Rabu, 26 Juni 2013

Pentingnya Akidah dan Tauhid




Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Akidah yang benar merupakan pondasi tegaknya agama dan syarat sah diterimanya amalan. Hal itu sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,

 Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". QS. Al-Kahfi : 110

             Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu tidak menziarahiku sebagaimana biasanya?". Lalu turunlah firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu..." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu. Kemudian hadis Ikrimah ini menceritakan hal yang sama dengan hadis di atas tadi. Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang daerah mana yang disukai oleh Allah dan daerah mana yang dibenci oleh-Nya. Maka malaikat Jibril menjawab, "Aku tidak tahu, nanti akan kutanyakan (kepada-Nya)". Selanjutnya malaikat Jibril turun lagi yang pada saat itu ia telah absen selama beberapa waktu tidak turun menemui Nabi saw. Maka Nabi saw. berkata kepadanya, "Sungguh engkau absen datang kepadaku, sehingga aku sangat merindukanmu". Ketika itu juga malaikat Jibril membacakan firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Ishaq mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. perihal Ash-habul Kahfi, maka selama lima belas hari Allah tidak menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi saw. Ketika malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu-Nya, Nabi saw. berkata kepadanya, "Mengapa engkau absen?" Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan kelanjutan hadis ini sama dengan hadis-hadis yang sebelumnya.



Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.  QS. Az-Zumar: 65.
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya),
 “Sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ingatlah, untuk Allah agama/ketaatan yang tulus/murni itu.” QS. Az-Zumar: 2-3.
           Maka ayat-ayat yang mulia ini serta ayat-ayat lain yang semakna -dan itu banyak jumlahnya- menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima kecuali apabila bersih dari syirik. Oleh sebab itulah maka fokus perhatian para rasul -semoga salawat dan keselamatan dicurahkan Allah kepada mereka- menjadikan perbaikan akidah sebagai prioritas utama dakwahnya…”

Tidak ada komentar: