Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” HR. Al-Bukhari no. 2560 dan Muslim no. 129
Penjelasan:
Ini adalah 7 dosa besar yang membinasakan. Dan sebagaimana dimaklumi bersama bahwa dosa-dosa besar itu tidak terbatas pada 7 amalan ini saja, akan tetapi masih banyak dosa besar lainnya yang tersebut dalam hadits-hadits yang lain. Di antaranya adalah hadits Abi Bakrah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ
“Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” HR. Al-Bukhari no. 2460 dan Muslim no. 126
Syirik Kepada Allah.
Dalam hadits Abu Hurairah di atas, Nabi shallallahu alaihi wasallam memulai penyebutan 7 dosa yang membinasakan dengan menyebutkan syirik kepada Allah karena dia merupakan dosa yang terbesar. Syirik adalah menjadikan tandingan untuk Allah dalam rububiah-Nya, uluhiah-Nya, serta dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Seperti menyerahkan ibadah kepada selain Allah, baik seluruh ibadah maupun sebagian di antaranya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. QS. Al-Maidaah
:72.
Di antara bentuk syirik akbar adalah ruku’ dan sujud kepada makhluk, baik yang masih hidup apalagi yang telah meninggal. Contoh lain adalah tawaf dan berdiam di kubur orang saleh, bernadzar dan menyembelih untuk makhluk, memohon bantuan dan perlindungan kepada makhluk dalam perkara yang hanya Allah yang bisa memberikannya, seperti dalam hal turunnya hujan, menyembuhkan orang yang sakit, dan semacamnya. Jika seorang hamba melakukan salah satu dari amalan ini dan yang semisalnya maka dia telah terjatuh ke dalam amalan syirik akbar, dan Allah tidak akan mengampuninya jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat.
Sihir
Semua praktek sihir dan magic sebenarnya sudah termasuk ke dalam kesyirikan. Akan tetapi Allah Ta’ala menyebutkannya secara tersendiri di sini untuk menunjukkan besarnya dosa dari kesyirikan yang satu ini. Hal itu karena sihir bukan hanya merusak pelakunya akan tetapi kebanyakannya juga akan merusak orang-orang yang ada di sekitarnya. Hakikat dari sihir adalah seorang penyihir meminta bantuan dan perlindungan kepada jin-jin kafir untuk melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan manusia biasa, dengan syarat si penyihir tersebut harus menyerahkan ibadah dan taqarrub kepada jin-jin tersebut. Karenanya Allah Ta’ala menjadikan semua bentuk sihir adalah pengajaran dari setan dalam firman-Nya:
“Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” QS. Al-Baqarah: 102
Ayat di atas juga menunjukkan kafirnya orang yang mempelajari semua bentuk sihir. Hal itu karena Allah Ta’ala menyebutkan salah satu sebab kafirnya setan adalah mengajarkan sihir. Jadi, jika yang mengajarkan sihir itu kafir maka tentunya yang mempelajari sihir itu juga kafir, walaupun dia tidak memanfaatkan sihir itu.
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” QS. Al-Baqarah: 102
Pelaku dosa besar selama dia masih mempunyai iman maka dia pasti masih mendapatkan bagian kebaikan di akhirat. Akan tetapi tatkala penyihir dikatakan tidak mempunyai bagian di akhirat sedikitpun, maka itu menunjukkan mereka tidaklah mempunyai iman dan agama.
Qatadah berkata, “Ahli kitab telah mengetahui pada janji yang telah diambil dari mereka bahwa penyihir tidak mempunyai sedikitpun bagian di akhirat.”
Al-Hasan Al-Bashri berkata menafsirkannya, “Penyihir itu tidak mempunyai agama.”
Dan Imam Ahmad telah menegaskan bahwa siapa saja yang mempelajari atau mengajarkan sihir maka dia telah kafir dengannya.”
Membunuh Tanpa Hak
Dosa yang membinasakan ketiga adalah membunuh jiwa tanpa hak. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan.” QS. Al-Isra`: 33
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” QS. An-Nisa`: 93
Ibnu Jarir mengetengahkan dari
jalur Ibnu Juraij dari Ikrimah bahwa seorang laki-laki Ansar membunuh saudara
dari Maqis bin Shababah. Maka Nabi saw. pun memberinya diat yang diterimanya
dengan baik. Tetapi kemudian Maqis menerjang orang yang membunuh saudaranya itu
lalu dibunuhnya pula. Sabda Nabi saw., "Saya tak ingin menjamin keamanan
dirinya, baik di tanah halal atau di tanah haram," dan ternyata ia dibunuh
di waktu pembebasan. Kata Ibnu Juraij, "Mengenainyalah turunnya ayat, 'Dan
barangsiapa yang membunuh seorang mukmin...' sampai akhir ayat." (Q.S.
An-Nisa 93)
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang mukmin masih dalam kelonggaran agamanya selama dia tidak menumpahkan darah haram tanpa alasan yang dihalalkan.” HR. Al-Bukhari no. 6355
Di antara membunuh tanpa hak adalah membunuh orang kafir dzimmi, kafir mu’ahad, dan kafir musta`man.
Di antara bentuk membunuh dengan hak 3 jenis pembunuhan yang tersebut dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
“Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini: Seorang yang sudah menikah yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain, dan orang yang keluar dari agamanya, memisahkan diri dari jama’ah (murtad).” HR. Al-Bukhari no. 6370 dan Muslim no. 3175.
Memakan Harta Riba
Memakan harta riba dan bergelut dengannya adalah dosa yang sangat besar. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” QS. Al-Baqarah: 275-276
Dari Abu Juhaifah radhiallahu anhu dia berkata:
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَآكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَنَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الْبَغِيِّ وَلَعَنَ الْمُصَوِّرِينَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat al-wasyimah (wanita yang mentato) dan al-mustausyimah (wanita yang meminta untuk ditato), orang yang memakan riba, dan orang yang memberi dari hasil riba. Dan beliau juga melarang untuk memakan hasil keuntungan dari anjing, dan pelacur. Kemudian beliau juga melaknat para tukang gambar.” HR. Al-Bukhari no. 4928
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” HR. Muslim no. 2995.
Memakan Harta Anak Yatim
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka).” QS. An-Nisa`: 10
Ayat di atas tegas menyebutkankan memakan atau menghabiskan harta anak yatim adalah dosa besar. Karenanya Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim di dalam firmanya :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin.” QS. An-Nisa`: 36
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Aku dan orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam surga akan dekat seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu beliau membuka sedikit di antara keduanya.” HR. Al-Bukhari no. 4892
Lari Dari Medan Jihad
Allah Ta’ala berfirman memberikan ancaman:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali
berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari
Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat
kembalinya.” QS. Al-Anfal : 15-16
Menuduh Seseorang Berzina Tanpa Saksi
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).” QS. An-Nur : 23-25
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An-Nur : 4-5
Ada pula yang menyekutukan Allah SWT dengan
mengadakan sesembahan-sesembahan seperti berhala, patung dan ada juga yang
menyekutukan Allah SWT dengan manusia. Dan mereka orang-orang musyrik akan di
masukan kedalam neraka, mereka kekal di dalamnya.
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. QS.
Al-Bayyinah : 6
Dan surga pun di haramkan atas orang-orang musyrik.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun."
QS. Al-Maidah: 72
Oleh karena itu, barangsiapa yang berbuat
syirik kepada Allah SWT, berarti ia telah menempatkan untuk Allah SWT apa yang
Allah sendiri menyucikan diri padanya. Dan ini merupakan puncak kesombongan dan
permusuhan kepada Allah SWT dan orang muslim pun berlepas diri kepada mereka
dan mengingkari kekafirannya, serta
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya. Karena bagaimanapun antara
syirik dan tauhid tidak bias bercampur selama-lamanya. Dalam hal ini Allah SWT
menegaskan :
Sesungguhnya telah ada suri teladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika
mereka berkata kepada kaum mereka:” Sesungguhnya kami berlepas diri daripada
kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)
mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim
kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku
tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata):
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
QS. Al-Mumtahanah : 4
QS. Al-Mumtahanah : 4
Beberapa unsur yang dialami oleh orang-orang
musyirik ketika di dunia maupun di akhirat nanti :
1. Bahwa orang musyrik itu mudah di gangu
setan, cenderung gugon tuhon, thahayul, khurofat, penakut dan pemecah belah
ummat.
Allah SWT berfirman :
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut,
disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. QS. Ali-Imraan : 151
Dan setan itu hobinya
menakut-nakuti orang-orang musyrik sampai mati. Allah SWT berfirman :
إِنَّمَا
ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah
setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." QS. Ali Imran: 175
2. Orang musyrik itu ketika sakaratul maut
mengalami sengsara.
Allah SWT berfirman :
Dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah
diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang
diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. QS. Al-An’aam : 93
Dan siapakah yang
lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang
berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan
sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. QS. Al- An’aam : 93
Ibnu Jarir mengetengahkan melalui
Ikrimah sehubungan dengan firman Allah, "Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, atau yang berkata, 'Telah
diwahyukan kepada saya,' padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya."
(Q.S. Al-An'am 93). Ikrimah mengatakan, "Ayat ini diturunkan sehubungan
dengan Musailamah," sedangkan ayat, ".... dan orang yang mengatakan,
'Aku juga diberi wahyu seperti yang telah diturunkan oleh Allah," ini
turun berkenaan dengan Abdullah bin Saad bin Abu Sarh, dia adalah sekretaris
Nabi saw. Pada suatu ketika ia disuruh menulis oleh Nabi saw., kata `aziizun
hakiim (Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) akan tetapi ia menuliskan ghafuurun
rahiim (Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Lalu surah hasil tulisannya itu
dibaca (dan ia mendapat teguran) akan tetapi ia menjawab, 'Ya, itu sama saja.'
Tidak lama kemudian ia menjadi kafir kembali dan bergabung dengan orang-orang
Quraisy." Dan telah diketengahkan pula melalui Saddi hadis yang sama, akan
tetapi di dalam riwayatnya terdapat tambahan, yaitu, Abdullah bin Saad bin Sarh
berkata, "Jika Muhammad telah diberi wahyu, maka sesungguhnya aku pun
telah diberi wahyu pula. Dan jika Allah telah menurunkan wahyu kepadanya, maka
aku pun telah menurunkan wahyu seperti apa yang diturunkan oleh Allah. Muhammad
telah mengatakan samii`an `aliiman (Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), maka
aku katakan `aliiman hakiiman (Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana)."
3. Orang musyrik itu tempatnya neraka dan
mereka kekal di dalam nya.
Allah swt berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. QS.
Al-Bayyinah : 6
4. Orang musyrik haram masuk surga.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." QS. Al-Maidah: 72
5. Orang musyrik ketika di alam barzah,
do’anya orang yang dibumi tidak mencakup untuknya.
Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. Allahummaghfir lil muslimina wal
muslimat, wal mu’minina mal mu’minat, al ahyaai minum wal amwat, innaka ‘ala
kulli syai’inqadir.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, ampunilah kedua orang tua kami, ampunilah saudara-saudara kami, kerabat, musllimin muslimat, mu’minim mu’minat baik yang masih ada maupun yang telah wafat. Kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami waktu masih kecil.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, ampunilah kedua orang tua kami, ampunilah saudara-saudara kami, kerabat, musllimin muslimat, mu’minim mu’minat baik yang masih ada maupun yang telah wafat. Kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami waktu masih kecil.
Orang yang beriman pun dilarang mendoakan
orang-orang musyrik.
Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan
(jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mereka mati dalam Keadaan fasik.” QS. At-Taubah : 84
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan sebuah hadis melalui Ibnu Umar r.a. yang menceritakan, bahwa
sewaktu Abdullah bin Ubay mati, datanglah anaknya menghadap Rasulullah saw. dan
meminta kepadanya supaya ia memberikan baju gamisnya untuk mengafani jenazah
ayahnya. Rasulullah saw. memberikan baju gamisnya kepada anak Abdullah bin Ubay,
akan tetapi anak Abdullah bin Ubay masih mempunyai permintaan lagi, yaitu
meminta supaya Rasulullah menyalati jenazah ayahnya. Maka Rasulullah saw.
berdiri untuk menyalatinya; tetapi tiba-tiba Umar bin Khattab menarik baju
Rasulullah saw. seraya berkata lirih, "Wahai Rasulullah! Apakah engkau
akan menyalatkannya juga, bukankah Rabbmu telah melarangmu untuk menyalatkan
jenazah orang-orang munafik?" Rasulullah saw. menjawab, "Sesungguhnya
Allah hanya menyuruhku untuk memilih," beliau selanjutnya membacakan
firman-Nya, "Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja), kendati pun kamu memohonkan ampun bagi
mereka tujuh puluh kali." (Q.S. At-Taubah, 80) Kemudian Rasulullah saw.
menambahkan, "Aku akan memohonkan ampun tujuh puluh kali lebih."
Sahabat Umar bin Khattab r.a. berkata, "Sesungguhnya dia (Abdullah bin
Ubay) adalah orang munafik." Akan tetapi Rasulullah saw. tetap melakukan
salat jenazah atas Abdullah bin Ubay demi memelihara perasaan anak Abdullah bin
Ubay bin Salul karena anaknya kini telah masuk Islam dan menjadi salah satu di
antara sahabat Rasulullah saw. yang ikhlas. Akan tetapi setelah ayat 84 surah
At-Taubah diturunkan, Rasulullah saw. tidak lagi melakukan hal yang serupa
karena larangannya sudah jelas. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya,
"Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di
antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya." (Q.S. At-Taubah
84). Sejak saat diturunkannya ayat di atas Rasulullah saw. tidak lagi melakukan
salat jenazah atas orang-orang munafik. Keterangan ini disebutkan di dalam
hadisnya Umar, Anas, Jabir dan lainnya.

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang
musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah
jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam. QS. At-Taubah : 113
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau
tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu
memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak
akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka
kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik. QS. At-Taubah : 80
Sa’id Musayyab mengatakan bahwa saat Abu Thalib menjelang ajal,
Rasulullah dating menemuinya. Saat itu Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah
berada di samping Abu Thalib. Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai paman,
ucapanlah kalimat “ Tidak ada Tuhan selain Allah “, agar aku dapat
memperjuangkan mu di hadapan Allah di hari kiamat kelak “. Abu Jahal dan Ab
dullah berkata : “ Hai Abu Thalib, apakah kamu telah membenci agama Abdul
,uthalib ?” Mereka berdua terus berbicara dengannya, hingga ucapanterakirnya
adalah pengakuan kesetiaan dengan agama Abdul Muthalib. Rasul pun berkata : “
Aku akan tetap memintakan ampun untukmu, selama aku tidak dilarang Allah.
Kemudian turunlah ayat ini “. HR. Bukhari dan Muslim
6. Orang musyrik itu najis. Yakni najis
aqidahnya, maka orang musyrik tidak pantas memakmurkan masjid.
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka
mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi
miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya,
jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
QS. At-Taubah : 28
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri
kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam
neraka. QS. At-Taubah : 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar