Selasa, 19 Agustus 2014

Telapak Kaki yang Tidak akan Bergeser


Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an:

وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits ini derajatnya Hasan Shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan
.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini menjelaskan tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada orang tua di sisi kita, semuanya bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, tidak ada yang menggantungkan kepada orang tuanya, walaupun dahulu orang tuanya mungkin orang yang besar dan mempunyai kedudukan. Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia.


Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara:

Pertama, ditanya tentang umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan. Apakah dengan usia atau kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak merasa bahwasanya dia akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala di hari kiamat nanti. Coba kita bayangkan wahai saudaraku, di kala kita hidup di dunia ini tidak sadar dan lalai bahwa kita akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala, kemudian nyawa kita dicabut dalam keadaan kita belum bertaubat kepada-Nya, maka apa yang terjadi kemudian.

Kedua, tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.


Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Apakah harta tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta tersebut diperoleh dari hal-hal yang haram. Apakah keluarganya diberi makan dari sesuatu yang haram, maka ketika itu Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada dia. Dan kemudian juga ditanya untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Terkadang kita tidak merasa bahwasanya harta ini, kita belanjakan untuk hal-hal yang akan menjauhkan seseorang dari perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala. Sebagai kepala rumah tangga di harus lebih berhati-hati jangan sampai harta ini dibelanjakan untuk sesuatu yang dapat melalaikan keluarganya dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Terkadang kita tidak sadar, ternyata kita menyediakan fasilitas-fasilitas kepada mereka untuk menjauh dari Allah subhanahu wata’ala.

Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan atau habiskan di dunia ini. Apakah tubuh tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia lahir dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepadanya penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa mengemban amanah dari Allah subhanahu wata’ala tersebut, yaitu menjaga pendengarannya, penglihatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.Wallahu a’lam

Tidak ada komentar: