Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan.
Berkata seorang
sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw.
bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti
buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian
rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn.
Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul
saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud).
Dunia
dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan
Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam
berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said
Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan
lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat
bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan
hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani
Israel disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).
Macam-macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.
Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.
Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”
Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.
1. Hakekat Harta dan Dunia
• Dunia adalah permainan dan senda gurau. [QS. Al-Ankabuut (29): 64]
• Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
• Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
• Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.
2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.
3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.
Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga.
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu a’lam
Macam-macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.
Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.
Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”
Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.
1. Hakekat Harta dan Dunia
• Dunia adalah permainan dan senda gurau. [QS. Al-Ankabuut (29): 64]
• Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
• Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
• Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.
2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.
3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.
Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga.
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu a’lam
Dari
Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah
bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu
Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar
mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh
dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul
SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu ?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”. Rasul SAW bersabda:”
Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi
Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku
takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang
sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana
mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah
menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda:”Celakalah hamba dinar (emas), dirham (perak), pakaian dan pakaian sutra. Jika diberi ia suka dan jika tidak ia tidak suka” Dalam riwayat Bukhari yang lain :”
Jika diberi ia suka dan jika tidak ia murka, celakalah dan semoga
celaka dan jika terkena duri tidak ada yang mengeluarkannya.
Berbahagialah bagi seorang hamba Allah yang mengambil kendali kudanya di
jalan Allah kepalanya acak-acakan dan kakinya berdebu, jika ia disuruh
berjaga maka berjaga dan jika disuruh didepan maka ia didepan. Jika ia
minta izin tidak diizinkan dan jika minta pesan tidak dikabulkan” (HR Bukhari)
ٌDari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:”Sesungguhnya
dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu,
kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka thati-hatilah
terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama
yang menimpa bani Israil disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta
dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan
Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai
sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa
manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang
merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan
dalam Al-Qur’an yang artinya:
”Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Allah Swt berfirman yang artinya:”Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar
akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(At-Takaatsur 1-8)
Manusia
yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka
menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada
harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya agar manusia tidak
terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya hendaknya mereka
mengetahui beberapa hal berikut:
1. Hakekat Harta dan Dunia
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman yang artinya: Artinya:”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah
sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di
dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat
tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Jadilah
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu
Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan
dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan Manusia
Manusia
diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka
mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta.
Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah
dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih
mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia
atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan
sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Mengetahui
bahwa segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki
akan diperhitungkan di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan
di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan
dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam
mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai
mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada
sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan
diri dari diperbudak oleh harta.
4. Sadar
bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk
keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian
kecil saja. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu
Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Allah
menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan
ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk
saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya
khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah,
kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu
bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan
hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena
itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi
orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata rasulullah saw
bersabda: ”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”. (HR Muslim).
Bahkan
Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat dan melewati
pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah
saw memegang telinganya dan berkata: ”Siapakah yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata: ”Kami tidak suka sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasulullah saw melanjutkan: ”Maukah ini untukmu?”, sahabat menjawab: ”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat, apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda: ”Demi Allah dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah”. Allah swt berfirman yang artinya:
“Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya
Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk
menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa
mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Na’uzubillah
semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari fitnah dunia, maka
bagi kalian yang masih disibukan dengan urusan dunia apakah kalian hanya
mengejar kesenangan sementara tanpa memikirkan kesenangan yang kekal di
akhirat kelak.
- See more at: http://abu-haifa.blogspot.com/2012/01/hadits-fitnah-dunia.html#sthash.ScXyfY1T.dpuf
Dari
Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah
bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu
Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar
mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh
dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul
SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu ?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”. Rasul SAW bersabda:”
Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi
Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku
takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang
sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana
mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah
menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda:”Celakalah hamba dinar (emas), dirham (perak), pakaian dan pakaian sutra. Jika diberi ia suka dan jika tidak ia tidak suka” Dalam riwayat Bukhari yang lain :”
Jika diberi ia suka dan jika tidak ia murka, celakalah dan semoga
celaka dan jika terkena duri tidak ada yang mengeluarkannya.
