- Dan mereka mengikuti apa [1] yang dibaca oleh syaitan-syaitan [2] pada masa kerajaan Sulaiman [dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir], padahal Sulaiman tidak kafir [tidak mengerjakan sihir], hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir [mengerjakan sihir]. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat [3] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan [sesuatu] kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan [bagimu], sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang [suami] dengan isterinya.[4] Dan mereka itu [ahli sihir] tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfa’at. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya [kitab Allah] dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (102) - Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, [niscaya mereka akan mendapat pahala], dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (103)
- Mereka (membelakangkan Kitab Allah) dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak-puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya) kerana merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar seseorang pun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata: Sesungguhnya kami ini hanyalah cubaan (untuk menguji imanmu), oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajarinya). Dalam pada itu ada juga orang-orang yang mempelajari dari mereka berdua: Ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu seseorang pun melainkan dengan izin Allah dan sebenarnya mereka mempelajari perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka dan demi
sesungguhnya mereka (kaum Yahudi itu) telahpun mengetahui bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat.
Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka, kalaulah mereka mengetahu. (102) - Dan kalau sebenarnya mereka itu tetap beriman dan bertakwa (nescaya mereka akan mendapat pahala); sesungguhnya pahala dari sisi Allah itu adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (103)
- Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (102) - Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (103)
- (102) Dan mereka mengikuti apa [76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan [77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat [78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya [79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat,
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. - (103) Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. #Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi dan sahabat-sahabatnya.
[76] Maksudnya: kitab-kitab sihir.
[77] Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78] Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula
yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
- Asbabun Nuzul : Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari Syahr bin Hausyab, katanya, "Orang-orang Yahudi berkata, 'Lihatlah Muhammad, dicampurnya yang hak dengan yang batil, disebutkannya Sulaiman dengan para nabi! Bukankah dia seorang ahli sihir yang dapat mengendarai angin?' Maka Allah swt. pun menurunkan, 'Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 102)
- Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abul Aliyah, bahwa orang-orang Yahudi sering menanyakan kepada Nabi saw. tentang beberapa persoalan dalam Taurat dan tidak satu pun yang mereka tanyakan mengenai hal itu, melainkan Allah menurunkan jawabannya dan mematahkan keterangan-keterangan mereka. Tatkala mereka melihat demikian, mereka berkata, "Orang ini lebih tahu tentang apa yang diturunkan kepada kita dari kita sendiri." Mereka juga menanyakan kepadanya tentang sihir berdebat dengannya dalam hal ini. Maka Allah pun menurunkan, "Dan mereka mengikuti apa yang telah dibaca oleh setan-setan." (Q.S. Al-Baqarah 103)
- [102] Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
(102) They
followed what the Shayâtin (devils) gave out (falsely of the magic) in
the lifetime of Sulaimân (Solomon). Sulaimân did not disbelieve, but the
Shayâtin (devils) disbelieved, teaching men magic and such things that
came down at Babylon to the two angels, Hârût and Mârût, but neither of
these two (angels) taught anyone (such things) till they had said, "We
are only for trial, so disbelieve not (by learning this magic from us)."
And from these (angels) people learn that by which they cause
separation between man and his wife, but they could not thus harm anyone
except by Allâh's Leave. And they learn that which harms them and
profits them not.
And indeed they knew that the buyers of it (magic) would have no share in the Hereafter.
And how bad indeed was that for which they sold their ownselves, if they but knew.
- [103] Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
(103) And
if they had believed, and guarded themselves from evil and kept their
duty to Allâh, far better would have been the reward from their Lord, if
they but knew!
- 102 . And follow that which the devils falsely related against the kingdom of Solomon . Solomon disbelieved not ; but the devils disbelieved , teaching mankind magic and that which was revealed to the two angels in Babel , Harut and Marut . Nor did they ( the two angels ) teach it to anyone till they had said : We are only a temptation , therefore disbelieve not ( in the guidance of Allah ) . And from these two ( angels ) people learn that by which they cause division between man and wife ; but they injure thereby no one save by Allah ' s leave . And they learn that which harmeth them and profiteth them not .
And surely they do know that he who trafficketh therein will have no ( happy ) portion in the Hereafter ;
and surely evil is the price for which they sell their souls , if they but knew .
- 103 . And if they had believed and kept from evil , a recompense from Allah would be better , if they only knew .
- (2:102) Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: `Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir`. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya . Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat,
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
- (2:103) Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
12/7/09
Tafsir Ibnu Katsir
[102] Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat
di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir". Maka mereka
mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka
dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka
itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat,
[103] Sesungguhnya
kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat
pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik,
kalau mereka mengetahui. # Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Firman ALLAH Ta'ala:
- "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir, namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajari manusia sihir."
As-Sadi
berkata, "Setan-setan itu suka naik ke langit. Di sana mereka diam di
beberapa tempat untuk mencuri dengar. Mereka menyimak pembicaraan para
malaikat ihwal perkara yang akan terjadi di bumi seperti kematian, hal
gaib, atau persoalan tertentu. Kemudian mereka mendatangi para dukun
untuk memberi mereka informasi. Para dukun itu menginformasikan kepada
khalayak sehingga mereka mendapati kesesuaian antara kejadian dan ucapan
dukun. Setelah para dukun mempercayai setan, maka mereka berdusta dan
menambahi informasi palsu sehingga satu kalimat menjadi tujuh puluh
kalimat. Kemudian orang-orang menulis obrolan itu dalam berbagai buku
sehingga menyebarlah berita pada Bani Israel bahwa jin mengajari
ke-gaiban. Kemudian diutus Nabi Sulaiman kepada mereka. Beliau
mengumpul-kan buku-buku itu dan disimpan dalam peti, lantas dikubur di
bawah singgasana-nya. Tidak ada satu setan pun yang berani mendekati
singgasana tersebut me-lainkan dia akan terbakar. Sulaiman berkata,
'Saya tidak mendengar seorang pun yang menceritakan bahwa setan itu
mengajarkan kegaiban melainkan akan kupenggal lehernya."'
- "Dan tidaklah Sulaiman itu kafir, namun setanlah yang kafir."
Setelah
Sulaiman a.s. meninggal dan para ulama yang mengetahui persoalan
Sulaiman pun punah, kemudian diganti oleh suatu generasi, maka setan
me-nampilkan diri dalam wujud seorang manusia. Kemudian dia mendatangi
se-kelompok Bani Israel seraya berkata, "Maukah kalian kutunjukkan
timbunan harta yang tak pernah kamu santap?" Mereka mengiyakannya. Setan
berkata, "Galilah di bawah singgasana Sulaiman." Kemudian setan pergi
bersama mereka guna menunjukkan tempatnya, sedang dia berdiri di
pinggir. Mereka berkata kepada setan, "Turunlah!" Setan menjawab,
"Tidak, aku di sini saja menyertai kalian. Jika kalian tidak
menemukannya, maka bunuhlah saya!" Kemudian mereka menggali dan akhirnya
menemukan buku-buku sihir tersebut. Setelah mereka mengeluarkannya,
setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman itu dapat mengontrol manusia,
setan, dan burung berkat sihir ini sehingga ia bisa terbang dan pergi."
Maka gemparlah di masyarakat bahwa Sulaiman itu tukang sihir. Kemudian
Bani Israel mengambil buku-buku sihir tersebut. Ketika Muhammad datang,
Bani Israel mendebatnya dengan buku-buku itu. Itulah yang dimaksud dalam
firman Allah, "Dan tidaklah Sulaiman itu kafir, namun setanlah yang
kafir." Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada
Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ashif, sekretaris
Sulaiman, mengetahui nama yang paling agung (al-Ismul-A'zham). Dia
menulis segala sesuatu atas perintah Sulaiman dan menguburnya di bawah
singgasananya. Setelah Sulaiman meninggal, maka setan mengeluarkannya
dan mereka menuliskan kekafiran dan sihir di antara baris-baris buku
tersebut, kemudian mengatakan, 'Inilah yang dijadikan pedoman kerja oleh
Sulaiman." Ibnu Abbas berkata, "Maka orang-orang bodoh pun mengingkari
Sulaiman dan memakinya, sedangkan para ulama pun hanya bisa diam.
Orang-orang bodoh terus mencaci Sulaiman hingga Allah Ta'ala menurunkan
ayat ini kepada Muhammad saw., 'Dan mereka mengikuti apa yang dibaca
oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir,
namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajari manusia sihir.'"
Banyak ulama lain yang mengemukakan pen-dapatnya seputar masalah ini.
Dan rentetan cerita mereka itu tidaklah bertentang-an dengan pemahaman
penalaran. Allahlah yang menunjukkan kepada kebenaran. Kesimpulannya
ialah bahwa setelah kaum Yahudi -- yang telah diberi kitab itu --
berpaling dari Kitab Allah yang ada di tangan mereka dan menyalahi
Rasulullah saw., maka mereka mengikuti apa yang dituturkan oleh setan,
yakni apa yang diceritakan, diinformasikan, dan dikisahkan oleh setan
pada masa kerajaan Sulaiman. Tatlu di-muta'adi-kan dengan 'alaa karena
kata tatluu mengandung makna 'mendustakan', sebab informasi itu hanyalah
perkataan dan tuturan setan yang dusta.
Firman ALLAH Ta'ala:
- "Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajari seorang pun sebelum keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah ujian, maka janganlah kamu kafir."
Maka
mereka belajar dari keduanya sesuatu yang dapat memisahkan seseorang
dari istrinya. Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa Jibril dan Mikail a.s.
adalah dua malaikat yang menurunkan sihir kepada Sulaiman a.s.. Lalu
Allah mendustakan mereka dan memberitahukan kepada Nabi-Nya, Muhammad
saw, bahwa Jibril dan Mikail tidaklah menurunkan sihir, Dia juga
menyucikan Sulaiman dari perbuatan sihir yang mereka tuduhkan kepadanya.
Allah memberitahukan kepada Bani Israel bahwa sihir merupakan perbuatan
setan yang diajarkan kepada manusia di Babil, dan orang yang
mengajarkannya ialah dua laki-laki yang bernama Harut dan Marut. Jika
ditafsirkan demikian, maka man dalam kata wamaa unzila 'alal-malakaini
merupakan man nafyi, bukan sebagai isim maushul yang bermakna 'yang'.
Al-Qurthubi berkata, "Maa merupakan negasi dan di-'athof-kan kepada
wamaa kafara sulaimaanu." Kemudian Allah berfirman, "Namun setanlah yang
kafir; mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Dan tidaklah diturunkan
kepada dua malaikat...." Hal itu karena kaum Yahudi beranggapan bahwa
sihir itu diturunkan oleh Jibril dan Mikail, lalu Allah mendustakan
mereka dan kata haaruuta wamaarut merupakan badal 'pengganti' dari
setan. Menurut Ibnu Katsir, penafsiran demikian adalah sahih baik karena
jamak itu dimutlakkan pada dua unsur, seperti yang terjadi pada firman
Allah fain kaana lahuu ikhwatun atau karena Harut dan Marut itu
mempunyai pengikut-pengikut, atau mereka disebut karena pembangkangan
mereka. Penafsiran dengan mengira-ngirakan ayat berbunyi, "Namun,
setan-setan itu mengajari manusia sihir di Babil, yaitu Harut dan
Marut." Kemudian Ibnu Katsir mengatakan bahwa inilah penafsiran yang
paling utama dan sahih atas ayat itu. Beliau tidak beranjak ke
penafsiran lainnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya melalui
al-Aufi dari Ibnu Abbas berkaitan dengan firman Allah, "Dan tidaklah
diturunkan kepada dua malaikat di Babil", katanya: tidak diturunkan
sihir. "Dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat," menurut Ibnu
Abbas, dengan sanad Ibnu Jarir dari Rabi' bin Anas, ayat itu berarti
Allah tidak menurunkan sihir kepada keduanya. Ibnu Jarir berkata,
"Penakwilan ayat 'dan mereka mengikuti apa yang dibacakan setan pada
masa kerajaan Sulaiman', yaitu berupa sihir, Sulaiman tidaklah kafir,
dan Allah tidak menurunkan sihir kepada dua malaikat, namun setanlah
yang kafir, mereka mengajari manusia sihir di negeri Babil melalui Harut
dan Marut. Kata 'di negeri Babil melalui Harut dan Marut' merupakan
ayat yang maknanya didahulukan dan lafazhnya diakhirkan." Ada pula
pendapat lain ihwal ayat "dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat"
yang membacanya dengan malikaimi, karena yang dimaksud ialah Daud dan
Sulaiman a.s.. Hal itu berdasarkan kesimpulan bahwa maa juga sebagai
negasi, dan firman itu kira-kira berbunyi, "Sesungguhnya Allah Ta'ala
tidak menurunkan sihir dan Dia tidak mengajarkannya kepada dua orang
raja, yaitu Daud dan Sulaiman." Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
Harut dan Marut merupakan dua kabilah jin. Ada yang mengatakan bahwa
keduanya adalah dua orang laki-laki: yang satu bernama Harut dan yang
lain bernama Marut. Jika mengikuti penakwilan itu, maka Harut dan Marut
merupakan terjemahan dari manusia. Pendapat yang sahih ialah yang telah
ditegaskan oleh al-Qurthubi, yaitu bahwa Harut dan Marut merupakan badal
dari setan. Pendapat ini, seperti telah dikatakan, merupakan penafeiran
yang paling sahih terhadap ayat itu, dan Ibnu Katsir pun tidak menoleh
kepada pendapat lainnya. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Harut
dan Marut berasal dari dua malaikat. Dari sana muncullah kisah planet
venus dengan malaikat Harut dan Marut. Orang-orang yang menuturkan kisah
ini beranggapan bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat yang
diturunkan oleh Allah dari langit dan Allah memberi keduanya syahwat,
seperti yang diberikan kepada manusia. Kemudian keduanya disodori wanita
yang paling cantik di antara wanita yang ada. Maka wanita itu dirayu
oleh keduanya, dan si wanita pun memberi respons dengan syarat keduanya
harus musyrik kepada Allah. Maka mereka menolak. Kemudian mereka
disodori lagi wanita yang lain. Mereka merayunya, dan si wanita mau
memenuhi godaannya jika mereka mau membunuh seseorang. Maka mereka pun
menolak. Kemudian mereka disodori wanita ketiga. Mereka merayunya. Si
wanita memberi mereka pilihan antara musyrik kepada Allah, membunuh
seseorang, atau meminum secawan khamar. Pada akhirnya mereka memilih
perbuatan yang paling minim dosanya, yaitu meminum khamar. Mereka
meminumnya, dan khamar "mempermainkan" keduanya sehingga mereka musyrik
kepada Allah dan membunuh seseorang serta berzina dengan wanita itu.
Setelah mereka sadar dari mabuk dan si wanita memberitahu bahwa
perbuatan mereka akibat meminum khamar, maka keduanya menyesal. Mereka
hendak kembali ke langit, namun tidak bisa dan merasakan betapa buruknya
kejahatan mereka. Kemudian Allah memberi mereka dua pilihan antara azab
dunia atau azab akhirat. Keduanya memilih azab dunia yang sementara
daripada azab akhirat yang abadi. Adapun si wanita itu, ia telah
menanyakan kepada keduanya suatu kalimat yang bila diucapkan oleh
keduanya dapat naik ke langit atau turun dari langit. Keduanya
mengajarkan kalimat itu kepada si wanita. Si wanita pun mengucapkannya
sehingga ia dapat terbang ke langit. Namun, di sana ia dialihrupakan
menjadi sebuah planet. Maka jadilah ia planet Venus. Kisah tersebut
diceritakan dari berbagai jalan hingga mencapai 20 jalan. Walaupun jalan
itu banyak, namun tidak ada satu pun yang sampai kepada Rasulullah
saw.. Kisah itu ditolak oleh mayoritas ahli hadits, para hafizh, dan
mufassirin. Singkatnya, kisah itu bermuara pada dongeng Israiliyat,
sebab tidak ada sebuah hadits pun yang marfu' dan sahih yang sanadnya
bersambung kepada Nabi saw. orang yang benar, dipercaya, dan maksum yang
tidak akan pernah bertutur berdasarkan hawa nafsu beliau. Zahir redaksi
Al-Qur'an menyajikan kisah secara global tanpa memperluas dan
melebarkannya. Kami percaya kepada apa yang terdapat dalam Al-Qur'an
selaras dengan apa yang dikehendaki Allah, dan Allah Maha Mengetahui
terhadap hakikat persoalan selaras dengan kesucian Allali Ta'ala dari
perkara yang tidak layak bagi-Nya dan bagi malaikat-Nya.
Firman ALLAH Ta'ala:
- Dan keduanya tidak mengajarkan kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami adalah fitnah bagimu, maka janganlah kamu kafir."
Abu
Ja'far ar-Razi mengatakan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, dia berkata
bahwa apabila keduanya mendatangi seseorang yang menginginkan sihir,
maka keduanya melarang si peminat dengan keras seraya mengatakan
kepadanya, "Kami merupakan fitnah, maka janganlah kamu kafir." Hal itu
karena keduanya mengetahui yang baik, dan buruk, yang kufur, dan iman.
Maka keduanya memberitahukan bahwa sihir itu merupakan kekafiran. Jika
peminat datang kepada keduanya, maka keduanya menyuruh mendatangi tempat
anu dan anu. Jika mendatanginya, maka dia akan menjumpai setan yang
kemudian mengajarinya. Lalu keluarlah dari diri peminat itu cahaya.
Peminat melihat cahaya itu membubung ke langit, lalu setan berkata,
"Alangkah rugi dan celaka apa yang telah dilakukannya." As-Sadi
mengatakan, bahwa apabila Harut dan Marut didatangi seseorang yang
memintai sihir, maka mereka menasihatinya dengan mengatakan, "Janganlah
kamu berbuat kekafiran. Sesungguhnya kami merupakan fitnah." Bila si
peminat membangkang, maka keduanya berkata, "Bawalah abu ini, kemudian
kecingilah. Bila telah dikencingi, maka akan keluar darinya cahaya yang
membubung hingga menembus langit, itulah cahaya keimanan. Kemudian
muncul sesuatu yang hitam seperti asap, yang masuk ke langit. Dan itulah
keimanan. Kemudian muncul lagi sesuatu yang hitam seperti asap yang
masuk ke pendengarannya dan ke dalam segala benda dan itu adalah
kemurkaan Allah. Apabila keduanya telah memberitahukan hal itu, maka
keduanya mengajarkan sihir kepada peminat. Itulah yang dimaksud dengan
firman Allah, "Dan keduanya tidak mengajari seorang pun sebelum keduanya
mengatakan, 'Sesungguhnya kami adalah fitnah, maka janganlah kamu
kafir.'"
Firman ALLAH Ta'ala:
- "Kemudian mereka mempelajari dari keduanya sesuatu yang dapat memisahkan antara seseorang dan istrinya."
Artinya,
manusia belajar dari Harut dan Marut berupa ilmu sihir yang mereka
gunakan untuk hal-hal tercela. Sesungguhnya mereka tidak bermaksud
memisahkan antara suami dan istrinya melalui sihir, walaupun dalam
keluarga itu terdapat kerukunan dan keserasian, dan itu adalah perbuatan
setan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya
dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Nabi saw., bersabda, "Setan itu
meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian dia mengutus pasukannya
kepada manusia. Maka manusia yang paling dekat kedudukannya dengan setan
berarti paling besar pula mendapat ujian dari setan. Seorang anggota
pasukan datang melapor, 'Saya terus menggarap si Fulan sebelum aku
meninggalkannya dalam keadaan dia mengatakan anu dan anu. 'Kemudian
Iblis berkata, 'Demi Allah, kamu tidak melakukan apa pun terhadapnya.'
Kemudian anggota pasukan lain datang melapor, 'Aku tidak meninggalkan
manusia sebelum aku berhasil menceraikan antara dia dan istrinya. Lalu
aku mendekatinya, mengakrabinya, dan menempelnya.' Iblis berkata, 'Bagus
kamu.'" (HR Muslim) Penyebab perceraian antara suami dan istri ialah
gambaran buruk ketika melihat wajah suami atau istri dan perilakunya
yang diimajinasikan oleh setan kepada suami dan istri, atau sebab-sebab
lain yang mengantarkan kepada perceraian.
ALLAH Ta'ala berfirman:
- "Dan sekali-kali mereka tidak memberikan mudarat, dengan sihirnya, kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah."
Sufyan
ats Tsauri mengatakan, "Kecuali dengan qadha Allah." Hasan al-Basliri
berkata, "Benar, barangsiapa yang dikehendaki-Nya, maka ia dikuasai
setan. Dan siapa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak dukuasai setan."
Firman ALLAH:
- "Dan mereka mempelajari sesuatu yang memudaratkan mereka dan tidak memberinya manfaat,"
yakni memudaratkan agama mereka dan tidak memberinya manfaat yang sepadan dengan kemudaratannya.
- "Sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang menukarnya dengan sihir itu, maka tidak ada bagian untuknya di akhirat."
Yakni,
sesungguhnya kaum Yahudi sudah mengetahui bahwa orang yang menukarkan
ketundukan kepada Nabi saw. dengan sihir tidak akan mendapat bagian di
akhirat. Demikianlah penafsiran yang diberikan Ibnu Abbas, Mujaliid, dan
as-Sadi.
Firman ALLAH:
- "Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, jika mereka mengetahui."
Allah
Ta' ala berfirman, betapa buruknya penggantian keimanan dan ketaatan
kepada Nabi saw. dengan sihir yang telah mereka lakukan, seandainya
mereka mengetahui nasihat yang diberikan beliau; seandainya mereka
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. serta para rasul lain
sebelumnya; dan seandainya mereka memelihara diri dari hal-hal yang
diharamkan, niscaya pahala bagi mereka dari sisi Allah adalah lebih baik
bagi mereka daripada apa yang dipilih dan disukai untuk dirinya.
Firman-NYA:
- "Seandainya mereka beriman dan bertakwa,"
yakni
menjauhkan diri dari perbuatan tukang sihir yang mengkufurkan itu. Umar
ibnul Khaththab r.a. telah menyurati para gubernur agar menghukum bunuh
terhadap tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan. Bukhari
mengeluarkan berita itu dalam kitab sahihnya. Sahih pula keterangan yang
mengatakan baliwa Hafshah Ummul Mukminin r.a. pernali disihir oleh
pembantu wanitanya. Kemudian wanita itu dihukum mati. Nabi saw.
bersabda, "Had bagi tukang sihir adalah ditebas lehernya dengan pedang."
(HR Tirmidzi). Ath Thabrani meriwayatkan hadits itu melalui
jalan lain dari Hasan, dari Jundub sccara marfui' Sihir seperti itu
tidak dapat ditangkal dan hanya dapat dijauhkan dengan suatu amalan
bermanfaatyang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya saw., yaitu
dengan membaca al-Falaq dan an-Nas. Dalam sebuah hadits dikatakan,
"Orang-orang tidak dapat membuat perlindungan (ta 'awwudz) sekuat
perlindungan dengan al-Falaq dan an-Nas." Demikian pula, bacaan
ayat Kursi dapat mengusir setan. Pada kenyataannya, sihir itu memang
ada. Hal ini berbeda dengan kaum Muktazilah dan selainnya yang
mengingkarinya. Sihir adalah kekafiran, mempelajarinya kufur,
mengajarkannya adalah kufur, tukang sihirnya kafir, dan orang yang
mempelajarinya juga kafir. Para ulama berbeda pendapat ihwal menyuruhnya
bertobat. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa tukang sihir harus
diminta bertobat. Jika tidak mau, maka dibunuh. Ada pula yang
berpendapat bahwa dia tidak perlu diminta bertobat, tapi langsung
dihukum mati saja. Dasar pendapat kedua ialah sabda Nabi saw., "Had bagi
tukang sihir ialah ditebas dengan pedang", tindakan Hafsah menghukum
mati pembantu wanitanya yang menyihir dirinya dan di sana tidak
diceritakan apakah si wanita itu diminta bertobat atau tidak, dan
keputusan Umar bin Khaththab kepada para gubernurnya supaya membunuh
tukang sihir laki-laki dan perempuan. Sihir itu bermacam-macam dan
semuanya buruk, sebab sihir meminta bantuan kepada setan atau berupa
magic (ilmu hitam), berupa kain serasah dan penangkal (yang tidak
disyariatkan oleh ajaran Islam), ramuan, atau asap. Semuanya itu batil.
12/6/09
Tafsir al-Azhar
(102) Dan
mereka ikut apa yang diceritakan oleh syaitan-syaitan tentang Kerajaan.
Sulaiman, padahal tidaklah kafir Sulaiman,akan tetapi syaitan-syaitan
itulah yang kafir. Mereka ajarkan kepada manusia sihir, dan apa yang
diturunkan kepada kedua Malak di Babil, Harut dan Marut. Padahal mereka
berdua tidak engajarkan seseorang melainkan sesudah keduanya berkata:
Kami tidak lain hanyalah suatu percobaan, maka janganlah kamu kafir!
.Tetapi mereka pelajari dari keduanya apa yang menceraikan di antara
seseorang dengan isterinya. Dan tidaklah mereka dapat membahayakan
seseorang dengan dia, melainkan dengan izin Allah. Dan mereka pelajari
apa yang memberi mudharat kepada mereka dan tidak mernberi manfaat
kepada mereka. Dan
sesungguhnya merekapun telah tahu bahwa orang yang membelinya tidaklah ada untuk mereka bagian di akhirat.
Dan amatlah buruknya suatu harga yang dengan itu mereka menjual diri mereka, jikalau mereka tahu.
(103) Padahal
jikalau sekiranya mereka beriman dan ber-takwa, sesungguhnya pahala
dari sisi Allah lah yang lebih baik; jikalau adalah mereka mengetahui.
HARUT DAN MARUT
- Tersebut di dalam Perjanjian Lama, dalam "Kitab Raja-raja I", Pasal 11 dari ayat 1 sampai 10, bahwa Nabi kita Sulaiman alaihis salam di hari tuanya telah menyembah berhala, untuk menuruti kehendak isteri-isteri baginda yang banyak itu.
- Di situlah tersebut bahwa isteri baginda Sulaiman 700 dan gundiknya 300.
- Dikatakan pada ayat 3 bahwa segala isterinya itu menyesatkan baginda. Sehingga baginda dirikan beberapa rumah penyembahan berhala, dan turut pula baginda pergi menyembah berhala itu, sehingga Tuhan Allah murka kepadanya, dan menyatakan bahwa setelah dia rnangkat Kerajaannya akan mundur, tidak semegah di zaman ayahnya Nabi Daud lagi.
- "Kitab Raja-raja" yang menuliskan ceritera Nabi Sulaiman murtad itu
menurut kepercayaan orang Yahudi adalah termasuk dalam gabungan Kitab Taurat juga. Dengan demikian orang Yahudipun percaya bahwa Nabi Sulaiman telah kafir. Inilah yang dibantah keras oleh ayat ini. - وَ اتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِيْنُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَ مَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَ لَكِنَّ الشَّيْاطِيْنَ كَفَر
"Dan
mereka ikut apa yang diceriterakan oleh syaitan-syaitan tentang
Kerajaan Sulaiman, padahal tidaklah kafir Sulaiman, akan tetapi syaitan
syaitan itulah yang kafir." (pangkal ayat 102).
- Siapakah syaitan-syaitan itu? Bukan saja iblis halus yang syaitan, manusia kasar itupun kalau telah membuat berbagai ragam dusta, terutama terhadap kesucian Nabi Allah, adalah syaitan pula. Mereka itulah yang syaitan dan mereka itulah yang kafir. Selain dari menuduh bahwa Nabi Sulaiman di hari tuanya telah murtad, meninggalkan Allah dan menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala, karena tertarik oleh isteri-isterinya.Mereka katakan pula bahwa Nabi Sulaiman itu banyak sihirnya. Kerajaan dipelihara atas kekuatan sihir:
- وْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَ مَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ
"Mereka ajarkan kepada manusia sihir, dan apa yang diturunkan kepada kedua Malak di Babil, Harut dan Marut."
- Syaitan-syaitan itu juga, yaitu manusia manusia syaitan mengajarkan sihir kepada orang dan mengata kan pula bahwa sihir itu adalah pusaka dari Nabi Sulairnan. Nabi Sulaiman menyimpan berbagai ragam sihir di bawah Mahligai Kerajaannya. Inilah ceritera syaitan-syaitan pembuat bohong yang diterima mereka turun temurun, sampai menuduh Nabi Sulairnan telah murtad. Dicantumkan pula pada Kitab yang dinamai pula Taurat.
- Ceritera yang tidak masuk akal terhadap seorang Nabi Allah ini diikuti pula oleh Bani Israil di zaman Rasulullah s.a.w, bahkan mereka ceriterakan pula kepada orang Islam yang ada pada masa itu. Tidak! - kata Tuhan - Sulaiman tidak kafir.
- Yang kafir ialah syaitan-syaitan itu. Sebab itu apa yang dicatat dalam "Kitab" yang dikatakan suci itu, bukanlah wahyu Ilahi, melainkan wahyu syaitan. Di samping mengajarkan sihir tersebut pula ceritera tentang dua orang Malak di negeri Babil, namanya yang seorang Harut dan yang seorang lagi Marut.
- Di dalam Qira'at yang umum bagi al-Qur'an disebut malakaini tetapi ada lagi Qira'at Ibnu Abbas dan Abu Aswad dan lain, yaitu Malikaini; yang pertama malak, artinya Malaikat. Yang kedua malik, artinya raja. Jadi menurut yang pertama, keduanya itu adalah Malaikat adanya.
- Ada ahli tafsir menuruti bunyi Qira'at yang pertama Malakaini, dua orang Malaikat, menafsirkan bahwa memang dua Malaikat turun dari langit buat membawa fitnah, tetapi mereka peringatkan kepada setiap orang yang hendak datang belajar sihir kepada mereka, bahwa kalau kami ajarkan sihir ini jangan kamu pakai untuk yang buruk, sebab kami ini datang hanya semata-mata sebagai percobaan atau ujian bagi kamu. Itulah yang disebut di lanjutan ayat:
- وَ مَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُوْلاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَ زَوْجِهِ
"Padahal
mereka berdua tidaklah mengajar seorang melainkan sesudah keduanya
berkata: Kami ini tidak lain hanyalah suatu percobaan, maka janganlah
kamu kafir. Tetapi mereka pelajari daripada keduanya apa yang
menceraikan di antara seseorang dengan isterinya."
- Walaupun banyak ahli tafsir memakai tafsir ini, atau penafsir-penafsir
yang kemudian ikut menjalin ceritera tafsir ini dengan tidak memakai timbangannya sendiri, namun kita tidaklah puas dengan tafsir begini. - Dua Malaikat turun dari langit. Sengaja mengajarkan sihir kepada orang. Kepada tiap orang yang belajar mereka katakan bahwa mereka datang hanyalah sebagai fitnah, percobaan atau ujian Tuhan bagi mereka. Kemudian diajarkannya juga sihir itu. Yakni sihir yang berbahaya, yaitu ilmu bagaimana supaya suami-isteri berkasih kasihan bercerai karena pengaruh ilmu itu.
- Cobalah saudara-saudara pikirkan! Cara mengajarkan sihir demikian itu bukanlah seperti perbuatan Malaikat, tetapi perbuatan penipu, tentu maksud Malakaini, dua Malaikat disini adalah lain.
- Ahli-ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa. ada dua orang yang dipandang orang sebagai orang shalih di negeri Babil itu, namanya Harut dan Marut, sehingga lantaran terkenal shalihnya disebut orang mereka malaikat. Sebagai pendusta-pendusta digelari syaitan-syaitan.
- Menurut ahli tafsir yang berpendapat begini, kedua orang itu, Harut dan Marut, karena dia orang baik-baik sampai dikatakan orang seperti malaikat. Macam-macam ilmu yang mereka ajarkan. Ada juga yang meminta diajarkan sihir, merekapun tahu ilmu itu, tetapi siapa yang hendak belajar diberinya nasihat terlebih dahulu, supaya jangan dipergunakan kepada yang buruk. Yang belajar itu berjanji di hadapan keduanya tidak akan mempergunakan kepada yang buruk, tetapi setelah mereka keluar dari tempat gurunya itu, mereka pergunakanlah kepada yang buruk, sehingga dapat menceraikan suami dengan isterinya.
- Ada lagi ahli tafsir menceriterakan bahwa tiap orang yang akan belajar, disuruhnya dahulu pergi buang air kecil. Setelah orang itu kembali, lalu ditanyai oleh Harut dan Marut itu, adakah yang keluar? Kalau hanya air kencing saja yang keluar, belumlah mereka mau mengajar. Tetapi setelah ada yang mengatakan ada sesuatu yang keluar dari farajnya, langsung terbang kelangit, barulah orang itu diajarkan. Karena iman orang itu telah keluar dari dalam dirinya, karena yang terbang itu ialah imannya. Maka kafirlah dia dan bisalah masuk pelajaran sihir kepadanya.
- Ada pula satu riwayat lain yang lebih dahsyat. Dalam memberikan riwayat ini dibawa-bawa pula nama sahabat Rasulullah s.a.w. yang shalih, yaitu Sayidina Abdullah bin Umar. Kononnya malaikat-rnalaikat di langit rnengomel-ngomel mengapa terlalu banyak anak Adam yang durhaka kepada Tuhan.
- Lalu Tuhan menjawab: "Kalau kamu sekalian bertempat ditempat anak Adam itu, kamupun akan mendurhakai Aku." Malaikat menjawab: "Bagaimana kami akan durhaka, padahal kami siang dan malam hanya bertasbih memuji Engkau dan mensucikan Engkau." Tuhan menjawab: "Sekarang cobalah pilih dua di antara kamu dan suruhlah mereka keduanya pergi ke dunia. Supaya kamu ketahui betapa sulitnya kedudukan anak Adam itu di dunia."
- Maka dipilih dua di antara Malaikat-malaikat itu, yaitu Harut dan Marut, diutus ke dunia. Rupanya sesampai di dunia, benar saja mereka kena uji dengan ujian yang hebat. Mereka bertemu dengan seorang perempuan yang amat cantik. Merekapun jatuh hati dan timbul syahwat. Sehingga merekapun berbuat zinalah dengan perempuan itu dan telah mulai pula meminuxn minuman keras.
- Maka murkalah Tuhan kepada kedua Malaikat itu. Mereka disuruh memilih azab duniakah yang akan mereka terima atau azab akhirat. Mereka pilihlah azab dunia, biar sampai kiamat. Maka diazab Tuhanlah kedua Malaikat itu, tergantung sekarang ini di antara langit dan bumi. Adapun parempuan yang telah menyebabkan mereka jatuh itu namanya Zuhrah, dikutuk Tuhan berganti menjadi bintang. Maka terbanglah dia ke langit sebelah Timur. Itulah dia bintang Zuhrah yang terbit pagi itu (Bintang Timur).
- Setengah ahli tafsir, sebagi as-Sayuthi dalam ad-Durrul Mantsur menyalinkan juga riwayat ini dengan tidak ada syarah (komentar) apa apa. Ibnu Katsir menyalinkan juga sebagian. Tetapi penafsir al Qurthubi membantah keras riwayat ini, mengatakan tidak mungkin riwayat ini dari sahabat yang mulia, Ibnu Umar.
- Setelah diselidiki bertemu lagi sumber berita, yaitu dari Ka'ab al-Ahbar lagi, Pendeta Yahudi yang masuk Islam itu, yang dalam kehidupannya sehari-hari adalah seorang Islam yang shalih. Tetapi dia suka sekali mendongeng dongeng seperti ini. Dialah sumber dari banyak penafsiran yang dinamai Israiliyat.
- Ibnu Katsir meskipun menyalinnya, namun dia dengan tegas menolak ini semua. Kata beliau: "Kesimpulannya ialah bahwa semuanya ini kembali kepada ceritera-ceritera Bani Israil, sebab tidak ada dari Hadits yang marfu' dan shahih yang ada rantai hubungannya dengan Nabi kita as-Shadiq al-Mashduq ( yang benar lagi dibenarkan), lagi Ma'shum, yang apabila beliau bercakap tidaklah keluar dari kehendaknya sendiri.
- Dalam al-Qur'an kisah itu nyata, tidak panjang lebar seperti itu. Dan kita hanya beriman kepada yang tersebut dalam al-Qur'an, rnenurut apa yang dikehendaki Allah." Demikian Ibnu Katsir.
- Orang Islam yang bebas berpikir, yang semata-mata berpegang kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih, tidaklah tertarik mempercayai ceritera ini. Ini adalah ceritera yang dikarang-karangkan saja oleh orang Yahudi. Campur-aduk di antara dongeng-dongeng Yunani Kuno, yang mengatakan bahwa bintang Seroja, atau bintang Tsuraiya yang oleh orang Yunani dinamai bintang Venus.
- Bintang Venus menurut Mithologi orang Yunani, adalah Dewa dari Kecantikan. Patung Venus Milo yang telah hilang tangannya, di zaman sekarang tersimpan di museum kota Paris. Dongeng Harut dan Marut dengan bintang Zuhrah, atau Tsuraiya sebagai jelmaan dari perempuan cantik yang dikatakan berbuat jahat dengan kedua malaikat itu ada terdapat dalam Talmud, dalam kitab Madrasa Yadkut Pasal 33. Inilah yang disalin begitu saja oleh orang-orang Islam yang ketagihan dongeng, mereka masukkan ke dalam Tafsir al-Qur'an. Ar-Razi menegaskan dalam tafsirnya bahwa kisah ini adalah dongeng yang tak dapat diterima akal.
- Keterangan yang kalut tentang Harut dan Marut ini banyak. Rupanya seketika Al-Qur'an membantah dongeng syaitan-syaitan tentang Kerajaan Nabi Sulaiman, telah timbul lagi dongeng lain yang tidak kurang lucunya.
- Tetapi penafsir Ibnu Jarir at-Thabari menafsirkan Wama Unzila. (Dan apa yang diturunkan kepada dua Malak); huruf Ma mempunyai dua arti. Kadang-kadang Ma artinya apa, dan kadang-kadang artinya tidak. Maka menurut penafsiran beliau ialah: "Dan tidaklah diturunkan kepada kedua Malak Harut dan Marut" Sebagai lanjutan dari kata "dan tidaklah kafir Sulaiman," sebagai membantah ceritera syaitan yang diikut-ikut oleh orang Yahudi itu, dan tidak pula ada yang diturunkan kepada kedua Malak, Harut dan Marut, di negeri Babil itu.
- Sebab selain dari mereka yang mengikut ceritera syaitan-syaitan bahwa di negeii Babil ada dua orang Malak, diturunkan kepada keduanya ilham tentang sihir. Maka tidaklah mereka berdua mengajarkan sihir, dan tidaklah mereka berdua mengajarkan sihir, dan tidaklah mereka berdua memberi orang nasihat terlebih dahulu, karena mereka datang adalah sebagai percabaan belaka, supaya mereka jangan kafir. Sama-sekali itu tidak ada! Demikian tafsir Ibnu Jarir. Sama-sekali itu hanya ceritera syaitan-syaitan penipu yang mereka ikut-ikut saja.
- Dari kesimpulan ayat ini maka teranglah bahwa selain ikut menuduh Nabi Sulaiman telah kafir, dan menuduh beliau banyak sihir, demikian juga dua Malak guru sihir di negeri Babi l, selain dari soal soal itu, di Madinah di waktu itu orang-orang Yahudi juga banyak yang asyik dengan sihir.
- Tetapi siapa yang dapat terpengaruh oleh sihir? ialah orang yang lemah jiwanya, atau yang percaya bahwa ada lagi sesuatu yang memberi mudharat di luar kehendak Allah. Sebab itu maka tersebutlah di lanjutan ayat dengan tegas:
- وَ مَا هُم بِضَآرِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ
"Dan tidaklah mereka dapat membahayakan seseorang dengan dia, melainkan dengan izin Allah "
- Artinya orang yang tidak diperlindungi Allah jugalah yang dapat kena sihir. Yaitu orang-orang yang terlebih dahulu jiwanya telah lemah.
- وَ يَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ
"Dan mereka pelajari apa yang memberi mudharat kepada mereka , dan tidak memberi manfaat kepada mereka."
- Di sinilah dibuka kejahatan belajar sihir. Belajar sihir tidak ada dengan maksud baik, melainkan akan membawa bahaya saja bagi diri yang mempelajarinya. Sebab segala sihir ialah hendak menganiaya orang lain, atau hendak menentang peraturan Allah yang telah berlaku atas alam; hendak menceraikan orang dengan bininya (kebenci).
- Hendak menawan hati seorang perempuan (pekasih). Hendak menuju menganiaya orang lain, sebagai gayung, tinggam, teluh, tuju, pitunduk dan sebagainya. Makbul permintaan yang jahat itu atau tidak makbul, namun tukang sihir tidak ada yang selamat hidupnya, sebab dasar niatnya telah jahat.
- Benar juga sebagian dongeng ahli tafsir itu, yaitu terbang iman dari dalam diri terlebih dahulu, baru ilmu sihir itu bisa masuk.
- وَ لَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
"Dan sesungguhnya merekapun telah tahu bahwa orang yang membelinya tidaklah ada untuk mereka bagian di akhirat "
- Sebab di atas dunia mereka telah menyediakan hidup untuk menganiaya orang lain, niscaya di akhirat bagian mereka tidak lain dari neraka. Oleh sebab itu di dalam Hadits yang shahih tersebut sabda Rasulallah s.a.w bahwa sihir adalah salah satu dari tujuh dosa:
- Syirik
- Mendurhakai ibu dan bapak.
- Mempercayai tukang sihir.
- Berzina.
- Bersumpah palsu
- Sihir.
- Lari dari medan perang..-
- وَ لَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْن
"Dan amatlah buruknya satu harga yang dengan itu mereka menjual diri mereka , jikalau mereka tahu " (ujung ayat 102).
- Niscaya teranglah betapa hinanya menjual diri mereka. Mereka telah menjual dan mereka pertukarkan dengan sihir. Tegasnya mereka beli sihir, bukan dengan uang, tetapi dengan iman. Mereka sangka mereka mendapat laba karena mengetahui sihir, padahal kerugianlah yang didapat. Tetapi mereka tidak tahu itu, yang membawa mereka sengsara.lantaran hati telah busuk, mukapun selalu keruh dan kesat. Bayangan hati dicerminkan oleh muka.
- وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوْا وَ اتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللهِ خَيْرٌ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
"Padahal
jikalau sekiranya mereka beriman dan bertakwa, sesungguhnya pahala dari
sisi Allahlah yang lebih baik; jikalau adalah mereka mengetahui." (ayat 103).
- Artinya, kalaulah mereka langsung saja percaya kepada kebenaran yang dibawa Nabi, dan hidup dengan bertakwa, tidak hanya berkeras kepala dan asyik dengan sihir, bahagia jugalah yang akan mereka rasai, karena pahala dari Tuhan. Bukankah pahala dari Tuhan itu lebih balk? Lebih membawa keberuntungan, daripada hanya sihir dan khayal yang tak menentu? Sampai mempercayai bahwa Nabi mereka sendiri, Nabi Sulaiman a.s. telah kafir. Tetapi mereka tidak mau tahu itu! Mereka masih berkeras pada hawa nafsu dan mempertahankan ajaran-ajaran pendeta-pendeta mereka yang telah banyak memutar-mutar hukum menurut kemauan mereka sendiri.
- Dengan ayat-ayat ini dua kesan yang kita dapat. Pertama al-Qur'an mempertahankan kesucian Nabi Sulaiman. Orang Yahudi mengakui bahwa Sulaiman adalah Rasul dan Nabi mereka dan Raja mereka. Tetapi dengan semena-mena telah mereka katakan bahwa dekat matinya beliau telah murtad. Nabi Muhammad s.a.w. membantah keras tuduhan jahat itu, dengan al-Qur'an, dengan Wahyu ilahi, dan dalam ajaran Muhammad s.a.w. semua Nabi wajiblah dihormati dan tidak boleh dibedakan. Dan inipun telah menjadi dasar i'tikad dalam Islam, bahwasanya sekalian Rasul Allah, yang diutus Allah membawa wahyu ilahi kepada manusia, mustahil melakukan dosa besar. Apatah lagi dosa kembali menyembah dewa-dewa karena disesatkan oleh isterinya. Padahal seorang Nabi diutus Tuhan ialah buat menghancurkan berhala.
- Kesan yang kedua ialah beberapa buku ganjil yang tersiar dalam kalangan kaum Muslimin di zaman mundurnya, yang mengambil khasyiat dari ayat-ayat al-Qur'an untuk satu maksud yang nyata-nyata sihir. Untuk menawan hati perempuan (pekasih), untuk memisahkan suami dengan isterinya (kebenci), untuk memukul orang sehingga pingsan atau mati sekali, untuk menutup mulut orang sehingga tidak berani membuka mulut seketika menagih piutang; semuanya itu dengan ayat-ayat al-Qur'an! Apakah ini bukan ketularan Yahudi di zaman Rasul? Yang dipukul demikian keras dengan ayat ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar