1.
Memakai
Gelang Untuk Menolak Bahaya.
Termasuk kebodohan adalah keyakinan sebagian
orang-orang bahwa suatu benda penentram itu memiliki manfaat, khususnya untuk
menolak bahaya.
Rasulullah saw melihat seorang laki-laki yang
ditangannya terdapat gelang dari kuningan. Beliau bertanya, “ Apakah ini ?. Dia
menjawab penangkal sakit “. Kemudian beliau bersabda “ Lepaskan gelang itu !.
Tidaklah ia menambah apapun bagimu kecuali kelemahan. Sesungguhnya, apabila
engkau mati, sedang ia masih berada ditanganmu. Maka engkau tidak akan
beruntung selama-lamanya “. HR Ahmad
2.
Mengantungkan
jimat.
Rasulullah saw
bersabda :
مَنْ
تَََََعَلَّقَ تَََمِيْمَةً فَلا أَتََمٌَ اللهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلٌَقَ وَدَعَةً
فَلا وَدَعَ اللهُ لَهُ
“Barang siapa yang menggantungkan
jimat maka Allah tidak akan menolongnya dan barangsiapa yang menggantungkan
pengasihan maka Allah akan menggagalkannya.” HR.Ahmad.
Dalam riwayat lain beliau bersabda:
مَنْ تََعَلّقَ تََََََمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan
jimat maka dia telah berbuat syirik,”. HR.Ahmad.
Dan beliau juga pernah melihat
seorang laki-laki yang memakai gelang dari kuningan di tangannya lalu beliau
bertanya kepada orang itu:
مَا هَذَاقَالَ مِنَ الْوَاهِنََةِ فَقَالَ إِنْزَعْهَا فََإِنٌهَا
لاتََزِيْدُكَ إِلُا وَهْنًَا فلو مت وهي علبك ما أفلحت أبدا
“Apa ini?” Orang itu menjawab:”
Sesuatu yang bisa menundukkan (melemahkan) orang lain.” Lalu beliau bersabda:”
Lepaskan gelangmu itu! Sesungguhnya itu hanya menambah kelemahanmu. Jika engkau
mati dan engkau masih memakai gelang itu maka engkau tidak akan bahagia
selama-lamanya.”
إِنَّ
الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan tiwalah2 itu
termasuk perbuatan syirik.” HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim,
dan beliau menshahihkannya
Al-Imam
Ahmad t meriwayatkan, demikian juga Abu Ya’la dan Al-Hakim serta ia
menshahihkanya dari Uqbah bin Amir z bahwa Nabi n bersabda:
مَنْ
تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَلَا أَتَمَّ اللهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ
وَدَعَ اللهُ لَهُ
“Barangsiapa menggantungkan tamimah, maka Allah tidak
akan menyempurnakan baginya (urusan)nya dan barangsiapa menggantungkan wad’ah3
maka Allah tidak akan menentramkannya.”
Al-Imam Ahmad t meriwayatkannya melalui jalan lain dari
‘Uqbah bin ‘Amir dengan lafadz:
مَنْ تَعَلَّقَ
تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa menggantungkan tamimah/jimat maka ia telah
berbuat syirik.”
Tiwalah adalah
sesuatu yang membuat orang laki-laki atau perempuan tertarik.
3.
Meminta
Berkah Kepada Benda Keramat.
Barangsiapa yang
meminta berkah kepada pohon, kuburan, perempatan/ pertigaanbatu berarti dia
telah berbuat syirik.
Allah swt
berfirman :


Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza. dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? QS. An-Najm : 19-20.
Ketiganya
adalah berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang jahiliyah dahulu. Dan
sudah maklum, bahwa barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah maka dia
telah kafir.
4.
Melakukan
Dan Mempelajari Sihir.
Barangsiapa melakukan sihir, memanggil dengan nama-nama setan, mengikat
buhul-buhul maka ia telah terjerumus kedalam kekafiran.