Berbahagialah bagi seorang hamba Allah yang mengambil kendali kudanya di
jalan Allah kepalanya acak-acakan dan kakinya berdebu, jika ia disuruh
berjaga maka berjaga dan jika disuruh didepan maka ia didepan. Jika ia
minta izin tidak diizinkan dan jika minta pesan tidak dikabulkan” (HR Bukhari)
ٌDari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:”Sesungguhnya
dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu,
kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka thati-hatilah
terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama
yang menimpa bani Israil disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta
dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan
Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai
sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa
manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang
merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan
dalam Al-Qur’an yang artinya:
”Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Allah Swt berfirman yang artinya:”Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar
akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(At-Takaatsur 1-8)
Manusia
yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka
menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada
harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya agar manusia tidak
terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya hendaknya mereka
mengetahui beberapa hal berikut:
1. Hakekat Harta dan Dunia
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman yang artinya: Artinya:”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah
sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di
dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat
tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Jadilah
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu
Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan
dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan Manusia
Manusia
diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka
mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta.
Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah
dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih
mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia
atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan
sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Mengetahui
bahwa segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki
akan diperhitungkan di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan
di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan
dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam
mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai
mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada
sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan
diri dari diperbudak oleh harta.
4. Sadar
bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk
keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian
kecil saja. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu
Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Allah
menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan
ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk
saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya
khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah,
kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu
bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan
hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena
itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi
orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata rasulullah saw
bersabda: ”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”. (HR Muslim).
Bahkan
Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat dan melewati
pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah
saw memegang telinganya dan berkata: ”Siapakah yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata: ”Kami tidak suka sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasulullah saw melanjutkan: ”Maukah ini untukmu?”, sahabat menjawab: ”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat, apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda: ”Demi Allah dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah”. Allah swt berfirman yang artinya:
“Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya
Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk
menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa
mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Na’uzubillah
semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari fitnah dunia, maka
bagi kalian yang masih disibukan dengan urusan dunia apakah kalian hanya
mengejar kesenangan sementara tanpa memikirkan kesenangan yang kekal di
akhirat kelak.
- See more at: http://abu-haifa.blogspot.com/2012/01/hadits-fitnah-dunia.html#sthash.ScXyfY1T.dpuf
Dari
Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah
bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu
Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar
mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh
dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul
SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu ?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”. Rasul SAW bersabda:”
Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi
Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku
takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang
sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana
mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah
menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda:”Celakalah hamba dinar (emas), dirham (perak), pakaian dan pakaian sutra. Jika diberi ia suka dan jika tidak ia tidak suka” Dalam riwayat Bukhari yang lain :”
Jika diberi ia suka dan jika tidak ia murka, celakalah dan semoga
celaka dan jika terkena duri tidak ada yang mengeluarkannya.
Berbahagialah bagi seorang hamba Allah yang mengambil kendali kudanya di
jalan Allah kepalanya acak-acakan dan kakinya berdebu, jika ia disuruh
berjaga maka berjaga dan jika disuruh didepan maka ia didepan. Jika ia
minta izin tidak diizinkan dan jika minta pesan tidak dikabulkan” (HR Bukhari)
ٌDari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:”Sesungguhnya
dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu,
kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka thati-hatilah
terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama
yang menimpa bani Israil disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta
dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan
Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai
sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa
manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang
merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan
dalam Al-Qur’an yang artinya:
”Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Allah Swt berfirman yang artinya:”Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar
akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(At-Takaatsur 1-8)
Manusia
yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka
menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada
harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya agar manusia tidak
terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya hendaknya mereka
mengetahui beberapa hal berikut:
1. Hakekat Harta dan Dunia
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman yang artinya: Artinya:”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah
sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di
dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat
tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Jadilah
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu
Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan
dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan Manusia
Manusia
diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka
mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta.
Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah
dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih
mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia
atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan
sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Mengetahui
bahwa segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki
akan diperhitungkan di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan
di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan
dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam
mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai
mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada
sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan
diri dari diperbudak oleh harta.
4. Sadar
bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk
keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian
kecil saja. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu
Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Allah
menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan
ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk
saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya
khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah,
kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu
bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan
hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena
itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi
orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata rasulullah saw
bersabda: ”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”. (HR Muslim).
Bahkan
Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat dan melewati
pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah
saw memegang telinganya dan berkata: ”Siapakah yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata: ”Kami tidak suka sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasulullah saw melanjutkan: ”Maukah ini untukmu?”, sahabat menjawab: ”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat, apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda: ”Demi Allah dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah”. Allah swt berfirman yang artinya:
“Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya
Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk
menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa
mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Na’uzubillah
semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari fitnah dunia, maka
bagi kalian yang masih disibukan dengan urusan dunia apakah kalian hanya
mengejar kesenangan sementara tanpa memikirkan kesenangan yang kekal di
akhirat kelak.
- See more at: http://abu-haifa.blogspot.com/2012/01/hadits-fitnah-dunia.html#sthash.ScXyfY1T.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar