"Engkau bisa menikahi anakku jika kau telah menguasai ilmu ikhlas."
Tentu bagi yang pernah menonton sinetron realigi "Kiamat Sudah Dekat"
masih ingat dengan dialog yang diucapkan Dedi Mizwar yang memerankan
tokoh ayah kepada seorang pemuda yang simpati terhadap anak gadisnya.
Tanpa bermaksud mengenyampingkan maksud dari tim skenario maupun
sutradara, menjadi orang yang ikhlas (mukhlis) memiliki keutamaan yang
demikian penting dalam islam, itulah sebabnya ikhlas dijadikan sebagai
bahasan pertama dalam buku "Tazkiyatun Nafs" karangan Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah, Ibnu Rajab Al Hambaly dan Imam Al-Ghazali.
Sebuah kisah, ada seseorang yang selalu menunaikan shalat di shaf
pertama. Suatu ketika ia terlambat dan ia shalat di shaf kedua. Lalu ia
diliputi rasa malu karena dilihat orang banyak. Dari sini ia tahu bahwa
selama ini ketenangan hatinya dalam melaksanakan shalat di shaf pertama
selama ini disebabkan oleh pandangan orang-orang kepadanya.
"Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan dien (agama) kepada-Nya, lagi bersikap lurus" (Q.S
Al-Bayyinah:5)
Abu Umamah meriwayatkan, seseorang telah menemui Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan
bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk
mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala? Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa." Orang tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali dan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pun tetap menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa." Lalu beliau bersabda'
"Sesungguhnya Allah subhanallah wa ta'ala tidak menerima suatu amal,
kecualli jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharapkan wajah-Nya." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i dengan sanad jayyid/bagus).
MAKNA IKHLAS
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah subhanallah wa ta'ala dari hal-hal yang mengotorinya. Ikhlas juga berarti menjadikan Allah Subhanallah wa ta'ala
sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan atau
mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berorientasi hanya
kepada Allah Subhanalah wa ta'ala.
Hal ini hanya akan dapat datang dari seseorang yang mencintai Allah Subhanallah wa ta'ala
dan menggantung seluruh harapannya pada akhirat. Tidak tersisa tempat
dihatinya untuk mencintai dunia. Seseorang yang dipenuhi oleh kecintaan
kepada Allah Subhanallah wa ta'ala dan akhirat pasti seluruh
aktivitas hariannya _mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kembali_
merupakan cerminan dari cita-citanya untuk obsesi akhiratnya sehingga
dilakukannya dengan keikhlasan.
KEUTAMAAN IKHLAS
Abu Sa'id Al-Khudriy radiyallahu anhu meriwayatkan bahwa pada waktu Haji wada', Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
"Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar kata-kataku lalu
menjaganya. Betapa banyak orang yang membawa pemahaman, tetapi ia
sendiri tidak paham. Tiga hal yang seorang mukmin tidak akan dengki
terhadapnya; mengikhlaskan amal kepada Allah, memberikan loyalitas
kepada para pemimpin kaum muslimin dan selalu bergabung dengan jamaah
mereka." (HR. Al-Bazzar dengan isnad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Hadist diatas memberi pengarahan
bahwa ketiga hal diatas dapat memperbaiki hati (menjauhkan dari sifat
dengki). Barangsiapa menjadikan ketiganya sebagai akhlak, pasti hatinya
akan bersih dari khianat maupun kerusakan.
Seorang hamba hanya akan akan selamat dari godaan setan dengan keikhlasan. Allah subhanallah wa ta'ala berfirman, mengungkapkan pernyataan iblis,
"Kecuali hamba-hamba Mu yang selalu ikhlas" (Shad:83).
Apabila suatu amal telah
tercampuri oleh harapan-harapan duniaawi yang disenangi diri dan hati
manusia_sedikit ataupun banyak_ maka kejernihan amal itu sendiri telah
tercemari. Hilanglah pula keikhlasannya. Sulitnya ikhlas dalam setiap
amalan atau ibadah digambarkan oleh sebuah pepatah,
"Barangsiapa yang sesaat dari umurnya telah dengan ikhlas, hanya mengharap wajah Allah, pasti ia akan selamat".
MEMUPUSKAN KESENANGAN TERHADAP DUNIA, KUNCI KEIKHLASAN
Keikhlasan hanya bisa lahir dari hati
yang selalu khusyu' dan menjadikan akhirat sebagai obsesi hidupnya.
Segala kesenangan hawa nafsu serta ketamakan terhadap dunia dan segala
perhiasannya harus dipupus untuk bisa memudahkan meraih makna
keikhlasan. Banyak orang yang telah bersusah payah _telah mengorbankan
banyak hal baik materi, tenaga maupun pikiran_ untuk beramal, menyangka
telah melakukannya dengan keikhlasan karena Allah subhanallah wa ta'ala.
Padahal sesungguhnya ia telah tertipu. Adapun orang-orang yang lalai
dari keikhlasan, kelak pada hari kiamat, mereka akan mendapati
kebaikan-kebaikan mereka telah berubah menjadi keburukan. Sebagaimana
firman Allah subhanallah wa ta'ala:
"Dan (pada hari kiamat) jelaslah bagi
mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah mereka perkirakan. Dan
jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah mereka kerjakan.
(Az-Zumar: 47-48)
"Katakanlah, "Maukah kalian kami kabari
tentang orang yang paling merugi amalan mereka? Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedangkan mereka menyangka telah
mengerjakannya dengan sebaik-baiknya (Al-Kahfi: 103).
RIYA, KEBALIKANNYA DARI IKHLAS
Riya berasal dari kata rukyat yang
berarti melihat. Asal muasalnya adalah mencari kedudukan atau
kemasyuran agar hati orang -orang banyak terpengaruh lalu memujinya
sebab telah banyak melihat kebaikan yang ada pada dirinya. Ada beberapa
tingkatan riya: tingkatan terberat adalah memamerkan keimanan sementara
hatinya mendustai ucapannya. Tingkatan berikutnya adalah orang yang
melakukan shalat karena terpaksa dan takut diejek orang lain. Tingkatan
ketiga adalah memamerkan ibadah-ibadah sunah ketika berada didepan orang
lain, padahal sebenarnya sangat malas melakukannya bila sendirian.
Keempat adala menyempurnkan sebuah amalan tetapi biaanya tidak demikian
kalau tidak di muka orang lain. dan tingkatan riya terakhir adalah
melakukan sesuatu yang sekalipun ditinggalkan juga tidak akan mengurangi
segala sesuatu yang berhubungan dengan amalannya.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN AGAR BISA IKHLAS
Ada banyak hal yang dapat dilakukan agar bisa ikhlas, diantaranya:
Pertama: Hendaklah tiap amalan yang
dilakukan semata-mata mengharap ridho Allah. Hilangkanlah perasaan bahwa
kita telah ikhlas melaksanakan suatu amalan karena hal ini dapat
menjatuhkan kadar keikhlasan kita dihadapan Allah subhanallah wa ta'ala.
Kedua: Setiap akhtivitas harus sesuai
dengan tuntunan syariat. Hal ini merupakan rel dalam beramal atau
beribadah. Sejauh apapun kereta kita bergerak, kita tidak akan pernah
sampai ke tujuan kita.
Ketiga: Senantiasa ber-muhasabah
(mengevaluasi diri). Apakah amalan-amalan yang dilakukan semata-mata
hanya mengharapkan ridho-Nya atau masih menempel kepentingan-kepentingan
lain yang menodai keikhlasan kita. Seringkali kita sulit untuk jujur
terhadap diri sendiri sehingga kita lebih cenderung membela diri
daripada menyalahkan diri sendiri.
Keempat: Senantiasa waspada terhadap tipu daya setan yang senantiasa menjuruskan kita kepada sifat riya.
Kita harus menyadari bahwa setiap ikhtihar
yang kita lakukan dalam menggapai keikhlasan, setan tidak akan tinggal
diam. Perbaharui niat dalam segala hal semata-mata untuk meraih
ridho-Nya. Mohonlah perlindungan dari Allah subhanallah wa ta'ala agar dijauhkan dari godaan setan.
Kelima: Bertemanlah dengan orang-orang yang ikhlas dan mengikuti cara hidup mereka serta giat menuntut ilmu.
1. Ayyub berkata, "Bagi aktivis, mengikhlaskan niat jauh lebih sulit daripada melakukan seluruh aktivitas.
2. As-Suusiy berkata, " Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Dan barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi. Yang dimaksud adalah membersihkan amal dari sifat 'ujub. Merasa ikhlas dan melihat keikhlasan diri adalah 'ujub. Dan itu merupakan salah satu perusak keikhlasan. Amal yang ikhlas adalah yang bersih dari segala jenis perusak keikhlasan.
3. Ya'qub berkata, "Orang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya.
4. Fudhail berkata, "Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya'. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah subhanallah wa ta'ala menyelematkanmu dari kedunaya.
4. Sebagian ulama berkata, 'ikhlas sesaat berarti keselamatan abadi. Tetapi ikhlas itu sulit sekali.
Begitu besar ganjaran sebuah keikhlasan sampai Rasulullah tercinta mengatakan bahwa diterimanya amal anak adam sangat ditentukan oleh niatnya. Dan saking bencinya setan terhadap keikhlasan hamba-Nya, dia selalu menggoda baik di awal, pertengahan maupun di akhir sebuah amal atau ibadah. Diawal ketika ingin beramal kita digoda untuk berharap mendapatkan keuntungan lain selain dari Allah subhanallah wa ta'ala. Ketika tengah beramal kita digoda untuk rajin berkeluh kesah dan setelah selesai beramal kita dirayu agar menceritakan amal tersebut pada orang lain. Mari kita mulai mentarbiyah diri untuk menggapai darajat mukhlis, diantaranya dengan menjaga kedekatan kita pada Allah subhanallah wa ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar