Sebagian kaum muslimin yang tersebar
di penjuru negeri banyak yang terjerumus kedalam berbagai kesyirikan yang
menafikan tauhid. Bahkan perkara tersebut sudah sampai taraf menyekutukan Allah
SWT secara terang-terangan. Dan juga tampak sebagian perkara bid’ah yang
mengantarkan para pelakunya pada kekufuran terhadap Allah SWT. Mereka
meninggalkan aspek aqidah, sedangkan mereka melihat kebanyakan manusia
terjerumus kedalam syirik akbar seputar masalah-masalah penyembelihan dan
tempat-tempat ziarah.
Para
penyeru-penyeru kesesatan telah menjadikan kebanyakan manusia sebagai hamba
mereka, dengan menyesatkan akal dan pola piker mereka. Dan yang amat
disayangkan adalah para penyeru tersebut telah berubah menjadi pemimpin mereka
dalam kebatilan atas nama ilmu dan kekuasaan.
Berbagai perkara-perkara
kesyirikan tersebut adalah syirik akbar ( besar ) dan syirik asghar ( kecil ).
1. Syirik Akbar ( Besar ).
Yaitu syirik besar yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari islam
dan menjadikan dirinya berada kekel di dalam neraka Jahanam. Syirik besar ini
memalingkan bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain-Nya,
menyembah bukan untuj-Nya dan lain-lain.
YANG TERMASUK SYIRIK AKBAR ( BESAR )
A. Syirik Dalam Do’a.
Yaitu berdo’a kepada selain Allah, misalnya berdo’a kepada kuburan,
batu, pohon, maupun berdo’a kepada perempatan atau pertigaan jalan. Dan syirik
dalam do’a ini banyak di lakukan oleh orang-orang yang mengaku beriman.
Allah SWT berfirman :

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo'a
kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya [1159]; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah). QS. Al-Ankaabut : 65
Maksudnya: dengan memurnikan
keta'atan semata-mata kepada Allah.

Dan barangsiapa menyembah tuhan yang
lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu,
maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang
yang kafir itu tiada beruntung. QS.Al- Mu’minun : 117


Dan siapakah yang
lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang
tiada dapat memperkenankan (do'a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) do'a mereka?. QS Al-Ahqaf : 5-6
B.
Syirik Dalam
Niat, Tujuan Dan Keinginan.
Yaitu menunjukan sesuatu bentuk
perbuatan dengan niat dan tujuan untuk selain Allah SWT
Allah SWT
berfirman :


Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. QS. Huud : 15-16
Mujahid bin Anas bin Malik mengatakan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum yahudi dan nasrani yang selalu
melakukan perbuatan yang di dasari keduniawian saja. Demikian juga dengan
orang-orang muslim yang riya’
C.
Syirik Dalam
Ketaatan.
Yaitu mentaati selain Allah dalam
hal bermaksiat kepada Allah SWT. Manakala manusia mengatakan bahwa selain Allah
SWT mempunyai hak untuk menentukan dan menetapkan hokum atau pandangan hidup
yang berbeda, bertentangan atau tidak berdasarkan hukum Allah SWT dan
Rasul-Nya. Dan menjadikan manusia sebagai Tuhan selain Allah yakni dengan
mentaati segala perintahnya, sekalipun menyalahi agama. Baik orang tersebut
kyai, ulama, ustadz, petinggi Negara dan lainnya.
Allah SWT
berfirman :

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan
selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?
Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah
dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab
yang amat pedih.QS. Asy-Syuuraa : 21

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan)
Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. QS. At-Taubah : 31
‘Adiy bin Hatim Ath-Thaa’I seorang nasrani yang sudah masuk islam, ketika mendengar Nabi SAW membacakan ayat tersebut langsung berkata, Ya Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka “ kemudian Rasulullah SAW bersabda “
‘Adiy bin Hatim Ath-Thaa’I seorang nasrani yang sudah masuk islam, ketika mendengar Nabi SAW membacakan ayat tersebut langsung berkata, Ya Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka “ kemudian Rasulullah SAW bersabda “
“Bukankah mereka
menghalalkan untuk kalian apa yang Allah haramkan sehingga kalianpun
menghalalkannya, dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan sehingga
kalian mengharamkannya?”. Beliau (Adi bin Hatim) berkata :
“Benar”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Itulah (yang dimaksud) beribadah kepada mereka”
Syaikh
Shalih Al Fauzan hafizhahullah
mengatakan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut menafsirkan bahwa maksud “menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” bukanlah
maknanya ruku’ dan sujud kepada mereka. Akan tetapi maknanya adalah mentaati
mereka dalam mengubah hukum Allah dan mengganti syari’at Allah dengan
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Perbuatan tersebut
dianggap sebagai bentuk beribadah kepada mereka selain kepada Allah dimana
mereka menjadikan para ulama dan ahli ibadah tersebut sebagai sekutu-sekutu
bagi Allah dalam masalah menetapkan syari’at.
Barangsiapa yang mentaati mereka dalam hal
tersebut, maka sungguh dia telah menjadikan mereka sebagai sekutu-sekutu bagi
Allah dalam menetapkan syari’at serta menghalalkan dan mengharamkan sesuatu.
Ini adalah syirik besar”
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah mengatakan
: “Hadits tersebut adalah
dalil bahwa mentaati ulama dan ahli ibadah dalam bermaksiat kepada Allah adalah
bentuk ibadah kepada mereka selain kepada Allah, dan termasuk syirik akbar yang
tidak diampuni oleh Allah”
Kemudian Allah
Ta’ala berfirman
dalam kelanjutan ayat di atas,
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa” .
QS. At Taubah : 31
Al Hafizh Ibnu Katsir RH, menafsirkan ayat di atas : “Yakni Rabb
yang jika mengharamkan sesuatu, maka hukumnya haram. Dan apa yang Dia halalkan,
maka hukumnya halal. Dan apa yang Dia syari’atkan, maka harus diikuti. Dan apa
yang Dia tetapkan, maka harus dilaksanakan”
Hal
ini menunjukkan bahwa penetapan syari’at, mengharamkan dan menghalalkan
sesuatu, adalah hak mutlak milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lalu Allah Ta’ala menutup
ayat di atas dengan firman-Nya,
“Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” . QS. At
Taubah : 31
Akhir ayat tersebut menunjukkan mengikuti
seseorang ataupun ulama yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan
menghalalkan apa yang Allah haramkan adalah sebuah kesyirikan. Kenapa? Karena
mengikuti ulama yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa
yang Allah haramkan sama saja mengatakan bahwa ulama tersebut berhak untuk
mengharamkan dan menghalalkan sesuatu padahal hak menghalalkan dan mengharamkan
sesuatu adalah hak mutlak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hakikatnya sama saja ia membuat
tandingan/sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menetapkan syari’at. Inilah yang
disebut dengan asy
syirku fit tha’ah, syirik dalam hal ketaatan.
D.
Syirik Dalam
Fanatisme golongan.
Yaitu merasa bangga terhadap suatu
golongan ataupun partai. Mereka sudah tidak bangga lagi dengan islam akan
tetapi sanggat bangga terhadap partainya ataupun golongannya.
“Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak
kepada kebangsaan. Dan bukan pula dari golongan kami orang yang berperang
karena kebangsaan. Dan tidak juga termasuk golongan kami yang mati karena
kebangsaan.” HR Abu Daud.
Ummat islam yang satu, tetapi sudah
terkotak-kotak menjadi bergolong-golong dan berpartai-partai, masing-masing
bangga dengan partainya, merasa partainya yang paling baik dan benar sehingga menganggap
partai yang lain rendah dan salah sesame muslim sedah tidak lagi sesame
saudara, justru di anggap sebagai lawan atau musuh yang harus di jatuhkan,
karena berbeda partai atau golongan.
Allah SWT berfirman :


Sesungguhnya
(agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu , dan Aku adalah
Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul
itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
QS.Al-Mu’minun : 52-53
Kalau sudah demikian, maka
Rasulullah SAW berlepas diri, tidak bertanggung jawab atas perbuatan
orang-orang yang berpecah-belah terhadap agama Allah.
Allah swt
berfirman :

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah
agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu
kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian
Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. QS.
Al-an’aam : 159
E.
Syirik Dalam
Cinta.
Yaitu menyamakan selain Allah
dengan Allah SWT dalam hal kecintaan. Padahal cinta itu akan menimbulkan
ketundukan dan kepasrahan, yang akibatnya ketaatan kepada makhluk melebihi
ketaatan kepada Allah dari sinilah terjadi syirik dalam cinta.
Allah swt
berfirman :

Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). QS.
Al-Baqarah : 165
Yang di maksud dengan mahabbah ( kecintaan ) dalam ayat ini adalah mahabbatul ubudiyah, yaitu cinta yang di barengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang di cintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah swt, hanya saja yang berhak dicintai seperti itu.
Yang di maksud dengan mahabbah ( kecintaan ) dalam ayat ini adalah mahabbatul ubudiyah, yaitu cinta yang di barengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang di cintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah swt, hanya saja yang berhak dicintai seperti itu.
Syaikh Muhammad Abdul Wahhab RH, berkata
: “ Sesungguhnya, siapa saja yang menjadikan kecintaannya terhadap tandingan (
selain Allah ) sama dengan kecintaannya kepada Allah swt, maka dia telah
berbuat syirik akbar “.
F.
Syirik Dalam
Rasa Takut.
Yaitu rasa takut kepada sesuatu
selain Allah swt, baik kepada syaithan, orang mati, tempat-tempat angker, bulan
muharram, dengan keyakinan mereka bias mendatangkan manfaat atau bahaya.
Allah swt berfirman :


Kami tidak
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit
gila atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada
Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya
terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. QS. Hudd : 54-55

Bukankah Allah cukup untuk melindungi
hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang
selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi
petunjuk baginya. QS. Az-Zummar : 36
Seseorang meninggalkan apa yang
menjadi kewajibannya, karena takut kepada sebagian menusia. Ini adalah takut
yang di haramkan dan hal ini termasuk syirik kepada Allah yang menafikan adanya
kesempurnaan tauhid. Di dalam hadist qudsi di jelaskan :
“ Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman terhadap
hamba-Nya pada hari kiamat. “ Apa yang mencegahmu, apaila engkau melihat
kemungkaraan, engkau tidak mengubahnya ?. Hamba tersebut menjawab, Wahai Rabb !
Aku takut kepada manusia “. Kemudian Allah berfirman, “ Akulah yang lebih
berhak engkau takuti “.
Ibnu Katsir menjelaskan di dalam
tafsirnya, dalam menafsirkan Firman Allah swt :
“ Telah dilaknati orang-orang kafir dari
Bani Israi dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu “.
QS.Al-Maaidah : 78-79.
G.
Syirik Dalam
Tawakal.
Yaitu
berserah diri dan menggantungkan harapan kepada sesuatu selain Allah swt untuk
memperoleh manfaat dan menolak sebuah bahaya.
Allah swt
berfirman :

Mengapa
kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan
kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan
yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakkal itu, berserah diri". QS. Ibrahim : 12.

Berkatalah
dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi ni'mat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu
gerbang (kota)
itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman". QS. Al-Maaidah : 23.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah RH berkata : “
Tidaklah pengharapan seseorang makhluk tanpa di sertai tawakal
kepada-Nya, niscaya dalam penantian terkabulnya harapan dia akan berprasangka
buruk kepada Allah “.
2. Syirik Ashgar ( Kecil ).
Yaitu syirik yang menafikan
tauhid serta merusak kemurniannya. Melakukan kesyirikan ini secara terus
menerus bias menyebabkan pelakunya terseret kepada syirik akbar.
YANG
TERMASUK SYIRIK ASHGAR
A. Syirik Dalam Ucapan.
Seperti
sumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah saw bersabda :
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain
Allah, maka sesungguhnya ia telah syirik atau kufur” . HR. At-Tirmidzi, beliau
mengatakan hadits ini hasan, dan Al-Hakim, beliau mengatakan hadits ini shahih,
begitu pula Adz-Dzahaby mengatakan hadits ini shahih.
B. Syirik Dalam Perbuatan.
Seperti mendatangi dukun, memakai kalung
atau jimat sebagai penangkal marabahaya. Rasulullah saw bersabda :
Dari sebagian para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ
لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu dia bertanya kepadanya tentang
suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.”
HR. Muslim no. 2230.
Dari Abu Hurairah dan Al Hasan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا
فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian membenarkan
apa yang dia katakan, maka dia telah kafir terhadap apa (Al-Qur`an) yang
diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”. HR.
Ahmad no. 9171
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha dia berkata;
سَأَلَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاسٌ عَنْ الْكُهَّانِ
فَقَالَ لَيْسَ بِشَيْءٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا
أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنْ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا مِنْ
الْجِنِّيِّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ
كَذْبَةٍ
“Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengenai dukun-dukun, lalu beliau menjawab: “Mereka (para dukun) bukanlah
apa-apa.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka
ceritakan adalah benar.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perkataan yang nyata (benar) itu adalah perkataan yang dicuri oleh jin,
kemudian dia membisikkannya ke telinga walinya (dukun) lalu mereka
mencampuradukkan bersama kebenaran itu dengan seratus kedustaan.” HR. Al-Bukhari no. 5762 dan Muslim no. 2228.
Penjelasan ringkas:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah
-rahimahullah- berkata, “Al-arraf (dukun) adalah nama bagi al-kahin (peramal),
munajjim (ahli nujum), ar-rammal (tukang tenung), dan semisalnya mereka dari
orang-orang yang berbicara dalam masalah ghaib dengan metode-metode semacam
itu.” (Kitab Tauhid, Bab: Keterangan Tentang Dukun dan Semisal Mereka)
Maka ini adalah keterangan dari Ibnu
Taimiah bahwa semua orang yang mengklaim mengetahui perkara ghaib maka dia
adalah dukun. Karenanya walaupun gelarnya dirubah menjadi ustadz, atau kyai,
atau para normal (yang sebenarnya orangnya tidak normal), orang pintar (padahal
orang bodoh), magician, ki, madam, atau gelar-gelar lainnya, maka dia tetaplah
seorang dukun yang berlaku padanya hukum-hukum selama dia mengaku mengetahui
perkara ghaib. Karena hakikat dan hukum tidak akan berubah dengan berubahnya
nama, yakni: Selama hakikat dari sesuatu itu sama maka hukumnya juga sama
walaupun namanya berbeda.
Maka perkara ghaib merupakan hak
Allah Ta’ala semata, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya baik dari
kalangan malaikat maupun para Nabi. Karenanya barangsiapa yang mengaku
mengetahuinya maka dia adalah dukun walaupun sesekali dia berkata benar.
Al-Qur`an telah menegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib
kecuali Allah, karenanya barangsiapa yang mengklaimnya atau meyakini ada
makhluk yang mengetahui perkara ghaib maka sungguh dia telah kafir karena telah
mendustakan Al-Qur`an, dan itu menyebabkan dirinya keluar dari agama Islam, wal
‘iyadzu billah. Sisi kekafiran dukun yang lain adalah karena dia menggunakan
bantuan jin dalam mencuri berita dari langit, dan tentunya jin tidak akan
membantunya kecuali setelah dia kafir atau musyrik, misalnya dia harus
menyembelih untuk selain Allah, meninggalkan shalat, menghinakan mushaf, dan
semacamnya.
Ini hukum bagi dukunnya, adapun bagi
langganannya maka jika dia bertanya tapi tidak membenarkannya maka shalatnya
tidak diterima selama 40 malam. Tapi jika dia mempercayai dan membenarkan ucapan dukun maka dia juga kafir
sebagaimana kafirnya dukun tersebut.
Jika
ada yang bertanya: Bukankah terkadang ramalan mereka benar? Maka Nabi
-alaihishshalatu wassalam- telah menjawabnya sebagaimana di atas, bahwa ramalan
mereka asalnya adalah kalimat yang benar tapi ditambahkan oleh jin-jin dengan
100 kedustaan. Karenanya perbandingan benar dan salahnya adalah 1 banding 99,
tapi ironisnya para langganan hanya memperhitungkan kalau dukun itu pernah
benar dan sama sekali tidak memperhitungkan sudah sangat banyaknya kesalahan
mereka. Jadi,
kita tidak boleh bertanya kepada mereka bukan hanya karena kebanyakan kabar
mereka adalah dusta, tapi kita tidak boleh bertanya karena dilarang oleh
syariat, terserah kabar mereka benar atau salah.
C.
Syirik Dalam
Niat dan Maksud.
Yaitu syirik dalam hal keinginan
dan niat, seperti ingin di puji orang ( riya’ ) dan beramal agar di dengar dan
dipuji orang lain ( sum’ah ). Jika riya’ mencampuri niat suatu amal, maka amal
itu menjadi tertolak. Oleh karena itu ikhlas dalam beramal adalah sesuatu
keharusan.

Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya". QS. Al-Kahfi : 110
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis
melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata
kepada malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu tidak
menziarahiku sebagaimana biasanya?". Lalu turunlah firman-Nya, "Dan
tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu..." (Q.S. Maryam,
64). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang
menceritakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu. Kemudian hadis
Ikrimah ini menceritakan hal yang sama dengan hadis di atas tadi. Ibnu
Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a. yang
menceritakan bahwa Nabi saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang daerah
mana yang disukai oleh Allah dan daerah mana yang dibenci oleh-Nya. Maka
malaikat Jibril menjawab, "Aku tidak tahu, nanti akan kutanyakan
(kepada-Nya)". Selanjutnya malaikat Jibril turun lagi yang pada saat itu
ia telah absen selama beberapa waktu tidak turun menemui Nabi saw. Maka Nabi
saw. berkata kepadanya, "Sungguh engkau absen datang kepadaku, sehingga
aku sangat merindukanmu". Ketika itu juga malaikat Jibril membacakan
firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah
Rabbmu." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Ishaq mengetengahkan sebuah hadis melalui
sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika orang-orang Quraisy
menanyakan kepada Nabi saw. perihal Ash-habul Kahfi, maka selama lima belas hari Allah
tidak menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi saw. Ketika malaikat Jibril turun dengan
membawa wahyu-Nya, Nabi saw. berkata kepadanya, "Mengapa engkau
absen?" Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan kelanjutan hadis ini sama dengan
hadis-hadis yang sebelumnya.
Maksud dari “ Janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya “. Hendaknya tidak
menyertakan riya’ dengan amalnya.
Rasulullah saw
bersabda :
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله
وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”.
Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai
Rasulullah?” Jawab Beliau, “Riya’ ”. HR. Ahmad dengan sanad
yang shahih
Dalam
Hadits qudsi Allah berfirman :
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku paling tidak membutuhkan sekutu, barang siapa yang
mempersekutukan-Ku dengan yang lain, Aku akan tinggalkan ia dan kesyirikannya.”
HR Muslim.
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ
الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ
اْلأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ". يَقُولُ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَمَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ:
"اِذْهَبُوا
إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تَرَاؤُنَ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ
عِنْدَهُمْ جَزَاءً". [رواه أحمد]
“Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa
Rasulullah saw bersabda: Sungguh yang paling aku takuti atasmu adalah asy-syirk
al-ashgar. Sahabat bertanya: Apa asy-syirk al-ashgar itu wahai Rasulullah?
Beliau bersabda: Riya. Allah ketika membalas perbuatan manusia pada hari kiamat
berfirman: "Pergilah kepada mereka yang engkau riya untuk mereka di dunia,
dan lihatlah apakah engkau mendapatkan balasan pada mereka".
HR. Ahmad
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ
بِهِ.
“Barangsiapa melakukan perbuatan
sum’ah niscaya Allah akan memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan
perbuatan riya’(Perbuatan riya’ adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan
cara tertentu supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang
melakukan shalat, lalu memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang
melihat dan memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sum’ah adalah suatu perbuatan
yang dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya,
seseorang membaca Al-Qur’an, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala
mengetahui ada orang yang mendengar dan memperhatikan-nya.), niscaya Allah akan
memperlihatkan aibnya,”. HR. Muslim,
4/2289.
Allah
swt berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. QS. Al-Baqarah : 264
Rasulullah saw bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ:
" إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ
يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ
يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ
أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ
وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟
قَالَ:
تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ
عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ
حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ
وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ
بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا
إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ،
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ". [رواه مسلم]
“Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat ialah
seorang laki-laki yang mati syahid, nikmat-nikmatnya dihadapkan kepadanya maka
ia mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia
menjawab: Saya berperang di jalan-Mu sampai saya mati syahid. Allah berfirman:
Engkau bohong, tetapi engkau berperang supaya disebut sebagai pemberani dan
sudah disebut begitu. Lalu ia diperintahkan, maka ditariklah ia di atas
wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang
mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan ia membaca al-Quran. Lalu
didatangkanlah ia dan dihadapkanlah kenikmatan-kenikmatannya sehingga ia
mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia menjawab:
Saya mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan saya membaca al-Quran di jalan-Mu.
Allah menjawab: Engkau bohong, tetapi engkau mempelajari ilmu supaya disebut
sebagai seorang ilmuwan dan engkau membaca al-Quran supaya disebut sebagai
seorang qari dan sudah disebut begitu. Lalu ia diperintahkan, maka ditariklah
ia di atas wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke dalam neraka. Dan seorang
laki-laki yang dilapangkan dan diberi berbagai macam harta kekayaan oleh Allah.
Lalu didatangkanlah ia dan dihadapkanlah kenikmatan-kenikmatannya sehingga ia
mengenalinya. Allah bertanya: Apa yang engkau lakukan dengannya? Ia menjawab:
Tidak ada jalan yang Engkau suka untuk saya berinfak di dalamnya
melainkan saya telah berinfak untuk-Mu. Allah berfirman: Engkau bohong, tetapi
engkau melakukan hal itu supaya disebut dermawan dan sudah disebut begitu. Lalu
ia diperintahkan, maka ditariklah ia di atas wajahnya lalu dicampakkanlah ia ke
dalam neraka.” HR. Muslim
Sunan an-Nasa’i juga meriwyatkan di dalam
Bab orang berperang supaya ia disebut sebagai pemberani.
An-Nawawi
berkata dalam Kitab Hayatul-Qulub, “ Ketahuilah, sesungguhnya hakikat riya’
ialah ucapan menarik simpati hati orang lain dengan cara melakukan ibadah dan
berbagai amal kebaikan. Riya’ itu perbuatan hati yang paling buruk. Jika hal
itu dicampurkan dalam ibadah berarti mengejek Allah “.
Imam
al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya’ Ulumud-Din mengatakan, “ Sesungguhnya riya’ itu
hukumnya haram. Pelakunya mendapat kutukan disisi Allah “.
Ali Ra
mengatakan, orang yang pamer itu memiliki tiga tanda ; yakni beramal dengan
malas saat sendirian dan sangat bersemangat saat berada di tengah banyak orang,
menambah amalnya saat dipuji dan mengurangi amalnya saat di cela…”.
Beberapa
ulama yang bijak mengatakan, “ Riya’ ialah meninggalkan amal yang sudah biasa
ia lakukan karena takut disebut suka riya’ oleh orang lain. Adapun beramal
karena ingin dipuji orang itu disebut syirik “.
Al-Hasan
mengatakan, “ Orang yang riya’ ingin mengalahkan takdir Allah terhadap dirinya.
Dia sebenarnya orang jahat, namun ingin di katakana sebagai orang shalih.
Bagaimana orang-orang akan mengatakan demikian, sementara Allah swt
menempatkannya diantara orang-orang hina. Maka dari itu orang-orang mukmin
harus mengetahuinya “.
Orang
yang riya’ akan mendapatkan buah dari amal perbuatan mereka kecuali mereka akan
disebut-sebut di dunia, inilah yang mereka inginkan. Pakaian riya’ sangat
tipis, sehingga akan mudah terlihat apa yang ada di baliknya. Orang-orang yang
riya’ adalah orang yang lemah imannya. Mereka dihinakan oleh dunia dan bermuka
dua dihadapan orang-orang shalih. Perbuatan ini bertentangaan dengan iman yang
sehat.
Seorang
penyair mengatakan :
Jangan tunduk
kepada makhluk karena rasa tamak.
Karena itu berate kekuranganmu dalam beragama.
Manusia tidak mampu memberimu meskipun sebiji sawi.
Kecuali dengan izin Dzat yang telah menciptakan mu dari
tanah.
Jangan berteman dengan orang yang kuat.
Untuk menyombongkan diri.
Jangalah kesucian diri dan hormatilah kemuliaan agama.
Mintalah rezeki kepada Allah dari perbendaharaan-Nya.
Karena rezeki mu ada di antara kata “ Kun “ jadilah.
Orang yang riya’, amalan mereka adalah bagaikan fatamorgana yang tidak
ada nilainya di dunia, sedangkan di akhirat bagaikan debu yang berterbangan.
Allah swt
berfirman :

Dan kami hadapi
segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan. QS Al-Furqan : 23
Maksudnya amal-amal yang dikerjakan untuk selain mengharapkan wajah Allah. Allah membatalkan pahalanya serta menjadikannya bagai debu yang berterbangan, yaitu debu yang dapat dilihat dari sebuah celah di mana cahaya matahari masuk melaluinya.
Maksudnya amal-amal yang dikerjakan untuk selain mengharapkan wajah Allah. Allah membatalkan pahalanya serta menjadikannya bagai debu yang berterbangan, yaitu debu yang dapat dilihat dari sebuah celah di mana cahaya matahari masuk melaluinya.
D. Syirik kahfi atau terselubung.
Yaitu seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah
saw dalam haditsnya, bahwa ada syirik pada ummat ini yang lebih tersembunyi
daripada merayapnya semut hitam yang berjalan di atas batu hitam pada malam
gelap gulita.
Ada
sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim yang maknanya ; “ Syirik itu
lebih samar dari semut hitam yang merayap diatas batu hitam pada malam gelap
gulita “. Sekecil-kecil syirik adalah apabila menyenagi kezaliman dan membenci
tindakan keadilan. Cara untuk menghapus
syirik terselubung ini adalah dengan do’a : “
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari segala perbuatan syirik yang ku
ketahui dan aku memohon ampunan-Mu dari dosa yang tidak ku ketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar