Rabu, 26 Juni 2013

MACAM-MACAM SYIRIK





Sebagian kaum muslimin yang tersebar di penjuru negeri banyak yang terjerumus kedalam berbagai kesyirikan yang menafikan tauhid. Bahkan perkara tersebut sudah sampai taraf menyekutukan Allah SWT secara terang-terangan. Dan juga tampak sebagian perkara bid’ah yang mengantarkan para pelakunya pada kekufuran terhadap Allah SWT. Mereka meninggalkan aspek aqidah, sedangkan mereka melihat kebanyakan manusia terjerumus kedalam syirik akbar seputar masalah-masalah penyembelihan dan tempat-tempat ziarah.
          Para penyeru-penyeru kesesatan telah menjadikan kebanyakan manusia sebagai hamba mereka, dengan menyesatkan akal dan pola piker mereka. Dan yang amat disayangkan adalah para penyeru tersebut telah berubah menjadi pemimpin mereka dalam kebatilan atas nama ilmu dan kekuasaan.
           Berbagai perkara-perkara kesyirikan tersebut adalah syirik akbar ( besar ) dan syirik asghar ( kecil ).

1.      Syirik Akbar ( Besar ).
       Yaitu syirik besar yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari islam dan menjadikan dirinya berada kekel di dalam neraka Jahanam. Syirik besar ini memalingkan bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain-Nya, menyembah bukan untuj-Nya dan lain-lain.

         YANG TERMASUK SYIRIK AKBAR ( BESAR )

A.    Syirik Dalam Do’a.
       Yaitu berdo’a kepada selain Allah, misalnya berdo’a kepada kuburan, batu, pohon, maupun berdo’a kepada perempatan atau pertigaan jalan. Dan syirik dalam do’a ini banyak di lakukan oleh orang-orang yang mengaku beriman.
Allah SWT berfirman :
 Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya [1159]; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). QS. Al-Ankaabut : 65

           Maksudnya: dengan memurnikan keta'atan semata-mata kepada Allah.
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. QS.Al- Mu’minun : 117

               
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka?. QS Al-Ahqaf  : 5-6


B.     Syirik Dalam Niat, Tujuan Dan Keinginan.

          Yaitu menunjukan sesuatu bentuk perbuatan dengan niat dan tujuan untuk selain Allah SWT


Allah SWT berfirman :




Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. QS. Huud : 15-16

 
         Mujahid bin Anas bin Malik mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum yahudi dan nasrani yang selalu melakukan perbuatan yang di dasari keduniawian saja. Demikian juga dengan orang-orang muslim yang riya’
       

C.    Syirik Dalam Ketaatan.

           Yaitu mentaati selain Allah dalam hal bermaksiat kepada Allah SWT. Manakala manusia mengatakan bahwa selain Allah SWT mempunyai hak untuk menentukan dan menetapkan hokum atau pandangan hidup yang berbeda, bertentangan atau tidak berdasarkan hukum Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan menjadikan manusia sebagai Tuhan selain Allah yakni dengan mentaati segala perintahnya, sekalipun menyalahi agama. Baik orang tersebut kyai, ulama, ustadz, petinggi Negara dan lainnya.

Allah SWT berfirman :



 Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.QS. Asy-Syuuraa : 21


 Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. QS. At-Taubah : 31

           ‘Adiy bin Hatim Ath-Thaa’I seorang nasrani yang sudah masuk islam, ketika mendengar Nabi SAW membacakan ayat tersebut langsung berkata, Ya Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka “ kemudian Rasulullah SAW bersabda “

Bukankah mereka menghalalkan untuk kalian apa yang Allah haramkan sehingga kalianpun menghalalkannya, dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan sehingga kalian mengharamkannya?”. Beliau (Adi bin Hatim) berkata : “Benar”. Maka Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,                                                              
Itulah (yang dimaksud) beribadah kepada mereka
           Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah mengatakan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut menafsirkan bahwa maksud “menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” bukanlah maknanya ruku’ dan sujud kepada mereka. Akan tetapi maknanya adalah mentaati mereka dalam mengubah hukum Allah dan mengganti syari’at Allah dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Perbuatan tersebut dianggap sebagai bentuk beribadah kepada mereka selain kepada Allah dimana mereka menjadikan para ulama dan ahli ibadah tersebut sebagai sekutu-sekutu bagi Allah dalam masalah menetapkan syari’at.
          Barangsiapa yang mentaati mereka dalam hal tersebut, maka sungguh dia telah menjadikan mereka sebagai sekutu-sekutu bagi Allah dalam menetapkan syari’at serta menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Ini adalah syirik besar”
          Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah mengatakan : “Hadits tersebut adalah dalil bahwa mentaati ulama dan ahli ibadah dalam bermaksiat kepada Allah adalah bentuk ibadah kepada mereka selain kepada Allah, dan termasuk syirik akbar yang tidak diampuni oleh Allah”
    Kemudian Allah Ta’ala berfirman dalam kelanjutan ayat di atas,
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa” . QS. At Taubah : 31
            Al Hafizh Ibnu Katsir RH,  menafsirkan ayat di atas : “Yakni Rabb yang jika mengharamkan sesuatu, maka hukumnya haram. Dan apa yang Dia halalkan, maka hukumnya halal. Dan apa yang Dia syari’atkan, maka harus diikuti. Dan apa yang Dia tetapkan, maka harus dilaksanakan”
             Hal ini menunjukkan bahwa penetapan syari’at, mengharamkan dan menghalalkan sesuatu, adalah hak mutlak milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 Lalu Allah Ta’ala menutup ayat di atas dengan firman-Nya,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” . QS. At Taubah : 31
           Akhir ayat tersebut menunjukkan mengikuti seseorang ataupun ulama yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan adalah sebuah kesyirikan. Kenapa? Karena mengikuti ulama yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan sama saja mengatakan bahwa ulama tersebut berhak untuk mengharamkan dan menghalalkan sesuatu padahal hak menghalalkan dan mengharamkan sesuatu adalah hak mutlak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hakikatnya sama saja ia membuat tandingan/sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menetapkan syari’at. Inilah yang disebut dengan asy syirku fit tha’ah, syirik dalam hal ketaatan.

D.    Syirik Dalam Fanatisme golongan.

            Yaitu merasa bangga terhadap suatu golongan ataupun partai. Mereka sudah tidak bangga lagi dengan islam akan tetapi sanggat bangga terhadap partainya ataupun golongannya.


 Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak kepada kebangsaan. Dan bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena kebangsaan. Dan tidak juga termasuk golongan kami yang mati karena kebangsaan.” HR Abu Daud.

           Ummat islam yang satu, tetapi sudah terkotak-kotak menjadi bergolong-golong dan berpartai-partai, masing-masing bangga dengan partainya, merasa partainya yang paling baik dan benar sehingga menganggap partai yang lain rendah dan salah sesame muslim sedah tidak lagi sesame saudara, justru di anggap sebagai lawan atau musuh yang harus di jatuhkan, karena  berbeda partai atau golongan.

      Allah SWT berfirman :



Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu , dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). QS.Al-Mu’minun : 52-53


             Kalau sudah demikian, maka Rasulullah SAW berlepas diri, tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang-orang yang berpecah-belah terhadap agama Allah.
Allah swt berfirman :




 Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. QS. Al-an’aam : 159


E.     Syirik Dalam Cinta.

                    Yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah SWT dalam hal kecintaan. Padahal cinta itu akan menimbulkan ketundukan dan kepasrahan, yang akibatnya ketaatan kepada makhluk melebihi ketaatan kepada Allah dari sinilah terjadi syirik dalam cinta.

Allah swt berfirman :



Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu  mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). QS. Al-Baqarah : 165

          Yang di maksud dengan mahabbah ( kecintaan ) dalam ayat ini adalah mahabbatul ubudiyah, yaitu cinta yang di barengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang di cintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah swt, hanya saja yang berhak dicintai seperti itu.


          Syaikh Muhammad Abdul Wahhab RH, berkata : “ Sesungguhnya, siapa saja yang menjadikan kecintaannya terhadap tandingan ( selain Allah ) sama dengan kecintaannya kepada Allah swt, maka dia telah berbuat syirik akbar “.


F.     Syirik Dalam Rasa Takut.


           Yaitu rasa takut kepada sesuatu selain Allah swt, baik kepada syaithan, orang mati, tempat-tempat angker, bulan muharram, dengan keyakinan mereka bias mendatangkan manfaat atau bahaya.

             Allah swt berfirman :


 

Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. QS. Hudd : 54-55


   

 Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. QS. Az-Zummar : 36


           Seseorang meninggalkan apa yang menjadi kewajibannya, karena takut kepada sebagian menusia. Ini adalah takut yang di haramkan dan hal ini termasuk syirik kepada Allah yang menafikan adanya kesempurnaan tauhid. Di dalam hadist qudsi di jelaskan :

 “ Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman terhadap hamba-Nya pada hari kiamat. “ Apa yang mencegahmu, apaila engkau melihat kemungkaraan, engkau tidak mengubahnya ?. Hamba tersebut menjawab, Wahai Rabb ! Aku takut kepada manusia “. Kemudian Allah berfirman, “ Akulah yang lebih berhak engkau takuti “.

          Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, dalam menafsirkan Firman Allah swt :

   “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israi dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu “.
QS.Al-Maaidah : 78-79.



G.    Syirik Dalam Tawakal.


         Yaitu berserah diri dan menggantungkan harapan kepada sesuatu selain Allah swt untuk memperoleh manfaat dan menolak sebuah bahaya.

Allah swt berfirman :



Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri". QS. Ibrahim : 12.




Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi ni'mat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". QS. Al-Maaidah : 23.


        Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah RH berkata : “  Tidaklah pengharapan seseorang makhluk tanpa di sertai tawakal kepada-Nya, niscaya dalam penantian terkabulnya harapan dia akan berprasangka buruk kepada Allah “.






2.      Syirik Ashgar ( Kecil ).



                  Yaitu syirik yang menafikan tauhid serta merusak kemurniannya. Melakukan kesyirikan ini secara terus menerus bias menyebabkan pelakunya terseret kepada syirik akbar.


                YANG TERMASUK SYIRIK ASHGAR


A.    Syirik Dalam Ucapan.


Seperti sumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah saw bersabda :


 “Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka sesungguhnya ia telah syirik atau kufur” . HR. At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits ini hasan, dan Al-Hakim, beliau mengatakan hadits ini shahih, begitu pula Adz-Dzahaby mengatakan hadits ini shahih.
B.     Syirik Dalam Perbuatan.


     Seperti mendatangi dukun, memakai kalung atau jimat sebagai penangkal marabahaya. Rasulullah saw bersabda :

Dari sebagian para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu dia bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.” HR. Muslim no. 2230.
Dari Abu Hurairah dan Al Hasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang dia katakan, maka dia telah kafir terhadap apa (Al-Qur`an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”. HR. Ahmad no. 9171
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha dia berkata;

سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاسٌ عَنْ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَيْسَ بِشَيْءٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنْ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا مِنْ الْجِنِّيِّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ
“Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai dukun-dukun, lalu beliau menjawab: “Mereka (para dukun) bukanlah apa-apa.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka ceritakan adalah benar.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perkataan yang nyata (benar) itu adalah perkataan yang dicuri oleh jin, kemudian dia membisikkannya ke telinga walinya (dukun) lalu mereka mencampuradukkan bersama kebenaran itu dengan seratus kedustaan.”  HR. Al-Bukhari no. 5762 dan Muslim no. 2228.


Penjelasan ringkas:

                Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata, “Al-arraf (dukun) adalah nama bagi al-kahin (peramal), munajjim (ahli nujum), ar-rammal (tukang tenung), dan semisalnya mereka dari orang-orang yang berbicara dalam masalah ghaib dengan metode-metode semacam itu.” (Kitab Tauhid, Bab: Keterangan Tentang Dukun dan Semisal Mereka)
               Maka ini adalah keterangan dari Ibnu Taimiah bahwa semua orang yang mengklaim mengetahui perkara ghaib maka dia adalah dukun. Karenanya walaupun gelarnya dirubah menjadi ustadz, atau kyai, atau para normal (yang sebenarnya orangnya tidak normal), orang pintar (padahal orang bodoh), magician, ki, madam, atau gelar-gelar lainnya, maka dia tetaplah seorang dukun yang berlaku padanya hukum-hukum selama dia mengaku mengetahui perkara ghaib. Karena hakikat dan hukum tidak akan berubah dengan berubahnya nama, yakni: Selama hakikat dari sesuatu itu sama maka hukumnya juga sama walaupun namanya berbeda.
               Maka perkara ghaib merupakan hak Allah Ta’ala semata, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya baik dari kalangan malaikat maupun para Nabi. Karenanya barangsiapa yang mengaku mengetahuinya maka dia adalah dukun walaupun sesekali dia berkata benar. Al-Qur`an telah menegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah, karenanya barangsiapa yang mengklaimnya atau meyakini ada makhluk yang mengetahui perkara ghaib maka sungguh dia telah kafir karena telah mendustakan Al-Qur`an, dan itu menyebabkan dirinya keluar dari agama Islam, wal ‘iyadzu billah. Sisi kekafiran dukun yang lain adalah karena dia menggunakan bantuan jin dalam mencuri berita dari langit, dan tentunya jin tidak akan membantunya kecuali setelah dia kafir atau musyrik, misalnya dia harus menyembelih untuk selain Allah, meninggalkan shalat, menghinakan mushaf, dan semacamnya.
             Ini hukum bagi dukunnya, adapun bagi langganannya maka jika dia bertanya tapi tidak membenarkannya maka shalatnya tidak diterima selama 40 malam. Tapi jika dia mempercayai dan  membenarkan ucapan dukun maka dia juga kafir sebagaimana kafirnya dukun tersebut.
             Jika ada yang bertanya: Bukankah terkadang ramalan mereka benar? Maka Nabi -alaihishshalatu wassalam- telah menjawabnya sebagaimana di atas, bahwa ramalan mereka asalnya adalah kalimat yang benar tapi ditambahkan oleh jin-jin dengan 100 kedustaan. Karenanya perbandingan benar dan salahnya adalah 1 banding 99, tapi ironisnya para langganan hanya memperhitungkan kalau dukun itu pernah benar dan sama sekali tidak memperhitungkan sudah sangat banyaknya kesalahan mereka. Jadi, kita tidak boleh bertanya kepada mereka bukan hanya karena kebanyakan kabar mereka adalah dusta, tapi kita tidak boleh bertanya karena dilarang oleh syariat, terserah kabar mereka benar atau salah.
 
C.    Syirik Dalam Niat dan Maksud.


               Yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti ingin di puji orang ( riya’ ) dan beramal agar di dengar dan dipuji orang lain ( sum’ah ). Jika riya’ mencampuri niat suatu amal, maka amal itu menjadi tertolak. Oleh karena itu ikhlas dalam beramal adalah sesuatu keharusan.

  

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". QS. Al-Kahfi : 110

       Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu tidak menziarahiku sebagaimana biasanya?". Lalu turunlah firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu..." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu. Kemudian hadis Ikrimah ini menceritakan hal yang sama dengan hadis di atas tadi. Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang daerah mana yang disukai oleh Allah dan daerah mana yang dibenci oleh-Nya. Maka malaikat Jibril menjawab, "Aku tidak tahu, nanti akan kutanyakan (kepada-Nya)". Selanjutnya malaikat Jibril turun lagi yang pada saat itu ia telah absen selama beberapa waktu tidak turun menemui Nabi saw. Maka Nabi saw. berkata kepadanya, "Sungguh engkau absen datang kepadaku, sehingga aku sangat merindukanmu". Ketika itu juga malaikat Jibril membacakan firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Ishaq mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. perihal Ash-habul Kahfi, maka selama lima belas hari Allah tidak menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi saw. Ketika malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu-Nya, Nabi saw. berkata kepadanya, "Mengapa engkau absen?" Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan kelanjutan hadis ini sama dengan hadis-hadis yang sebelumnya.


           Maksud dari “ Janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya “. Hendaknya tidak menyertakan riya’ dengan amalnya.

Rasulullah saw bersabda :



إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?”  Jawab Beliau, “Riya’ ”. HR. Ahmad dengan sanad yang shahih
Dalam Hadits qudsi Allah berfirman :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku paling tidak membutuhkan sekutu, barang siapa yang mempersekutukan-Ku dengan yang lain, Aku akan tinggalkan ia dan kesyirikannya.” HR Muslim.

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ". يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَمَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: "اِذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تَرَاؤُنَ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً". [رواه أحمد]

Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah saw bersabda: Sungguh yang paling aku takuti atasmu adalah asy-syirk al-ashgar. Sahabat bertanya: Apa asy-syirk al-ashgar itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Riya. Allah ketika membalas perbuatan manusia pada hari kiamat berfirman: "Pergilah kepada mereka yang engkau riya untuk mereka di dunia, dan lihatlah apakah engkau mendapatkan balasan pada mereka". HR. Ahmad

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ بِهِ.


“Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah niscaya Allah akan memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya’(Perbuatan riya’ adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara tertentu supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang melakukan shalat, lalu memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang melihat dan memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sum’ah adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya, seseorang membaca Al-Qur’an, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala mengetahui ada orang yang mendengar dan memperhatikan-nya.), niscaya Allah akan memperlihatkan aibnya,”.  HR. Muslim, 4/2289.
         Allah swt berfirman :



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. QS. Al-Baqarah : 264
         Rasulullah saw bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ". [رواه مسلم]

 “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat ialah seorang laki-laki yang mati syahid, nikmat-nikmatnya dihadapkan kepadanya maka ia mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia menjawab: Saya berperang di jalan-Mu sampai saya mati syahid. Allah berfirman: Engkau bohong, tetapi engkau berperang supaya disebut sebagai pemberani dan sudah disebut begitu. Lalu ia diperintahkan, maka ditariklah ia di atas wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan ia membaca al-Quran. Lalu didatangkanlah ia dan dihadapkanlah kenikmatan-kenikmatannya sehingga ia mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia menjawab: Saya mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan saya membaca al-Quran di jalan-Mu. Allah menjawab: Engkau bohong, tetapi engkau mempelajari ilmu supaya disebut sebagai seorang ilmuwan dan engkau membaca al-Quran supaya disebut sebagai seorang qari dan sudah disebut begitu. Lalu ia diperintahkan, maka ditariklah ia di atas wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang dilapangkan dan diberi berbagai macam harta kekayaan oleh Allah. Lalu didatangkanlah ia dan dihadapkanlah kenikmatan-kenikmatannya sehingga ia mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia menjawab: Tidak ada jalan yang Engkau suka untuk saya berinfak di dalamnya melainkan saya telah berinfak untuk-Mu. Allah berfirman: Engkau bohong, tetapi engkau melakukan hal itu supaya disebut dermawan dan sudah disebut begitu. Lalu ia diperintahkan, maka ditariklah ia di atas wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke dalam neraka.” HR. Muslim
     Sunan an-Nasa’i juga meriwyatkan di dalam Bab orang berperang supaya ia disebut sebagai pemberani.
         An-Nawawi berkata dalam Kitab Hayatul-Qulub, “ Ketahuilah, sesungguhnya hakikat riya’ ialah ucapan menarik simpati hati orang lain dengan cara melakukan ibadah dan berbagai amal kebaikan. Riya’ itu perbuatan hati yang paling buruk. Jika hal itu dicampurkan dalam ibadah berarti mengejek Allah “.
         Imam al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya’ Ulumud-Din mengatakan, “ Sesungguhnya riya’ itu hukumnya haram. Pelakunya mendapat kutukan disisi Allah “.
         Ali Ra mengatakan, orang yang pamer itu memiliki tiga tanda ; yakni beramal dengan malas saat sendirian dan sangat bersemangat saat berada di tengah banyak orang, menambah amalnya saat dipuji dan mengurangi amalnya saat di cela…”.
          Beberapa ulama yang bijak mengatakan, “ Riya’ ialah meninggalkan amal yang sudah biasa ia lakukan karena takut disebut suka riya’ oleh orang lain. Adapun beramal karena ingin dipuji orang itu disebut syirik “.
          Al-Hasan mengatakan, “ Orang yang riya’ ingin mengalahkan takdir Allah terhadap dirinya. Dia sebenarnya orang jahat, namun ingin di katakana sebagai orang shalih. Bagaimana orang-orang akan mengatakan demikian, sementara Allah swt menempatkannya diantara orang-orang hina. Maka dari itu orang-orang mukmin harus mengetahuinya “.
             Orang yang riya’ akan mendapatkan buah dari amal perbuatan mereka kecuali mereka akan disebut-sebut di dunia, inilah yang mereka inginkan. Pakaian riya’ sangat tipis, sehingga akan mudah terlihat apa yang ada di baliknya. Orang-orang yang riya’ adalah orang yang lemah imannya. Mereka dihinakan oleh dunia dan bermuka dua dihadapan orang-orang shalih. Perbuatan ini bertentangaan dengan iman yang sehat.

        Seorang penyair mengatakan :
 Jangan tunduk kepada makhluk karena rasa tamak.
Karena itu berate kekuranganmu dalam beragama.
Manusia tidak mampu memberimu meskipun sebiji sawi.
Kecuali dengan izin Dzat yang telah menciptakan mu dari tanah.
Jangan berteman dengan orang yang kuat.
Untuk menyombongkan diri.
Jangalah kesucian diri dan hormatilah kemuliaan agama.
Mintalah rezeki kepada Allah dari perbendaharaan-Nya.
Karena rezeki mu ada di antara kata “ Kun “ jadilah.

              Orang yang riya’, amalan mereka adalah bagaikan fatamorgana yang tidak ada nilainya di dunia, sedangkan di akhirat bagaikan debu yang berterbangan.
        Allah swt berfirman :
 

 Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. QS Al-Furqan : 23

               Maksudnya amal-amal yang dikerjakan untuk selain mengharapkan wajah Allah. Allah membatalkan pahalanya serta menjadikannya bagai debu yang berterbangan, yaitu debu yang dapat dilihat dari sebuah celah di mana cahaya matahari masuk melaluinya.

D.    Syirik kahfi atau terselubung.

              Yaitu seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya, bahwa ada syirik pada ummat ini yang lebih tersembunyi daripada merayapnya semut hitam yang berjalan di atas batu hitam pada malam gelap gulita.
             Ada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim yang maknanya ; “ Syirik itu lebih samar dari semut hitam yang merayap diatas batu hitam pada malam gelap gulita “. Sekecil-kecil syirik adalah apabila menyenagi kezaliman dan membenci tindakan keadilan. Cara  untuk menghapus syirik terselubung ini adalah dengan do’a : “  Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari segala perbuatan syirik yang ku ketahui dan aku memohon ampunan-Mu dari dosa yang tidak ku ketahui

Tidak ada komentar: