bagi iman yang sedang turun. Dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Sobat, benar sekali manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan. Hanya omong kosong dibungkus kesombongan yang nyata ketika seseorang berujar “aku bisa hidup sendiri tanpa orang lain..bla3x”
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.

“Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.”

Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan dan kejahatan.
Namun yang dibahas disini bukanlah “orang tidak adil”, tetapi orang yang luar biasa. Dimana dia adalah orang yang lebih banyak memberikan manfaat daripada mengambil manfaat dalam bermuamalah. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Salah satu cirinya adalah Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih (kecuali ridho Allah semata).
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah SAW menyebut seperti itu? Setidaknya ada 4 alasan yang mendasari kenapa kita harus berjuang menjadi manusia sebaik-baiknya.
Pertama, karena manusia tersebut akan dicintai Allah swt. Rasulullah SAW pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (lihat hadist diatas). Adakah tipe manusia yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah SWT?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika efeknya adalah lebih luas. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah SAW, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah SAW berkata membuat atau membeli (untuk disedekahkan) sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah SAW menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu. Dan beberapa contoh kebaikan-kebaikan utama lainnya.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (HR.Thabrani). Subhanallah, mari kita jaga dan kawal semua amal dalam keihlasan sampai akhir hayat.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain terkadang mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka atas ijin Allah swt pula, Allah swt  menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik.

عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص: اَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ اْلعَمَلَ مِنَ اْلخَيْرِ وَ يَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى اْلمُؤْمِنِ. مسلم

Dari Abu Dzarr, ia berkata : Rasulullah SAW pernah ditanya, “Bagaimanakah kalau seseorang beramal kebaikan (karena Allah) lalu dipuji orang ?”. Jawab Rasulullah SAW, “(Itu bukan riya’), tetapi itu sebagai pendahuluan berita gembira bagi seorang mukmin”. (HR.Muslim)
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah SAW. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah : 105)
Persiapan Menuju Manusia Bermanfaat
Untuk bisa menjadi orang yang banyak manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita.
Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung (QS.Al Hasyr : 9)
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah SAW. kepada kita.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah SAW. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah SAW. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal  menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja meng-infakkan uang yang mereka miliki di jalan Allah swt. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dapat dari tetangga kita. Marilah ber-empati, membayangkan apa akibat yang kita lakukan kepada orang lain. Sehingga bisa menjadi lebih baik di kemudian hari.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang haus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban fisik orang lain.
Marilah kita bersosialisasi, bermuamalah sesuai yang telah disyariatkan Allah swt. Orang yang benar-benar menuju taqwa bukanlah sekedar rajin ibadah tetapi juga rajin “membuktikan” hasil ibadah dengan perilaku sosial yang shaleh, bermanfaat bagi ingkungannya.
Jika sobat merasa tidak/belum/kurang bermanfaat bagi manusia lain, bahkan selalu menjadi kerugian bagi orang lain. Wajibkan diri introspeksi dan perbaiki diri. Karena itulah jalan pembuktian keimanan yang sebenarnya.
Semoga bermanfaat