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” HR. Al-Bukhari no. 2560 dan Muslim no. 129
مَنِ
اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ فَقَدِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ
زَادَ مَا زَادَ
“Barangsiapa mempelajari salah satu cabang ilmu nujum
maka ia telah mempelajari salah satu cabang ilmu sihir. Semakin bertambah ilmu
nujum yang dipelajarinya, semakin bertambah pula ilmu sihir yang dimilikinya.”
HR. Abu Dawud.
Dalam mengajarkan sihir kepada manusia
setan tidak mempunyai maksud kecuali agar ia menjadi musyrik. Allah swt
berfirman :

Dan mereka mengikuti apa
yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya .
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir
itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. QS Al-Baqarah : 102.
Kita semua dapat menyaksikan betapa banyak
orang yang terseret, memasuki wilayah sihir dan menyangka bahwa hukuman sihir
itu haram saja dan mereka tidak menyangka bahwa hukum yang sebenarnya adalah
kufur. Ironisnya, pada saat ini banyak orang yang meremehkan masalah sihir dan
para pelakunya. Bahkan ada orang yang menganggapnya sebagai salah satu jenis
ilmu yang mereka banggakan. Mereka memberikan motivasi kepada para pelakunya.
Bahkan memberikan hadiah-hadiah, sehingga diadakan berbagai acara perayaan,
pertemuan dan perlombaan untuk para tukang-tukang sihir yang dihadirkan oleh
ribuan penonton dan penggemar. Ini adalah sebuah bentuk kebodohan dalam
beragama serta menggangap remeh urusan akidah, bahkan justru memberikan
dukungan kepada orang-orang yang meremehkan akidah.
Tukang sihir dilaknat di dunia dan kekal di
neraka di akhirat. Dia hidup seperti hidupnya orang miskin dan mati seperti
matinya orang jahil. Betapa sering dengan sihir menyebabkan terjadinya
pertengkaraan antara suami dan istri, sehingga suami membenci istrinya atau
sebaliknya. Setan pun ikut campur dengan manusia. Betapa sering dengan sihir
menyebabkan hancurnya suatu rumah tangga dan sebagainya. Laknat Allah swt
senantiasa menimpa tukang sihir.
Ketahuilah bahwa menyibukan diri dengan perdukunan dan sihir merupakan
perkara yang menjerumuskan kedalam kesyirikan. Surgapun diharamkan untuk
mereka.
Rasulullah saw bersabda :
“ Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga yaitu
pecandu minuman keras, orang yang memeutus tali silaturahmi dan orang yan
mempercayai sihir “. HR. Ahmad dalam Musnadnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya dan
Al-Hakim.
5. Mendatangi Dukun.
Rasulullah saw bersabda :
مَنْ أَتَى عَرَّافاً فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
“Barang siapa mendatangi ‘Arrof (peramal) dan menanyakan
sesuatu kepadanya, tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari”. HR Muslim
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي قال : مَنْ أَتَى كَاهِناً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Dari Abu Hurairah rodhiallohu anhu dari Nabi sholallohu alaihi wassalam
beliau bersabda : barang siapa yang mendatangi kahin (dukun) dan
membenarkan apa yang yang ia katakan maka sungguh telah kafir terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad sholallohu alaihi wasalam. HR Abu Dawud
Dikeluarkan oleh empat ahlu Sunan
(Nasa’i, Turmudzi, Abu Daud dan Ibnu Majah) dan dishohihkan oleh Hakim dari
Nabi sholallohu
alaihi wasalam dengan lafal :
مَنْ أَتَى عَرَّافاً أَوْ كَاهِناً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Barang siapa yang mendatangi tukang
ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah
kafir terhadap yang diturunkan kepada Muhammad sholallohu alaihi
wassalam.
عن عمران بن الحصين رضي الله عنه قال : قال رسول الله : لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Dari Imron bin Hushain rodiallohu anhu
ia berkata, Rasululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda : bukan dari
golongan kami orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan burung
dan lainnya, yang bertanya dan yang menyampaikannya, atau yang melakukan
praktek dukun dan yang didukuni atau yang menyihir atau yang meminta bantuan
sihir, dan barang siapa yang mendatangi kahin(dukun) dan membenarkan apa
yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir pada apa yang diturunkan
kepada Muhammad sholallohu alaihi wassalam . HR Bazzar dengan sanad Jayyid.
Hadits-hadits
mulia ini menunjukkan larangan mendatangi ‘arrof, kahin dan sebangsanya,
larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib, larangan
mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan dan ancaman bagi mereka
yang melakukannya .
Oleh
karena itu, kepada para penguasa dan mereka yang mempunyai pengaruh di
negerinya masing-masing, wajib bagi mereka mencegah segala bentuk praktek
tukang ramal, dukun, dan sebangsanya, dan melarang orang-orang mendatangi
mereka. Kepada yang berwenang supaya melarang mereka melakukan praktek di
pasar-pasar atau di tempat-tempat lainnya dan secara tegas menolak segala yang
mereka lakukan. Dan hendaknya tidak boleh tertipu oleh pengakuan segelintir
manusia tentang kebenaran apa yang mereka lakukan, karena orang–orang tersebut
tidak mengetahui tentang perkara yang dilakukan oleh dukun-dukun tersebut,
bahkan kebanyakan mereka adalah orang-orang awam yang tidak mengerti hukum, dan
larangan terhadap perbuatan yang mereka lakukan .
Rasulullah sholallohu alaihi wassalam telah
melarang ummatnya mendatangi para kahin ,‘arrof, dan tukang tenung, dan
melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan, karena mengandung
kemungkaran dan bahaya yang sangat besar pula. Karena mereka adalah orang-orang
yang melakukan dusta dan dosa .
Hadits–hadits Rasulullah sholallohu alaihi wassalam
tersebut diatas membuktikan tentang kekufuran para kahin dan ‘arrof, karena
mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka tidak akan sampai pada
maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan
menyembah jin-jin, dan ini merupakan perbuatan kufur dan syirik terhadap
Allah ta’ala. Orang orang yang membenarkan mereka atas pengakuan mereka
dalam mengetahui hal-hal yang ghaib dan meyakininya, maka hukumnya sama
seperti mereka, Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang
melakukannya, sesungguhnya Rasulullah berlepas diri dari mereka .
Seorang muslim tidak boleh tunduk dan
percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara seperti yang dilakukan itu
sebagai suatu cara pengobatan, semisal tulisan Azimat-azimat yang mereka buat,
atau cairan timah, dan berbagai cerita bohong yang mereka lakukan. Semua ini
adalah praktek-praktek pedukunan dan penipuan terhadap manusia, maka barang
siapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap
penolakannya, sesungguhnya ia telah menolong dalam perbuatan batil dan kufur.
Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang
muslim pergi kepada kahin, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya, dan
menanyakan kepada mereka hal-hal yang berhubungan dengan jodoh dan pernikahan
anak atau saudaranya atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga,
tentang kecintaan, kesetiaan, perselisihan, dan perpecahan yang terjadi, dan
lain sebagainya, karena ini berhubungan dengan hal-hal yang ghaib yang tidak
diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali Allah ta’ala . Dan para dukun itu
mengetahui yang ghaib adalah suatu kebongan belaka, yang gahib itu yang tahu
hanya Allah semata.
Allah swt berfirman :

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)" QS. Al-An’aam : 59

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan
air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
mendengarkan (pelajaran). QS. An-Naml : 65

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.. Kecuali kepada rasul
yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya. QS. Al-Jin : 26-27
Ibnul Jauziy berkata : “ Yang
mengetahui perkara ghaib hanya Allah swt saja, tiada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya.
Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu dan tidak
mengajarkannya kepada seorang manusia pun, kecuali kepada Rasul yang di
kehendaki-Nya. Sebab tanda kebenaran seorang Rasul adalah pemberitahuan tentang
hal-hal ghaib. Artinya Allah memperlihatkan hal-hal yang di kehendaki-Nya
kepada orang-orang yang diridhai-Nya untuk mengemban risalah-Nya. Ayat ini juga
menunjukan bahwa orang yang menyangka bintang gemilang itu menunjukan hal-hal
yang ghaib maka telah kafirlah ia. Wallahu a’lam “. Lihat zaadul maser 8/385
6. Meminta Pertolongan Kepada Selain Allah
swt.
Istighatsah berarti meminta dihilangkannya kesulitan, sedangkan
isti’anah artinya meminta pertolongan dan dukungan dalam suatu urusan.
Istighatsah dan isti’anah ada dua macam:
Pertama, istighatsah dan isti’anah kepada manusia dengan sesuatu yang
tidak akan mampu dilakukannya, mislanya menjaganya dari penganiayaan si zhalim,
menyelamatkan dari binatang buas, menolong dalam menghadapi musih dan lain sebagainya.
Semua bentuk istighatsah dan isti’anah seperti itu hukumnya boleh.

Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah , maka didapatinya
di dalam kota
itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani
Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari
golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya
lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah
perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). QS. Al-Qashash :
15
Maksudnya:
tengah hari, di waktu penduduk sedang istirahat
dan Musa menyesal atas kematian orang itu disebabkan pukulannya, karena
dia bukanlah bermaksud untuk membunuhnya, hanya semata-mata membela kaumnya.
Kedua, istighatsah dan isti’anah kepada
selain Allah dalam perkara yang tidak ada yang mampu kecuali Allah. Misalnya
seorang meminta pertolongan kepada orang lain dalam menurunkan rezeki,
menyembuhkan orang sakit atau yang sejenisnya yang tidak ada yamg mampu kecuali
Allah swt semata. Atau seseorang meminta pertolongan kepada orang yang sudah
mati, kepada makhluk ghaib, batu, pohon besar, kuburan untuk menangkal mara
bahaya ataupun mendatangkan keuntungan. Ini hukumnya syirik. Istighatsah dan
isti’anah dalam perkara semacam ini hanya boleh di tujukan kepada Allah swt
semata.
Pada zaman nabi saw pernah ada seorang
munafik yang menyakiti orang mu’minin.
Maka sebagian sahabat mengatakan “ Bangkitlah bersama kami untuk
beristighatsah kepada Rasulullah dari orang-orang munafik ini ! “ Maka Rasulullah
saw bersabda : “ Sesungguhnya
istighatsah itu tidak boleh dimintakan kepada ku, tetapi kepada Allah “. HR.
Thabrani.
Jika dalam perkara yang bias dilakukan oleh
Nabi saw dalam hidupnya dijawab demikian, maka bagaimana pun dengan istighatsah
kepada beliau setelah beliau wafat, serta dimintai perkara-perkara yang beliau
tidak mampu kecuali Allah swt ?. Dan jika hal tersebut tidak boleh dilakukan
terhadap Nabi saw, tentu orang lain lebih tidak pantas lagi.
7.
Meminta Hujan
Kepada Bintang.
Rasulullah saw bersabda :
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhaini radhiallahu anhu dia
berkata:
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنْ اللَّيْلَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin kami shalat subuh di
Hudaibiah di atas bekas-bekas hujan yang turun pada malam harinya. Setelah
selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda,
“Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?” mereka menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “(Allah berfirman),
“Subuh hari ini ada hamba-hambaKu yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.
Siapa yang berkata, “Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan
rahmat-Nya,” maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada
bintang-bintang. Adapun yang berkata, “(Hujan turun disebabkan) bintang ini
atau itu,” maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”
HR. Al-Bukhari no. 1038.
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa, “ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’AN (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras lagi bermanfaat).” HR. Al-Bukhari no. 1032
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِفْتَاحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ لَا يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُونُ فِي غَدٍ وَلَا يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُونُ فِي الْأَرْحَامِ وَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ وَمَا يَدْرِي أَحَدٌ مَتَى يَجِيءُ الْمَطَرُ
“Ada lima kunci ghaib yang tidak diketahui seorangpun kecuali Allah: Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang terdapat dalam rahim, tidak ada satu jiwapun yang tahu apa yang akan diperbuatnya esok, tidak ada satu jiwapun yang tahu di bumi mana dia akan mati, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan turunnya hujan.” HR. Al-Bukhari no. 1039
Para
ulama berkata “ Apabila seorang muslim berkata : “ Hujan turun karena bintang
ini dan itu, dengan maksud bahwa bintang-bintang itulah yang mengadakan dan
pelaku timbulnya hujan, maka ia menjadi kafir dan murtad, tanpa diragukan lagi. Namun apabila
ia mengatakan itu dengan maksud itu hanya sebagai tanda-tandanya dan hujan akan
turun dengan adanya tanda-tanda itu, sedangkan turunnya hujan tersebut adalah
oleh Allah. Dia menciptakannya, maka ia tidak menjadi kafir. Para
ulama berselisih pendapat dalam hal makhruhnya, sebab itu merupakan perkatan
orang-orang kafir. Itu merupakan zhahir makna tekstual hadits tersebut. Ini
pula yang sebelumnya telah ditulis oleh imam syafi’I dalam kitab Al-Umm “
8. Menghalalkan Kemungkaran Dan Ridha Akan
Merajalelanya Kemungkaran Itu.
Orang-orang yang ridha baik secara lahir atupun batin akan merajalelanya
dan tersebarnya kemungkaran serta menganggap halal, mereka itu kafir dan hilang
imannya meskipun mereka menganggap dirinya termasuk orang muslim.
Kehancuran
masyarakat terjadi karena pelaku kemungkaran di biarkan merajalela berbuat
kerusakan di bumi dan kebinasaan ummat disebabkan banyaknya perbuatan maksiat
yang merajalela, meskipun dalam ummat tersebut terdapat banyak orang sholeh.
Orang yang bertindak keterlaluan, dengan mengabaikan amar-ma’ruf nahi mungkar,
akan mendapat balasan dari Allah berupa tidak dikabulkan do’anya.
Rasulullah saw bersabda :
وَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ , لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ
المُنْكَرِ , أَوْ لَيُوْشِكُنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ
ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ “
” Demi Yang jiwaku ada di tangan – Nya, hendaklah engkau
sungguh-sungguh menyerukan kema’rufan dan mencegah kemunkaran, atau niscaya
Allah akan benar-benar mengirim atasmu sekalian siksa dari-Nya. Kemudian engkau
berdoa kepada-Nya dan Ia tidak mengabulkannya ”.
Hadits serupa diriwayatkan pula oleh Al-Imâm Ahmad rhm dan Al-Imâm Al-Bazzâr rhm.
Hadits serupa diriwayatkan pula oleh Al-Imâm Ahmad rhm dan Al-Imâm Al-Bazzâr rhm.
يَآ
أَيُّهَا النَّاسُ ! إنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : ” مُرُوْا
بِالمَعْرُوْفِ وَانْهَوْا عَنِ المُنْكَرِ, مِنْ قَبْلِ أَنْ تَدْعُوْنِيْ فَلاَ
أُجِيْبُكُمْ , وَتَسْأَلُوْنِيْ فَلاََََ أُعْطِيْكُمْ , وَتَسْتَنْصِرُوْنِيْ
فَلاَ أَنْصُرُكُمْ “.
” Wahai manusia,
sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ” Serukanlah kema’rufan dan
cegahlah kemunkaran, sebelum engkau semua berdo’a kepada-Ku namun Aku tidak
mengabulkannya, sebelum engkau semua meminta kepada-Ku namun Aku tidak
memberikannya, dan sebelum engkau semua mohon pertolongan-Ku namun Aku tidak
menolong engkau sekalian
إِنَّ
اللهَ تَعَالىَ لاَيُعَذَّبُ العَآ مَّةَ بِعَمَلِ الخَآصَّةِ حَتَّى يَرَوْا
المُنْكَرَ بَيْنَ ظَهرَانِيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوْهُ
فَلاَ يُنْكِرُوْا , فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَذَّبَ اللهُ العَآمَّةَ
وَالخَآصَّةَ “
” Sesungguhnya Allah SWT tidak mengadzab umumnya manusia
hanya karena perbuatan khusus sebagian mereka, sehingga mereka melihat
kemunkaran di tengah mereka dan mereka mampu untuk menentangnya namun mereka
tidak menentangnya. Jika sudah demikian yang mereka perbuat maka Allah
mengadzab yang umum dan khusus dari mereka ” .
أَوْحَى
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ : ” أَنِ اقْلِبْ
مَدِيْنَةَ كَذَا وَكَذَا بِأَهْلِهَا ! ” قَالَ : ” يَا رَبّ ! إِنَّ فِيْهِمْ
عَبْدَكَ فُلاَناً لمََ ْيَعْصِكَ طَرْفَةَ عَيْنٍ ” قَالَ تَعَالىَ : ”
اِقْلِبْهَا عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ , فَإِنَّ وَجْهَهُ لَمْ يَتَمَعَّرْ فيَِّ
سَاعَةً قَطٌّ “
” Allah ‘Azza wa
Jalla mewahyukan kepada Jibril as : ” Goncangkan kota ini dan itu bersama penghuninya ! ”
Jibrîl pun berkata :”Wahai Tuhanku, sesungguhnya di tengah-tengah mereka ada
hamba-Mu si Fulan yang tidak pernah ma’siat kepada-Mu sesaat pun juga”.
Rasulullah SAW melanjutkan : ” Allah berfirman : ”Sesungguhnya wajahnya ( si
hamba yang sholeh itu ) tidak pernah berubah terhadap-Ku ( tidak marah melihat
kema’siatan ) sesaat pun juga ”.
Kalu kita membiarkan suatu kemungkaran
berlangsung di sebuah negeri. Kita melihat atupun mengetahui suatu bentuk
kemungkaran, tetapi kita tidak mau mencegahnya maka kita sudah siap dan ridha
menerima adzab dari Allah swt.
Sebagaimana
telah disebutkan dalam hadits an-Nu’mân bin Basyîr radhiallahu'anhu bahwa
Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: “Perumpamaan orang yang menjaga
larangan-larangan Allah dan orang yang terjatuh di dalamnya adalah seperti
suatu kaum yang sedang mengundi untuk mendapatkan tempat mereka masing-masing
di dalam kapal. Sebagian mendapat tempat di bagian atas kapal dan sebagian
lainnya mendapat di bagian bawah. Orang-orang yang berada di bawah jika ingin
mendapatkan air minum mereka melewati orang-orang yang ada di atas. Mereka
(yang ada di bawah) berkata: “Andaikata kita melubangi perahu ini untuk
mendapatkan air minum, maka kita tidak akan mengganggu mereka yang ada di
atas”. Jika orang-orang yang ada di atas membiarkan perbuatan dan keinginan
orang-orang yang ada di bawah (yaitu melubangi kapal), maka mereka semua akan
tenggelam. HR. Al-Bukhâri dan at-Tirmidzi
Dalam
mengomentari hadits di atas, Syaikh Muhammad bin `Abdurrahmân al-Mubârakfûri
rahimahullah berkata: “Dan memang seperti itu maknanya, jika manusia melarang
orang yang berbuat maksiat, maka mereka semua akan selamat dari adzab Allah
Ta’ala, dan sebaliknya, jika mereka membiarkan kemaksiatan, maka mereka semua
akan ditimpa adzab dan akan binasa, dan ini adalah makna ayat (di atas).
Imam
al-Qurtubi rahimahullah juga berkata: “Dalam hadits ini terdapat pelajaran yang
bisa dipetik, (di antaranya), datangnya adzab tersebut dikarenakan dosa yang
dilakukan oleh kebanyakan orang, dan juga disebabkan oleh tidak adanya amar
ma’ruf nahi mungkar (di tengah mereka). Seperti itu pula yang telah disebutkan
dalam hadits Abu Bakr radhiallahu'anhu. Beliau berkata: “Sungguh, kami pernah
mendengar Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Sesungguhnya jika
manusia melihat seseorang melakukan kezhaliman, kemudian mereka tidak mencegah
orang itu, maka Allah akan meratakan adzab kepada mereka semua. HR Abu Dâwud,
at-Tirmidzi dan dishahîhkan oleh al-Albâni.
Ayat dan beberapa hadits di atas
menunjukkan betapa pentingnya peran amar ma’ruf nahi mungkar dalam kehidupan
manusia di alam semesta ini, karena dengan ditegakkannya hal itu, kesyirikan,
kezhaliman dan kemaksiatan akan berkurang, kebaikan akan menyebar serta dengan
izin Allah Ta’ala akan terhindar dari adzab Allah Ta’ala di dunia ini.
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
“Barangsiapa di antara
kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya,
jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya,
itulah selemah-lemahnya iman.“ HR. Muslim
Dalam sabda
lainnya beliau menyebutkan,
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُوا
الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوْهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابِهِ
“Sesungguhnya manusia itu
bila melihat kemungkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhawatirkan Allah
akan menimpakan siksa-Nya yang juga menimpa mereka.’ HR.Abu Dawud
Hadits-Hadits tentang amar ma’ruf nahi mungkar.
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
اْلإِيْمَانِ
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya
mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang
melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan
hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. HR. Muslim.
1. Hendaklah kamu beramar ma'ruf (menyuruh
berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka
Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu,
kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo'a dan tidak dikabulkan
(do'a mereka). HR. Abu Zar
2. Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. HR. Ath-Thabrani.
3. Masih tetap ada dari segolongan umatku yang menegakkan perintah Allah. Tidak menghambat dan tidak mengecewakan mereka orang-orang yang menentangnya sampai tiba keputusan Allah. Mereka masih tetap konsisten (mantap / teguh) baik dalam sikap maupun pendiriannya. HR. Bukhari dan Muslim.
2. Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. HR. Ath-Thabrani.
3. Masih tetap ada dari segolongan umatku yang menegakkan perintah Allah. Tidak menghambat dan tidak mengecewakan mereka orang-orang yang menentangnya sampai tiba keputusan Allah. Mereka masih tetap konsisten (mantap / teguh) baik dalam sikap maupun pendiriannya. HR. Bukhari dan Muslim.
4. Jihad paling afdhol ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam. HR. Aththusi dan Ashhabussunan
5. Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. HR. Muslim.
6. Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam. HR. Bukhari dan Muslim
7. Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma'ruf dan nahi mungkar. HR. Tirmidzi
8. Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang menjauh. HR. Bukhari.
9. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang, maka dirinya sendirilah yang dijadikannya untuk mengingatkannya, menyuruhnya dan melarangnya. HR. dan Ad-Dailami
10. Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, "Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar?" Orang tersebut menjawab, "Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma'ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya." HR. Muslim.
11. Nabi meniadakan pemberian pelajaran untuk beberapa hari karena khawatir kejenuhan kami. HR. Ahmad.
12. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla tidak menyiksa (orang) awam karena perbuatan (dosa) orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat mungkar di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya (menentangnya). Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam (seluruhnya). HR. Ahmad dan Ath-Thabrani
13. Tidaklah seharusnya orang menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar kecuali memiliki tiga sifat, yakni lemah-lembut dalam menyuruh dan dalam melarang (mencegah), mengerti apa yang harus dilarang dan adil terhadap apa yang harus dilarang. HR. Ad-Dailami.
14. Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan bernasihat kepada manusia (makhluk Allah). HR. Ath-Thahawi
15. Pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: "Kamu kini jelas atas petunjuk dari Robbmu, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar dan berjihad di jalan Allah. Kemudian muncul di kalangan kamu dua hal yang memabukkan, yaitu kemewahan hidup (lupa diri) dan kebodohan. Kamu beralih kesitu dan berjangkit di kalangan kamu cinta dunia. Kalau terjadi yang demikian kamu tidak akan lagi beramar ma'ruf, nahi mungkar dan berjihad di jalan Allah. Di kala itu yang menegakkan Al Qur'an dan sunnah, baik dengan sembunyi maupun terang-terangan tergolong orang-orang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam. HR. Al Hakim dan Tirmidzi.
Kalau sudah demikian keadaannya apakah kita
akan menunggu adzab yang lebih dahsyat lagi atau apa kita akan menunggu negeri
ini di hancurkan sehancur-hancurnya.

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka
sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. QS. Al-Israa’ : 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar